tag:blogger.com,1999:blog-45832239066718906722024-03-14T18:31:52.133+07:00Indonesia Kemarinberita dan foto indonesia kemarin,dari berbagai sumber....hanya sekedar mengingat perjalanan panjang bangsa indonesia. Non- copyright! Semua artikel di sini boleh dikutip dan disebarluaskan dengan menyebutkan sumber.Joy Setiawanhttp://www.blogger.com/profile/06409986950249556222noreply@blogger.comBlogger110125tag:blogger.com,1999:blog-4583223906671890672.post-75168454867111616272010-03-05T15:05:00.004+07:002010-03-05T15:24:49.145+07:00Detik-Detik Kejatuhan Presiden RI ke 4 - KH. Abdurrahman Wahid<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhlyN6odTUwQ-pUABzJpImnJnExEou3qxhgRs1c5FFmKhphyphenhyphennRMkFC4cQeOt_7LZ7p-IW-3iUCk4b-aStjv6XaWawEmslkwR6RQr8RX5cllm_PKkl1yq4MDH0p6XBhbeRi_e5qiES-4qtk/s1600-h/gusdurangkattgnbb9.jpg"><img style="margin: 0pt 10px 10px 0pt; float: left; cursor: pointer; width: 175px; height: 264px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhlyN6odTUwQ-pUABzJpImnJnExEou3qxhgRs1c5FFmKhphyphenhyphennRMkFC4cQeOt_7LZ7p-IW-3iUCk4b-aStjv6XaWawEmslkwR6RQr8RX5cllm_PKkl1yq4MDH0p6XBhbeRi_e5qiES-4qtk/s320/gusdurangkattgnbb9.jpg" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5445062546726760786" border="0" /></a>Dalam perjalanannya, Bangsa Indonesia jatuh bangun untuk mempertahankan identitas kebesaran negerinya, namun ada saat-saat yang sangat menyedihkan dalam perjalanannya itu. Salah satunya adalah mengenai kejatuhan Presiden RI ke 2 yaitu Soeharto yang sangat mengharu birukan negeri ini, dan kejatuhan Presiden RI yang ke 4 yaitu KH. Adurrahman Wahid atau yang lebih dikenal sebagai Gus Dur.<br /><br />Kisah menegangkan menjelang kejatuhan Gus Dur dari kursi Presiden RI pada 23 Juli 2001 memang kerap dibahas sebagai bagian dari sejarah penting perpolitikan Indonesia.<br /><br />Kekuasaan Gus Dur dihentikan oleh MPR melalui Sidang Istimewa dalam situasi gejolak politik yang cukup panas dan genting. Para pendukung Gus Dur melakukan unjuk rasa besar-besaran di depan Istana. Polisi dan tentara juga berjaga-jaga.<br /><br />Bahkan, rumah Wakil Presiden Megawati yang dipastikan bakal menggantikan Gus Dur sebagai orang nomor satu RI juga dijaga ketat tentara. Di sana, dua panser juga siap siaga. Suasana di kediaman Mega benar-benar siaga I.<br /><br />Dari berbagai sumber, termasuk dari buku Gus Dur, Politik dan Militer, terungkap bagaimana panasnya suhu politik saat itu. Berikut ini detik-detik peristiwa menegangkan dibalik kejatuhan Presiden Wahid.<br /><div class="fullpost">22 Juli 2001<br />Pada Minggu malam, para kyai NU, kelompok LSM dan simpatisan mendatangi Istana guna memberikan dukungan pada Gus Dur. Massa pendukung Gus Dur dari berbagai daerah melakukan aksi di Monas dan depan Istana Merdeka Jakarta.<br /><br />23 Juli 2001<br />01.10 WIB:<br />Senin dinihari, Gus Dur mengeluarkan dekrit Presiden yang berisi pembubaran parlemen (DPR dan MPR) dan pembekuan partai Golkar, serta mempercepat pemilu. Dekrit ini molor tiga jam dari rencana semula yang akan diumumkan pada 22 Juli, pukul 22.00 WIB.<br /><br />01.30 WIB:<br />MPR menggelar rapat pimpinan yang diketuai oleh Amien Rais. Sesuai menggelar rapat, Ketua MPR menggelar jumpa pers didampingi wakil Ketua Ginanjar Kartasasmita, Hari Sabarno dan Matori Abdul Djalil. Amien meminta TNI mengamankan Sidang Istimewa MPR.<br /><br />08.30 WIB<br />MPR menggelar sidang istimewa guna meminta pertanggungjawaban Presiden Abdurrahman Wahid. SI MPR diawali dengan pandangan fraksi-fraksi. Sidang digelar setelah 592 dari 601 anggota MPR dalam sidang sebelumnya menyatakan persetujuannya.<br /><br />12.45 WIB<br />Alwi Shihab menemui Gus Dur. Presiden menyatakan dirinya dizalimi secara politik oleh orang Senayan. "Gus Dur akan bertahan di Istana," kata Alwi.<br /><br />16.53 WIB<br />MPR memberhentikan Abdurrahman Wahid sebagai Presiden RI dan mengangkat Megawati sebagai Presiden. Mobil RI II seketika diganti RI I.<br /><br />17.30 WIB:<br />Megawati dilantik oleh MPR dan mengucapkan sumpah jabatan sebagai Presiden baru hingga 2004 yang menggantikan posisi Abdurrahman Wahid.<br /><br />20.50 WIB<br />Gus Dur keluar menuju beranda Istana Merdeka dengan mengenakan celana pendek, kaos dan sandal jepit. Dituntun putrinya Yenni serta dan mantan asisten pribadi Zastrouw, Gus Dur melambaikan tangan pada para pendukungnya yang histeris di depan Istana.<br /><br />Sementara itu, cerita mengenai kejatuhan Presiden RI yang ke 4 ini juga dituturkan oleh mantan penasehat politik Gus Dur saat itu, yaitu Hermawan Sulistyo. Kejatuhan mantan Presiden KH Abdurrahman Wahid diwarnai dengan dikeluarkannya Dekrit Presiden. Namun siapa yang tahu jika pria yang akrab disapa Gus Dur itu menangis saat mengeluarkan Dekrit.<br /><br />Menurut Hermawan Sulistyo, sebelum memutuskan dikeluarkan atau tidak dekrit presiden, Gus Dur sempat bercerita. Namun cerita yang disampaikan Gus Dur tidak ada kaitanya tentang dekrit.<br /><br />"Saat itu saya langsung memotong dan menanyakan kepada Gus Dur, mengeluarkan dekrit atau tidak. Saat itu Gus Dur terguncang sekali, saya melihat Gus Dur menangis disamping Rahmawati, sambil dielus-elus tangannya oleh Rahmawati," ujarnya.<br /><br />Pria yang akrab disa Kiki ini membantah anggapan yang mengatakan Gus Dur legowo saat dilengserkan. Menurutnya Gus Dur sakit hati telah dilengserkan. "Kalau dia legowo itu bohong. Cara penurunannya itu yang membuat dia (Gus Dur) tidak bisa diterima," pungkasnya.<br /><br />Dalam pertemuan juga ikut hadir perwakilan dari sekitar 15 LSM. Selain itu, para kyai NU, dan para pendukung Gus Dur mendatangi Istana guna memberikan dukungan. Massa pendukung Gus Dur dari berbagai daerah melakukan aksi di Monas dan depan Istana Merdeka Jakarta.<br /><br />Dekrit Presiden itu sendiri berbunyi: (1) pembubaran MPR/DPR, (2) mengembalikan kedaulatan ke tangan rakyat dengan mempercepat pemilu dalam waktu satu tahun, dan (3) membekukan Partai Golkar sebagai bentuk perlawanan terhadap Sidang Istimewa MPR. Namun dekrit tersebut tidak memeroleh dukungan, dan pada 23 Juli, MPR secara resmi memberhentikan Gus Dur dan menggantikannya dengan Megawati Sukarnoputri.<br /><br />Gus Dur lengser dari kursi kepresidenan ketika baru 20 bulan berkuasa. Gus Dur lengser dari kursinya setelah Sidang umum MPR menggelar rapat paripurna. Usai dilengserkan, MPR kemudian melantik Wakil Presiden Megawati Soekarnoputri menjadi Presiden kelima.<br /></div><div class="blogger-post-footer"><!-- Start code -->
<script src="http://www.mypagerank.net/services/sbt/sbt.php" type="text/javascript"></script>
<!-- End code --></div>Joy Setiawanhttp://www.blogger.com/profile/06409986950249556222noreply@blogger.com82tag:blogger.com,1999:blog-4583223906671890672.post-91115493762045093142010-01-17T10:40:00.002+07:002010-01-17T10:50:30.525+07:00Sepakbola Indonesia<div class="fullpost">"Indonesia tanah airku, tanah tumpah darahku.... Indonesia raya merdeka-merdeka, hiduplah Indonesia raya…."<br /><br />JUTAAN anak bangsa tak kuasa menahan haru mendengar lagu kebangsaan "Indonesia Raya" berkumandang di langit biru. Rasa bangga tak terkira, karena hanya para juaralah yang berhak menyanyikan lagu kebangsaannya di arena pertarungan antarbangsa. Dan, timnas Indonesia berhak menyanyikan lagu sakral tersebut sebagai imbalan mengangkangi medali emas SEA Games 1987. Untuk pertama kalinya pula, sepak bola Indonesia mampu mengibarkan bendera Merah Putih di kejuaraan antarbangsa.<br /><br />Saat itu, langit bulan September betul-betul terasa biru bagi rakyat Indonesia. Lewat gol tunggal Ribut Waidi di menit ke-91 ke gawang Malaysia di partai final, untuk pertama kalinya Indonesia bisa merengkuh medali emas sepak bola di ajang SEA Games.<br /></div>Ini merupakan trofi antarbangsa pertama yang pernah direbut timnas Indonesia. Dominasi Thailand dipatahkan. Kekuatan Malaysia dibenamkan. Sungguh prestasi yang heroik. “Pendahulu-pendahulu kami juga tak kalah hebatnya, tapi mereka tidak pernah berhasil mempersembahkan gelar juara. Wajar jika kami sangat bangga atas prestasi ini,” ujar Patar Tambunan, gelandang kanan yang ikut berandil mempersembahkan medali emas SEA Games 1987, Selasa (21/12).<br /><br />Tidak hanya Patar Tambunan yang patut berbangga hati. Semua pecinta bola Indonesia pastilah ikut bangga. Melihat prestasi timnas Indonesia kala itu, semua warga yang punya KTP Indonesia bisa sedikit mendongakkan kepala. Indonesia bukan lagi tim macan kertas. Indonesia adalah yang terkuat, setidaknya di Asia Tenggara.<br /><br />“Malah kami juga terhitung 4 besar di Asia,” ucap striker legendaris Indonesia, Ricky Yakobi, Selasa (21/12). Statement Ricky bukan sekadar bualan. Satu tahun sebelumnya, tim perebut medali emas SEA Games 1987 ini berhasil menapaki babak semifinal Asian Games 1986. Ini adalah prestasi tertinggi dalam lembaran sejarah sepak bola nusantara. Yang hingga saat ini, Indonesia belum bisa mengulanginya.<br /><br />BERSATU LUAR DALAM<br />Tak dapat disangkal, timnas Indonesia 1986-87 merupakan timnas terhebat yang pernah dimiliki Indonesia—jika ukurannya trofi antarbangsa. Saat itu Indonesia punya pemain besar semacam Herry Kiswanto, Rully Nere, Robby Darwis, dan Ricky Yakobi. Talenta hebat yang kemudian berpadu dengan pelatih tak kalah hebat, mendiang Bertje Matulapelwa.<br /><br />“Bertje adalah pelatih hebat. Prinsip open management yang diterapkannya mampu menciptakan iklim tim yang kondusif,” kenang asisten pelatih Bertje kala itu, Sutan Harhara, Selasa (21/12).<br /><br />Prestasi Indonesia kala itu memang tak bisa dilepaskan dari sosok pelatih yang dijuluki "Sang Pendeta" tersebut. Dia bisa menyatukan pemain dari unsur yang berbeda, Galatama dan Perserikatan. Patut dicatat, saat itu beredar rumor bahwa pemain alumni Galatama tidak begitu akur dengan alumni Perserikatan.<br /><br />Embrio generasi emas itu terbentuk, pada akhir 1985. Setelah proyek timnas Garuda 1 selesai, PSSI memberikan mandat kepada Bertje guna membentuk tim baru. Mandat yang berat, pasalnya mental Indonesia sedang terpuruk setelah dibantai Thailand 0-7 di SEA Games 1985.<br /><br />Bertje mencoba membangkitkannya. Dengan lugas dia mengumpulkan talenta berbakat dari Galatama (seperti Ricky Yakobi dan Nasrul Koto), Perserikatan (Robby Darwis, Ribut Waidi, dll) dan sejumlah alumni Garuda 1 (semacam Patar Tambunan dan Marzuki Nyak Mad).<br /><br />Proses pembentukan tim yang padu, ujar Sutan Harhara, ternyata gampang-gampang susah. Saat tim sudah lumayan padu, pada medio 1986 iklim tim hampir rusak karena masalah duit. Uang saku dari PSSI kepada pemain dinilai terlalu minim.<br /><br />Bayangkan saja, hadiah dari KONI untuk medali emas hanya Rp 1 juta per pemain. Sedangkan uang saku per bulannya selama pelatnas tak kalah mepet, kurang dari Rp 750.000/bulan. Herry Kiswanto berkisah, dia bersama semua anggota tim pernah meminta kenaikan uang saku.<br /><br />Sayang, tuntutan tersebut tak digubris. Patah semangat? Untungnya tidak. Panggilan membela negara, ujar Herry Kiswanto, jauh lebih penting. Berkat suntikan semangat dari Bertje, para pemain Indonesia membuang jauh-jauh nafsu mengumpulkan duit. Yang tertanam hanya satu kalimat, kibarkan Sang Merah Putih di langit internasional. Tim Merah Putih di tangan Bertje, sebulan sebelum Asian Games digelar, sempat melakukan uji coba lebih dari sebulan di Brasil. Formasi baru 4-3-3 yang memasang Ricky Yakobi sebagai striker tunggal ternyata lumayan paten. Hasilnya terbaca pada Asian Games 1986. Indonesia lolos ke semifinal. Sayang untuk kemudian kandas di tangan Korea Selatan.<br /><br />Seusai Asian Games, Bertje melakukan perubahan besar. Ban kapten dipindahkan dari lengan Herry Kiswanto ke Ricky Yakobi. Padahal, umur Ricky kala itu baru 23. “Bertje ingin melakukan regenerasi. Dan, aku merasa sudah saatnya dilakukan,” ujar Herry.<br /><br /><br />Regenerasi itu berlangsung cemerlang. Indonesia benar-benar terbang tinggi di SEA Games 1987 Jakarta. Di hadapan pendukung setia, Indonesia tampil trengginas. Seusai membabat Burma 4-1 di semifinal, Indonesia menjinakkan Malaysia 1-0 di partai puncak.<br /><br /><br />Indonesia juara. Merah Putih pun berkibar di langit Asia Tenggara. (yoyok/SOCCER)<br /><br />Fakta timnas Indonesia 1986-87<br />Pelatih: Bertje Matulapelwa<br />Skuad: Ponirin Meka, Jaya Hartono, Robby Darwis, Herry Kiswanto, Marzuki Nyak Mad, Sutrisno, Budi Wahyono, Patar Tambunan, Nasrul Koto, Rully Nere, Azhary Rangkuti, Ricky Yakobi, Ribut Waidi.<br />Prestasi: Semifinal Asian Games 1985, Juara SEA Games 1987<br /><br />Raihan Timnas PSSI di level SEA Games<br />Indonesia baru resmi ikut ajang SEA Games pada 1977. Selama kurun itu hingga saat ini, Indonesia hanya sempat 2 kali terbang tinggi. Pertama pada SEA Games 1987. Kedua pada 1991. Setelah itu prestasi Tim Merah Putih cenderung melorot.<br /><br />1977 - Semifinal<br />1979 - Peringkat ke-2<br />1981 - Peringkat ke-3<br />1983 - Penyisihan grup<br />1985 - Semifinal<br />1987 - Juara<br />1989 - Peringkat ke-3<br />1991 - Juara<br />1993 - Semifinal<br />1995 - Penyisihan grup<br />1997 - Peringkat ke-2<br />1999 - Peringkat ke-3<br />2001 - Semifinal<br />2003 - Penyisihan grup<br />2005 – Semiifinal<br />2007 – Penyisihan gup<br />2009 – Penyisihan grup<br /><br />Saat ini, sepakbola Indonesia berada dalam titik nadir yang sangat menyedihkan, para penguasa sepakbola kita enggan bergeming untuk memperbaikinya, karena mereka hanya mementingkan kepentingan pribadi semata, mereka hanya mencari uang semata dari kedudukannya itu.<br /><br />Untuk itu, mari sebagai pencinta sepakbola nasional kita lengserkan kediktatoran Nurdin Halid dari kursinya di kantor PSSI, kita reformasi sepakbola kita dengan mendudukan orang-orang yang benar-benar berjuang tanpa pamrih demi memajukan sepakbola kita.<br /><br /><span style="font-style:italic;">Seluruh tulisan diatas, kecuali dua alinea terakhir dikutip dari kompas.co.id</span><div class="blogger-post-footer"><!-- Start code -->
<script src="http://www.mypagerank.net/services/sbt/sbt.php" type="text/javascript"></script>
<!-- End code --></div>Joy Setiawanhttp://www.blogger.com/profile/06409986950249556222noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-4583223906671890672.post-4251607386617648922009-11-24T09:50:00.003+07:002009-11-24T10:17:29.963+07:00Sejarah Gedung Merdeka Bandung<p><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiiW4KD-zjaM3CQ6WSBX6hodY63IbG6udy7Pnix1A8x3bib2laxaUXkhW-JGizOSc7bdsI2l__TccQizzZoXgWB3I8zgnkZ5VaKTekkViiRxWKjFIiFm8-mYAYyu8uWabDjAa0km4pyapo/s1600/Gedung.Merdeka.jpg"><img style="float:left; margin:0 10px 10px 0;cursor:pointer; cursor:hand;width: 320px; height: 198px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiiW4KD-zjaM3CQ6WSBX6hodY63IbG6udy7Pnix1A8x3bib2laxaUXkhW-JGizOSc7bdsI2l__TccQizzZoXgWB3I8zgnkZ5VaKTekkViiRxWKjFIiFm8-mYAYyu8uWabDjAa0km4pyapo/s320/Gedung.Merdeka.jpg" border="0" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5407501895830529650" /></a>Gedung Merdeka di jalan Asia-Afrika, Bandung, Indonesia, adalah gedung yang pernah digunakan sebagai tempat Konferensi Tingkat Tinggi Asia-Afrika tahun 1955. Pada saat ini digunakan sebagai museum. Bangunan ini dirancang oleh Van Galen Last dan C.P. Wolff Schoemaker. Keduanya adalah Guru Besar pada Technische Hogeschool (Sekolah Teknik Tinggi), yaitu ITB sekarang, dua arsitektur Belanda yang terkenal pada masa itu, Gedung ini kental sekali dengan nuansa art deco dan gedung megah ini terlihat dari lantainya yang terbuat dari marmer buatan Italia yang mengkilap, ruangan-ruangan tempat minum-minum dan bersantai terbuat dari kayu cikenhout, sedangkan untuk penerangannya dipakai lampu-lampu bias kristal yang tergantung gemerlapan. Gedung ini menempati areal seluas 7.500 m2.<br /></p><p>Pada saat itu bangunan ini bernama SOCIËTEIT CONCORDIA dipergunakan sebagai tempat rekreasi oleh sekelompok masyarakat Belanda yang berdomisili di kota Bandung dan sekitarnya. Mereka adalah para pegawai perkebunan, perwira, pembesar, pengusaha, dan kalangan lain yang cukup kaya. Pada hari libur, terutama malam hari, gedung ini dipenuhi oleh mereka untuk menonton pertunjukan kesenian, makan malam.<br /><br />Pada masa pendudukan Jepang gedung ini dinamakan Dai Toa Kaman dengan fungsinya sebagai pusat kebudayaan.<br /><br />Pada masa proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945 gedung ini digunakan sebagai markas pemuda Indonesia guna menghadapi tentara Jepang yang pada waktu itu enggan menyerahkan kekuasaannya kepada Indonesia.<br /><br />Setelah pemerintahan Indonesia mulai terbentuk (1946 - 1950) yang ditandai oleh adanya pemerintahan Haminte Bandung, Negara Pasundan, dan Recomba Jawa Barat, Gedung Concordia dipergunakan lagi sebagai gedung pertemuan umum. disini biasa diselenggarakan pertunjukan kesenian, pesta, restoran, dan pertemuan umum lainnya.<br /><br />Dengan keputusan pemerintah Republik Indonesia (1954) yang menetapkan Kota Bandung sebagai tempat Konferensi Asia Afrika, maka Gedung Concordia terpilih sebagai tempat konferensi tersebut. Pada saat itu Gedung Concordia adalah gedung tempat pertemuan yang paling besar dan paling megah di Kota Bandung . Dan lokasi nya pun sangat strategis di tengah-tengah Kota Bandung serta dan dekat dengan hotel terbaik di kota ini, yaitu Hotel Savoy Homann dan Hotel Preanger<br /><br />Dan mulai awal tahun 1955 Gedung ini dipugar dan disesuaikan kebutuhannya sebagai tempat konferensi bertaraf International, dan pembangunannya ditangani oleh Jawatan Pekerjaan Umum Propinsi Jawa Barat yang dimpimpin oleh Ir. R. Srigati Santoso, dan pelaksana pemugarannya adalah : 1) Biro Ksatria, di bawah pimpinan R. Machdar Prawiradilaga 2) PT. Alico, di bawah pimpinan M.J. Ali 3) PT. AIA, di bawah pimpinan R.M. Madyono<br /><br />Setelah terbentuk Konstituante Republik Indonesia sebagai hasil pemilihan umum tahun 1955, Gedung Merdeka dijadikan sebagai Gedung Konstituante. Karena Konstituante dipandang gagal dalam melaksanakan tugas utamanya, yaitu menetapkan dasar negara dan undang-undang dasar negara, maka Konstituante itu dibubarkan oleh Dekrit Presiden tanggal 5 Juli 1959. Selanjutnya, Gedung Merdeka dijadikan tempat kegiatan Badan Perancang Nasional dan kemudian menjadi Gedung Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara (MPRS) yang terbentuk tahun 1960. Meskipun fungsi Gedung Merdeka berubah-ubah dari waktu ke waktu sejalan dengan perubahan yang dialami dalam perjuangan mempertahankan, menata, dan mengisi kemerdekaan Republik Indonesia , nama Gedung Merdeka tetap terpancang pada bagian muka gedung tersebut.<br /><br /><br />Pada tahun 1965 di Gedung Merdeka dilangsungkan Konferensi Islam Asia Afrika. Pada tahun 1971 kegiatan MPRS di Gedung Merdeka seluruhnya dialihkan ke Jakarta . Setelah meletus pemberontakan G30S/ PKI, Gedung Merdeka dikuasai oleh instansi militer dan sebagian dari gedung tersebut dijadikan sebagai tempat tahanan politik G30S/ PKI. Pada bulan Juli 1966, pemeliharaan Gedung Merdeka diserahkan oleh pemerintah pusat kepada Pemerintah Daerah Tingkat I Propinsi Jawa Barat, yang selanjutnya oleh Pemerintah Daerah Tingkat I Propinsi Jawa Barat diserahkan lagi pelaksanaannya kepada Pemerintah Daerah Tingkat II Kotamadya Bandung. Tiga tahun kemudian, tanggal 6 Juli 1968, pimpinan MPRS di Jakarta mengubah surat keputusan mengenai Gedung Merdeka (bekas Gedung MPRS) dengan ketentuan bahwa yang diserahkan adalah bangunan induknya, sedangkan bangunan-bangunan lainnya yang terletak di bagian belakang Gedung Merdeka masih tetap menjadi tanggung jawab MPRS.<br /><br />Pada Maret 1980 Gedung ini kembali dipercayakan menjadi tempat peringatan Konferensi Asia Afrika yang ke-25 dan pada Puncak peringatannya diresmikan Museum Konferensi Asia Afrika oleh Soeharto, Presiden Republik Indonesia - 2.</p><p>sumber diambil sepenuhnya dari <em>wikipedia indonesia</em> dan sejarah gedung-gedung peninggalan Belanda.<br /></p><div class="blogger-post-footer"><!-- Start code -->
<script src="http://www.mypagerank.net/services/sbt/sbt.php" type="text/javascript"></script>
<!-- End code --></div>Joy Setiawanhttp://www.blogger.com/profile/06409986950249556222noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-4583223906671890672.post-54758348239784646792009-07-14T08:58:00.000+07:002009-07-14T09:19:02.615+07:00Beberapa Perjanjian Yang Melibatkan IndonesiaIndonesia sebagai negara yang besar dan luas tentu akan kesulitan dalam memelihara serta mempertahankan kadaukatan negaranya bila hanya mengandalkan angkatan bersenjatanya saja, karena hal itu tentu akan memberatkan anggaran belanja negara, dan tentu dampaknya akan meluas pada kesejahteraan rakyat secara umum. Oleh karena itu, selain memperkuat angkatan bersenjatanya, mempertebal rasa nasionalisme rakyat, serta meningkatkan kesejahteraan, nampaknya berbagai macam perjanjian yang melibatkan berbagai macam urusan kenegaraan, juga merupakan salah satu bentuk dari memepertahankan kedaulatan negara.<div class="fullpost"> Ada beberapa perjanjian yang melibatkan Indonesia, diantaranya adalah Perjanjian New York, yaitu perjanjian mengenai keberadaan serta keabsahan Papua Barat dulu.<br /><br />Perjanjian New York dilatarbelakangi oleh usaha Indonesia untuk merebut daerah Papua bagian barat dari tangan Belanda. Pada Konferensi Meja Bundar (KMB) di Den Haag saat pengakuan kedaulatan Indonesia oleh Belanda disebutkan bahwa masalah Papua bagian barat akan diselesaikan dalam tempo satu tahun sejak KMB. Namun sampai tahun 1961, tak terselesaikan.<br /><br />Amerika Serikat yang takut bila Uni Soviet makin kuat campur tangan dalam soal Papua bagian barat, mendesak Belanda untuk mengadakan perundingan dengan Indonesia. Delegasi Indonesia dipimpin oleh Adam Malik dan Belanda oleh Dr. Van Royen, sedang E. Bunker dari Amerika Serikat menjadi perantaranya.<br /><br />Tanggal 15 Agustus 1962 diperoleh Persetujuan New York yang berisi penyerahan Papua bagian barat dari Belanda melalui United Nations Temporary Executive Authority (UNTEA). Tanggal 1 Mei 1963 Papua bagian barat kembali ke Indonesia. Kedudukan Papua bagian barat menjadi lebih pasti setelah diadakan Penentuan Pendapat Rakyat (PEPERA) tahun 1969, rakyat Papua bagian barat memilih tetap dalam lingkungan RI<br /><br />Selain itu ada Perjanjian Renville, Perjanjian Renville adalah perjanjian antara Indonesia dan Belanda yang ditandatangani pada tanggal 17 Februari 1948 di atas geladak kapal perang Amerika Serikat sebagai tempat netral, USS Renville, yang berlabuh di pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta. Perundingan dimulai pada tanggal 8 Desember 1947 dan ditengahi oleh Komisi Tiga Negara (KTN), Committee of Good Offices for Indonesia, yang terdiri dari Amerika Serikat, Australia, dan Belgia<br /><br />Kesepakatan yang diambil dari Perjanjian Renville adalah sebagai berikut :<br />1. Disetujuinya pelaksanaan gencatan senjata<br />2. Disetujuinya sebuah garis demarkasi yang memisahkan wilayah Indonesia dan daerah pendudukan Belanda<br />3. TNI harus ditarik mundur dari daerah-daerah kantongnya di wilayah pendudukan di Jawa Barat dan Jawa Timur ke daerah Indonesia di Yogyakarta<br /><br />Ada juga Perjanjian Roem Royen (juga disebut Perjanjian Roem-Van Royen) adalah sebuah perjanjian antara Indonesia dengan Belanda yang dimulai pada tanggal 14 April 1949 dan akhirnya ditandatangani pada tanggal 7 Mei 1949 di Hotel Des Indes, Batavia. Namanya diambil dari kedua pemimpin delegasi, Mohammad Roem dan J. H. van Roijen. Maksud pertemuan ini adalah untuk menyelesaikan beberapa masalah mengenai kemerdekaan Indonesia sebelum Konferensi Meja Bundar di Den Haag pada tahun yang sama.<br /><br />Hasil pertemuan ini adalah:<br />1. Angkatan bersenjata Indonesia akan menghentikan semua aktivitas gerilya<br />2. Pemerintah Republik Indonesia akan menghadiri Konferensi Meja Bundar<br />3. Pemerintah Republik Indonesia dikembalikan ke Yogyakarta<br />4. Angkatan bersenjata Belanda akan menghentikan semua operasi militer dan membebaskan semua tawanan perang<br /><br />Pada tanggal 22 Juni, sebuah pertemuan lain diadakan dan menghasilkan keputusan:<br />- Kedaulatan akan diserahkan kepada Indonesia secara utuh dan tanpa syarat sesuai perjanjian Renville pada 1948<br />- Belanda dan Indonesia akan mendirikan sebuah persekutuan dengan dasar sukarela dan persamaan hak<br />- Hindia Belanda akan menyerahkan semua hak, kekuasaan, dan kewajiban kepada Indonesia<br /><br />Pada 6 Juli, Sukarno dan Hatta kembali dari pengasingan ke ibukota Yogyakarta. Pada 13 Juli, kabinet Hatta mengesahkan perjanjian Roem-van Roijen. Pada 3 Agustus, gencatan senjata antara Belanda dan Indonesia dimulai di Jawa (11 Agustus) dan Sumatera (15 Agustus). Konferensi Meja Bundar mencapai persetujuan tentang semua masalah dalam agenda pertemuan, kecuali masalah Papua bagian barat.<br /><br />Kemudian Perundingan Linggarjati atau kadang juga disebut Perundingan Linggajati adalah suatu perundingan antara Indonesia dan Belanda di Linggarjati, Jawa Barat yang menghasilkan persetujuan mengenai status kemerdekaan Indonesia. Hasil perundingan ini ditandatangani di Istana Merdeka Jakarta pada 15 November 1946 dan diratifikasi kedua negara pada 25 Maret 1947.<br /><br />Hasil perundingan terdiri dari 17 pasal yang antara lain berisi:<br />1. Pemerintah RI dan Belanda bersama-sama menyelenggarakan berdirinya sebuah negara berdasar federasi, yang dinamai Indonesia Serikat.<br />2. Pemerintah Republik Indonesia Serikat akan tetap bekerja sama dengan pemerintah Belanda membentuk Uni Indonesia-Belanda.<br />3. Belanda mengakui kedaulatan de facto RI atas Jawa, Madura, dan Sumatra.<br /><br />Dan masih banyak perjanjian atau perundingan yang melibatkan Indonesia dengan negara - negara lain, walaupun tidak semua perjanjian atau perundingan tersebut menguntungkan Indonesia. Tapi yang penting, apapun itu, perjanjian atau perundingan tersebut adalah bentuk dari usaha untuk mempertahankan kedaulatan negara Indonesia agar tetap jaya.<br /></div><div class="blogger-post-footer"><!-- Start code -->
<script src="http://www.mypagerank.net/services/sbt/sbt.php" type="text/javascript"></script>
<!-- End code --></div>Joy Setiawanhttp://www.blogger.com/profile/06409986950249556222noreply@blogger.com4tag:blogger.com,1999:blog-4583223906671890672.post-76009712945991887282009-05-28T10:47:00.003+07:002009-05-28T11:05:55.140+07:00Deklarasi Djuanda - 13 Desember 1957Sebagai negara kepulauan, Indonesia selayaknya mempunyai Undang-undang tentang kelautan, hal itu tentu akan memperkuat kemandirian negara kita sebagai negara kepulauan yang terdiri atas ribuan pulau dan tentu bersama dengan laut yang mengitarinya.<div class="fullpost"> Untuk itu, Perdana Menteri Indonesia pada tahun 1957, yaitu Djuanda Kartawidjaja mendeklarasikan sebuah keputusan yang isinya menyatakan bahwa lautan antara, sekitar dan didalam kepulauan Indonesia menjadi wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.<br /><br />Deklarasi tersebut yang akhirnya bernama Deklarasi Djuanda dicetuskan pada 13 Desember 1957. Sebelum deklarasi Djuanda, wilayah negara Republik Indonesia mengacu pada Ordonansi Hindia Belanda 1939, yaitu Teritoriale Zeeën en Maritieme Kringen Ordonantie 1939 (TZMKO 1939). Dalam peraturan zaman Hindia Belanda ini, pulau-pulau di wilayah Nusantara dipisahkan oleh laut di sekelilingnya dan setiap pulau hanya mempunyai laut di sekeliling sejauh 3 mil dari garis pantai. Ini berarti kapal asing boleh dengan bebas melayari laut yang memisahkan pulau-pulau tersebut.<br /><br />Deklarasi Djuanda menyatakan bahwa Indonesia menganut prinsip-prinsip negara kepulauan (Archipelagic State) yang pada saat itu mendapat pertentangan besar dari beberapa negara, sehingga laut-laut antarpulau pun merupakan wilayah Republik Indonesia dan bukan kawasan bebas. Deklarasi Djuanda selanjutnya diresmikan menjadi UU No.4/PRP/1960 tentang Perairan Indonesia. Akibatnya luas wilayah Republik Indonesia berganda 2,5 kali lipat dari 2.027.087 km² menjadi 5.193.250 km² dengan pengecualian Irian Jaya yang walaupun wilayah Indonesia tapi waktu itu belum diakui secara internasional.<br /><br />Berdasarkan perhitungan 196 garis batas lurus (straight baselines) dari titik pulau terluar ( kecuali Irian Jaya ), terciptalah garis maya batas mengelilingi RI sepanjang 8.069,8 mil laut[1].<br /><br />Setelah melalui perjuangan yang penjang, deklarasi ini pada tahun 1982 akhirnya dapat diterima dan ditetapkan dalam konvensi hukum laut PBB ke-III Tahun 1982 (United Nations Convention On The Law of The Sea/UNCLOS 1982). Selanjutnya delarasi ini dipertegas kembali dengan UU Nomor 17 Tahun 1985 tentang pengesahan UNCLOS 1982 bahwa Indonesia adalah negara kepulauan.<br /><br />Pada tahun 1999, Presiden Soeharto mencanangkan tanggal 13 Desember sebagai Hari Nusantara. Penetapan hari ini dipertegas dengan terbitnya Keputusan Presiden RI Nomor 126 Tahun 2001, sehingga tanggal 13 Desember resmi menjadi hari perayaan nasional.<br /></div><div class="blogger-post-footer"><!-- Start code -->
<script src="http://www.mypagerank.net/services/sbt/sbt.php" type="text/javascript"></script>
<!-- End code --></div>Joy Setiawanhttp://www.blogger.com/profile/06409986950249556222noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-4583223906671890672.post-80163830117182235632009-05-14T11:43:00.002+07:002009-05-14T11:53:06.989+07:00Tri Tuntutan Rakyat ( TRITURA ) - 10 Januari 1966Pasca pemberontakan G-30-S/PKI (Partai Komunis Indonesia) pada tanggal 30 September 1965 telah menimbulkan krisis kepemimpinan nasional yang berdampak buruk terhadap segala aspek kehidupan masyarakat Indonesia. Kondisi ini menjadi pemicu munculnya gelombang ketidakpercayaan masyarakat, terutama gerakan-gerakan mahasiswa terhadap kebijakan-kebijakan yang dilaksanakan Presiden Ir. Sukarno dalam menangani persoalan-persoalan politik, keamanan dan ekonomi pasca pemberontakan G-30-S/PKI (Partai Komunis Indonesia).<div class="fullpost"> Menjelang akhir tahun 1965 pemerintah membuat kebijakan mendevaluasikan rupiah dan menaikkan harga minyak bumi. Kebijakan tersebut menyulut demontrasi besar-besaran dikalangan mahasiswa. Pada tanggal 10 Januari 1966 Mahasiswa melancarkan tuntutan yang dikenal dengan nama Tri Tuntutan Rakyat (Tritura) meliputi:<br /><br />1.Pembubaran Partai Komunis Indonesia (PKI);<br />2.Retooling Kabinet;<br />3.Penurunan Harga/Perbaikan Ekonomi.<br /><br />Tuntutan mahasiswa mendapat sambutan positif dari Team Pelaksana Musyawarah Exponen Angkatan ’45. Berita Antara 14 Januari 1966 memberitakan bahwa Team tersebut telah mengemukakan pandangannya, bahwa tuntutan para mahasiswa akhir-akhir ini melalui demonstrasi-demonstrasi perlu mendapat sambutan baik atas dasar factor-faktor obyektif serta situasi kongrit dewasa ini. Tuntutan mahasiswa yang tercermin dalam demonstrasi terus-menerus setiap hari dan dipimpin oleh Kesatuan Aksi Mahsiswa Indonesia (KAMI) berpokok pada soal pembubaran PKI dan ormas-ormasnya, retooling Kabinet Dwikora dan penurunan kenaikan tarif-harga.<br /><br />Mengenai tuntutan melakukan retooling cabinet yang sekarang ini, Musyawarah Exponen Angkatan ’45 dalam pernyataan tersebut yang telah diedarkan menyatakan dukungannya. Musyawarah Exponen Angkatan ’45 juga menandaskan hendak membantu Wakil Perdana Menteri III, Chaerul Saleh, salah seorang tokoh angkatan ’45, untuk mengadakan konsultasi atas dasar musjawarah dan mufakat dengan segenap pihak yang bersangkutan. Oleh karena itu, perlu diingatkan pentingnya mempertahankan gotong royong dan persatuan progresif revolusioner guna mengatasi situasi tanah air dari ancaman G-30-S/PKI, terutama di bidang ekonomi.<br /><br />Dalam menunjukkan keinginan membantu Wakil Perdana Menteri III untuk mengadakan konsultasi dengan segenap pihak yang bersangkutan, Musyawarah Exponen Angkatan ’45 menyarankan agar kebijakan ekonomi menekankan pada pendekatan produksi dalam rangka memberantas inflasi. Gaji pegawai, buruh dan prajurit setiap bulan minimal harus berada di atas kebutuhan fisik minimum keluarga mereka. Dikemukakan selanjutnya bahwa sementara menunggu perkembangan produksi sebagai alat satu-satunya mencegah inflasi, maka kebutuhan barang-barang pokok harus dicukupi jumlahnya dengan cara apa pun. Segenap alat distribusi harus diawasi secara ketat hingga seluruhnya dikuasai oleh pemerintah sambil melaksanakan Keputusan MPRS tentang pelaksanaan alat-alat distribusi yang dipegang oleh koperasi rakyat. Pernyataan dari Musyawarah Exponen Angkatan ’45 ditandatangani oleh Mayor Jenderal Djamin Gintings, Brigadir Jenderal Djuhartono, Brigadir Jenderal Pol. Sujono, SH, Letnan Kolonel Chandra Hasan, Letnan Kolonel Dominggus Nanlohy, Drosek Zakaria Raib, Alizar Thaib, Ishak Djanggawirana, Armansyah, Herman Wanggamihardja, Ismael Agung Witono dan Soekandja.<br /><br />Masih terkait dengan Tri Tuntutan Rakyat (Tritura), di Bandung hari kamis tanggal 13 Januari 1966 terjadi demonstrasi yang diikuti kurang lebih 2.000 mahasiswa dan pelajar untuk menuntut penurunan harga dan pembubaran PKI. Awalnya demonstrasi tersebut nyaris tidak terkendali, akhirnya pihak keamanan dapat membubarkan demonstrasi mahasiswa dan pelajar itu. Dalam demonstrasi tersebut mahasiswa dan pelajar meneriakan yel-yel “turunkan harga”, “kita tidak perlu monumen-monumen lagi”, “kita perlu industri”, “hancurkan gestapu”, “bubarkan PKI”.<br /><br />Dalam kesempatan itu, Walikota Priatnakusumah tidak bisa menyampaikan pendiriannya sewaktu menghadapi demonstrasi tersebut, karena setiap ia akan berbicara, teriakan “kita bosan dengan pidato” menyebabkan pidato Walikota Priatnakusumah tidak terdengar sampai jauh, karena kabel pengeras suara yang digunakan Walikota berbicara, diputuskan orang.<br /><br />Kurang lebih tiga jam mahasiswa-mahasiswa dan pelajar-pelajar Bandung berdemonstrasi di halaman kotapraja. Mereka dikoordinasi oleh KAMI, dan dalam kesempatan itu seorang pimpinannya membacakan petisi dan resolusi yang akan mereka sampaikan pula kepada Presiden/Pemimpin Besar Revolusi Bung Karno. Dijelaskan dalam petisi dan resolusi tersebut bahwa tuntutan para mahasiswa dan pelajar Bandung ini adalah mengingat penderitaan rakyat dewasa ini. Disebutkan pula bahwa mahasiswa dan pelajar Bandung solider dengan aksi yang telah dilaksanakan mahasiswa-mahasiswa Ibukota baru-baru ini di Jakarta dalam membela kepentingan rakyat.<br /><br />Menindaklanjuti demonstrasi mahasiswa yang semakin gencar di berbagai daerah Presidium Pusat KAMI telah menginstruksikan mahasiswa Indonesia khususnya yang berada di Jakarta dan yang bernaung di bawah panji KAMI untuk mempertinggi kewaspadaan dan jangan bertindak sendiri-sendiri. Instruksi itu diberikan berhubung dengan terjadinya insiden antara unsur-unsur Front Marhaenis (Ali-Surachman) dengan mahasiswa-mahasiswa dari kalangan KAMI ketika mereka sedang mendengar amanat Presiden/ Pemimpin Besar Revolusi Bung Karno di Istana Merdeka. Insiden Istana Merdeka ini telah membawa korban, beberapa orang mahasiswi terpaksa diangkut ke rumah sakit karena terluka.<br /><br />Kepada pimpinan organisasi-organisasi mahasiswa seperti PMII, PMKRI, GMKI, GMNI, IMADA, HMI, SEMMI, GERMAHII, MAPANTJAS, PELMASI, GMD, IMABA, CSB, GMS, GMRI, KAMI Universitas-Universitas, KAMI Akademi-Akademi, Dewan-Dewan Mahasiswa dan seluruh rakyat Indonesia diserukan oleh Presidium Pusat KAMI agar tetap siaga menghadapi kemungkinan terjadinya tindakan-tindakan kasar seperti yang terjadi pada demonstrasi mahasiswa sebelumnya. Diserukan agar mahasiswa itu merapatkan barisan dan menyelamatkan revolusi Indonesia di bawah komando Presiden Sukarno dari rongrongan “nekolim” dan antek-antek “gestapu”/PKI.<br /><br />Ketua Umum Presidium Pusat KAMI, Cosmas Batubara, dalam penjelasannya mengenai insiden di Istana Merdeka menerangkan antara lain bahwa beberapa rombongan mahasiswa yang tergabung dalam KAMI ketika sedang khidmatnya mendengarkan amanat Presiden Sukarno “telah dicegat dan dan diprovokasi dan akhirnya dikeroyok oleh segerombolan orang-orang yang bertindak liar dan mata gelap”. Terjadinya insiden tertsebut yang menurut Cosmas Batubara telah ditimbulkan oleh golongan Front Marhaenis yang menurut keyakinannya disusupi oleh anasir-anasir CGMI, telah dilaporkan kepada pihak yang berwajib. Menurut pendapat anggota pimpinan KAMI tersebut, tindakan liar yang mengakibatkan terjadinya insiden tersebut telah menodai barisan Sukarno yang dikomandokan oleh Pemimpin Besar Revolusi untuk mempersatukan segenap kekuatan rakyat yang progresif revolusioner dalam menghancurkan nekolim dan “Gestapu”/PKI.<br /><br />Dalam hubungan ini, pada tanggal 21 Januari 1966 ketua KAMI Pusat tersebut menginstruksikan kepada segenap mahasiswa yang tergabung dalam KAMI Pusat di seluruh kota-kota Universitas dan perguruan tinggi di Indonesia harus bersikap sebagai berikut:<br /><br />1. Tetap merapatkan barisan perjuangan mahasiswa, tetap berdiri di belakang Pemimpin Besar Revolusi Bung Karno;<br /><br />2. Menggalang kekompakan kesatuan segenap potensi mahasiswa dengan semangat rela berkorban, berdisiplin, serta ikhlas mengabdi menjadi satu front yang bisa diuji kemampuannya oleh Pemimpin Besar Revolusi Bung Karno;<br /><br />3. Terus meningkatkan penghayatan tritunggal Bung Karno-Rakyat-ABRI dalam satu front demi kepentingan rakyat, nusa dan bangsa menghadapi rongrongan nekolim dan unsur-unsur Gestapu/PKI;<br /><br />4. Mendaftarkan dengan segera pada barisan pendukung Bung Karno pada Gabungan V KOTI untuk tingkat pusat dan Pepelrada setempat untuk tingkat daerah;<br /><br />5. Tetap waspada akan usaha pecah belah, intrik, adu-domba serta pancingan-pancingan dari pihak nekolim ataupun antek-antek Gestapu/PKI.<br /><br />Pada tanggal 21 Februari 1966 Presiden Sukarno mengumumkan reshuffle cabinet. Dalam kabinet itu duduk para simpatisan PKI. Kenyataan ini menyulut kembali mahasiswa meningkatkan aksi demonstrasinya. Tanggal 24 Februari 1966 mahasiswa memboikot pelantikan menteri-menteri baru. Dalam insiden yang terjadi dengan Resimen Cakrabirawa, Pasukan Pengawal Presiden Sukarno, seorang mahasiswa Arief Rahman Hakim Gugur. Pada tanggal 25 Februari 1966 KAMI dibubarkan, namun hal itu tidak mengurangi gerakan-gerakan mahasiswa untuk melanjutkan Tri Tuntutan Rakyat (Tritura).<br /><br />Akhirnya, Tujuan dari Tri Tuntutan Rakyat dapat terwujud dengan keluarnya Surat Perintah 11 Maret 1966 (Supersemar) yang memerintahkan kepada Mayor Jenderal Suharto untuk membubarkan Partai Komunis Indonesia dan ormas-ormasnya. Selain itu, Supersemar juga mengamanatkan agar meningkatkan perekonomian Indonesia sehingga dapat terwujud kesejahteraan sosial dan ekonomi bagi seluruh rakyat Indonesia.<br /><br /><span>Sumber dari ANRI</span><br /></div><div class="blogger-post-footer"><!-- Start code -->
<script src="http://www.mypagerank.net/services/sbt/sbt.php" type="text/javascript"></script>
<!-- End code --></div>Joy Setiawanhttp://www.blogger.com/profile/06409986950249556222noreply@blogger.com5tag:blogger.com,1999:blog-4583223906671890672.post-13496624186277419662009-05-08T10:28:00.006+07:002009-05-28T11:21:29.557+07:00Perjanjian Roem - Royen, 7 Mei 1949Dewan Keamanan PBB pada tanggal 23 Maret 1949 memerintahkan UNCI untuk pelaksanaan membantu perundingan antara Republik Indonesia dan Belanda. Dalam pelaksanaan tugas tersebut akhirnya berhasil membawa Indonesia dan Belanda ke meja perundingan, delagasi Indonesia diketuai Mr Moh Roem sedangkan Belanda oleh Br Van Royen.<br /><br />Pada tanggal 17 April 1949 dimulailah perundingan pendahuluan di Jakarta yang diketuai oleh Merle Cochran, wakil Amerika Serikat dalam UNCI. Dalam perundingan selanjutnya Indonesia diperkuat Drs Moh Hatta dan Sri Sultan Hamengkubuwono IX.<br /><br />Setelah melalui perundingan yang berlarut-larut akhirnya pada tanggal 7 Mei 1949 tercapat persetujuan yang kemudian dikenal dengan nama <i>Roem-Royen Statements.<br /></i><br />Isi persetujuan adalah sebagai berikut:<br /><br />Delegasi Indonesia menyatakan kesediaan Pemerintah RI untuk:<br />1. Mengeluarkan perintah kepada pengikut Republik yang bersenjata untuk menghentikan perang gerilya.<br />2. Bekerjasama dalam mengembalikan perdamaian dan menjaga ketertiban dan keamanan.<br />3. Turut serta dalam Konferensi Meja Bundar di Den Haag dengan maksud untuk mempercepat penyerahan kedaulatan yang sunguh dan lengkap kepada negara Indonesia Serikat dengan tidak bersyarat.<br /><br />Pernyataan Belanda pada pokoknya berisi:<br />1. Menyetujui kembalinya pemerintah Republik Indonesia ke Yogyakarta.<br />2. Membebaskan semua tahanan politik dan menjamin penghentian gerakan militer.<br />3. Tidak akan mendirikan negara-negara yang ada di daerah Republik dan dikuasainya dan tidak akan meluaskan daerah dengan merugikan Republik.<br />4. Menyetujui adanya Republik Indonesia sebagai bagian dari negara Indonesia Serikat.<br />5. Berusaha dengan sungguh-sungguh supaya KMB segera diadakan setelah pemerintah Republik kembali ke Yogyakarta.<br /><br />Hasil perundingan Roem-Royen ini mendapat reaksi keras dari berbagai pihak di Indonesia, terutama dari pihak TNI dan PDRI, ialah sebagai berikut:<br />Panglima Besar Angkatan Perang Republik Indonesia Jenderal Sudirman pada tanggal 1 Mei 1949 mengeluarkan amanat yang ditujukan kepada komandan-komandan kesatuan memperingatkan agar mereka tidak turut memikirkan perundingan, karena akibatnya hanya akan merugikan pertahanan dan perjuangan.<br /><br />Amanat Panglima Besar Sudirman itu kemudian disusul dengan maklumat-maklumat Markas Besar Komando Djawa (MBKD) yang meyerukan agar tetap waspada, walaupun ada perundingan-perundingan yang menghasilkan persetujuan.<br /><br />Perkiraan TNI terhadap kemungkinan serangan dari pihak Belanda tidak meleset. Pasukan-pasukan Belanda yang ditarik dari Yogyakarta dipindahkan ke Surakarta. Dengan bertambahnya kekuatan Belanda di Surakarta dan akibatnya Letnan Kolonel Slamet Riyadi yang memimpin TNI di Surakarta memerintahkan penyerangan-penyerangan terhadap obyek-obyek vital di Solo. Di tempat lain pun perlawalan gerilya tetap berjalan, tanpa terpengaruh oleh perundingan apa pun hasilnya.<br /><br />Penghentian tembak-menembak<br />Bersamaan dengan berlangsunya Konferensi Inter-Indonesia pada tanggal 1 Agustus 1949 di Jakarta diadakan perundingan resmi antara Wakil-wakil RI BFO dan Belanda di bawah pengawasan UNCI yang menghasilkan Persetujuan Penghentian Permusuhan. Presiden selaku Panglima Tertinggi Angkatan Perang RI melalui Radio Republik Indonesia di Yogya pada tanggal 3 Agustus 1949 mengumumkan perintah menghentikan tembak-menembak, hal serupa dilakukan pula oleh Jenderal Sudirman, Panglima Besar TNI. Pada hari yang sama, AHJ Lovink, Wakil Tinggi Mahkota Kerajaan Belanda sebagai Panglima Tertinggi Angkatan Perang Belanda di Indonesia memerintahkan kepada serdadu-serdadunya untuk meletakkan senjata, yang berarti kedua belah pihak menghentikan permusuhan secara resmi yang pelaksanaannya diawasi oleh KTN dari PBB.<br /><br />Juga dibicarakan bahwa nanti TNI akan menjadi inti dari pembentukan APRIS (Angkatan Perang Republik Indonesia Serikat) yang anggota-anggotanya terdiri bekas KNIL, dan anggota KL (Koninklyeke Leger) akan kembali ke negerinya (Nederland).<br /><br />Di samping rasa syukur bahwa perjuangan bersenjata telah berakhir, di kalangan masyarakat terdapat pula rasa tidak puas. Memang terbukti bahwa Belanda telah meninggalkan bom-bom waktu yang akan mengganggu ketenteraman bangsa Indonesia di dalam usahanya untuk mengisi kemerdekaan.<br /><br />Ya, bom-bom waktu itu berupa pemberontakan-pemberotakan serdadu-serdadu KNIL antaranya; di Bandung APRA-nya Westerling, Pemberontakan Andi Azin di Makassar dan Pemberontakan RMS (Rakyat Maluku Selatan) tapi syukurlah semuanya dapat dilumpuhkan oleh TNI/APRIS.<br /><br /><i>ditulis oleh Dahlan Zailani di Harian Umum Pelita</i><div class="blogger-post-footer"><!-- Start code -->
<script src="http://www.mypagerank.net/services/sbt/sbt.php" type="text/javascript"></script>
<!-- End code --></div>Joy Setiawanhttp://www.blogger.com/profile/06409986950249556222noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-4583223906671890672.post-87864424262378034442009-04-28T09:21:00.004+07:002009-04-28T11:17:43.605+07:00Era Undang Undang Dasar Sementara, 1950 - 1959<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjZ6iJeGLtsFoJnmYufORTuVi-GctlNegSYUKzi_I9gFHvZy-BwdkL1VpdNM_DJZh7veyT_YnRYknZE_cb7ayyUICLxrEtpxkEwwynYDnYX1lIpLRb68ml66hYp1tZE91bz6QNVayIcixA/s1600-h/Bung+Karno.jpg"><img style="float:left; margin:0 10px 10px 0;cursor:pointer; cursor:hand;width: 213px; height: 320px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjZ6iJeGLtsFoJnmYufORTuVi-GctlNegSYUKzi_I9gFHvZy-BwdkL1VpdNM_DJZh7veyT_YnRYknZE_cb7ayyUICLxrEtpxkEwwynYDnYX1lIpLRb68ml66hYp1tZE91bz6QNVayIcixA/s320/Bung+Karno.jpg" border="0" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5329591383371599346" /></a>Pada tahun 1960 sampai dengan tahun 1959, Indonesia menggunakan Undang Undang Dasar Sementara 1950 sebagai dasar negaranya. UUDS tersebut dumulai pada 17 Agustus 1950 sampai dengan lahirnya dekrit Presiden pada 5 Juli 1959 yang dikeluarkan Presiden Soekarno. <div><br /><div>Pemberlakuan Undang Undang Dasar Sementara 1950 tersebut dimulai pada saat Republik Indonesia Serikat berakhir karena adanya demo besar-besaran dari rakyat yang menuntut kembalinya Indonesia menjadi Negara Kesatuan Republik Indonesia, sehingga akhirnya pemerintah membubarkan Republik Indonesia Serikat dan kembali menjadi Negara Kesatuan Republik Indonesia dengan menggunakan Undang Undang Dasar Sementara sejak 17 Agustus 1950, dengan menganut sistem kabinet parlementer.</div><div><br /></div><div>Pada tahun 1950 itu juga dibentuk sebuah badan konstituante yang bertugas membuat dan menyusun Undang Undang Dasar baru seperti yang diamanatkan UUDS 1950, namun sampai akhir tahun 1959, badan konstituante tersebut belum berhasil merumuskan Undang Undang Dasar yang baru, hingga akhirnya Presiden Soekarno mengeluarkan dekrit pada 5 Juli 1959 yang isinya membubarkan badan konstituante tersebut, sekaligus menegaskan pada tahun itu juga bahwa Indonesia kembali ke Undang Undang Dasar 1945, serta membentuk MPRS dan DPRS.</div><div><br /></div><div>Pada masa Undang Undang Dasar Sementara 1950 tersebut diberlakukan, gejolak politik yang panas menimbulkan berbagai gerakan yang politik yang tidak stabil, sehingga kabinet pemerintahanpun ikut kena imbasnya, tercatat pada periode 1950 hingga 1959 ada 7 kali pergantian kabinet, yaitu :</div><div><ol><li>1950 - 1951 : Kabinet Natsir</li><li>1951 - 1952 : Kabinet Sukiman Suwirjo</li><li>1952 - 1953 : Kabinet Wilopo</li><li>1953 - 1955 : Kabinet Ali Sastroamidjojo I</li><li>1955 - 1956 : Kabinet Burhanuddin Harahap</li><li>1956 - 1957 : Kabinet Ali Satroamidjojo II</li><li>1957 - 1959 : Kabinet Djuanda</li></ol><div>Hingga puncaknya pada 5 Juli 1959, Presiden Soekarno mengeluarkan dekrit yang isinya seperti yang telah ditulis diatas, dan pada masa berakhirnya UUDS 1950 dan kembali ke Undang Undang Dasar 45, sistem kabinet parlementer ikut juga berakhir menjadi sistem Demokrasi Terpimpin dimana seluruh keputusan dan pemikiran hanya terpusat pada Presiden.</div><div><br /></div><div>Namun demikian, ternyata sistem Demokrasi Terpimpin tersebut tidak membuat Indonesia menjadi stabil dalam bidang politik apalagi ekonomi, karena Partai Komunis Indonesia yang pada masa itu sebagai partai besar merasa berada diatas angin, mereka kemudian mendorong Presiden Soekarno untuk membuat sebuah konsep yang dinamakan konsep Nasionalisme, Agama dan Komunisme atau lebih dikenal sebagai NASAKOM.</div><div><br /></div><div>Era Demokrasi Terpimpin adalah kolaborasi antara kekuasaan kaum borjuis dengan komunis itu ternyata gagal dalam memperbaiki sistem perekonomian Indonesia, malahan yang terjadi adalah penurunan cadangan devisa, inflasi terus menaik tanpa terkendali, korupsi kaum birokrat dan militer merajalela, sehingga puncaknya adalah pemberontakan PKI yang dikenal dengan pemberontakan G 30 S/ PKI.</div></div></div><div class="blogger-post-footer"><!-- Start code -->
<script src="http://www.mypagerank.net/services/sbt/sbt.php" type="text/javascript"></script>
<!-- End code --></div>Joy Setiawanhttp://www.blogger.com/profile/06409986950249556222noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-4583223906671890672.post-85624952230540292372009-04-17T09:23:00.003+07:002009-04-17T09:52:54.495+07:00Sejarah Kerajaan Islam di IndonesiaKerajaan Islam di Indonesia berkembang dan mencapai masa kejayaannya pada awal abad ke 13 sampai ke 16. Berdirinya banyak kerajaan Islam pada masa itu akibat berkembangnya perdagangan antar laut yang dijalankan para pedagang dari Parsi, Arab, India, Tiongkok dan lain-lain, dan pusat kerajaan-kerajaan atau kesultanan tersebut bisa dibagi dalam beberapa wilayah pemerintahan seperti Maluku, Sumatera, Sulawesi, Kalimantan dan Jawa.<div><br /><div>Namun periode tepat berdirinya kerajaan-kerajaan tersebut memang sangat sulit untuk dipastikan, terutama kerajaan atau kesultanan yang berada di Sumatera, dan hal itu masih memerlukan penelitian yang sangat memerlukan waktu.</div><div><br /></div><div>Kerajaan atau Kesultanan yang berdiri di Sumatera diantaranya adalah :</div><div><ol><li>Kesultanan Perlak ( antara abad 9 sampai 13 )</li><li>Kesultanan Samudera Pasai ( antara abad 13 - 16 )</li><li>Kesultanan Malaka ( antara abad 14 - 17 )</li><li>Kesultanan Aceh ( antara abad 19 - 1903 )</li><li>Kerajaan Melayu Jambi </li><li>Kesultanan Johor Riau</li></ol><div>Sementara Kerajaan atau Kesultanan yang berada di Pulau Jawa adalah :</div><div><ol><li>Kesultanan Demak ( 1500 - 1550 )</li><li>Kesultanan Banten ( 1524 - 1813 )</li><li>Kesultanan Pajang ( 1568 - 1618 )</li><li>Kesultanan Mataram ( 1586 - 1755 )</li><li>Kesultanan Cirebon ( sekitar abad ke 16 )</li></ol><div>Kesultanan yang berada di Maluku :</div><div><ol><li>Kesultanan Ternate ( 1257 - 1583 )</li><li>Kesultanan Tidore ( 1110 - 1947 )</li><li>Kesultanan Jailolo ( tahunnya tidak diketahui )</li><li>Kesultanan Bacan ( ini juga masih belum diketahui )</li></ol><div>Kesultanan yang berada di Sulawesi</div><div><ol><li>Kesultanan Gowa ( abad 16 - 1667 )</li><li>Kesultanan Buton ( 1332 - 1911 )</li><li>Kesultanan Bone ( abad 17 )</li></ol><div>Kesultanan yang berada di Kalimantan antara lain :</div><div><ol><li>Kesultanan Pasir ( 1516 )</li><li>Kesultanan Banjar ( 1526 - 1905 )</li><li>Kesultanan Sambas ( 1675 )</li><li>Kesultanan Kutai Kartanegara ing Martadipura</li><li>Kesultanan Berau ( 1400 )</li><li>Kesultanan Pontianak ( 1771 )</li><li>Kerajaan Tidung </li><li>Kesultanan Bulungan ( 1773 )</li></ol><div>Selain yang diatas, sangat diyakini bahwa Kesultanan yang ada di wilayah Indonesia masih banyak, terutama kesultanan-kesultanan kecil lainnya. Bukti-bukti sejarah yang ada menunjukkan bahwa Indonesia sangat kaya dengan kerajaan atau kesultanan yang tersebar di banyak wilayah.</div></div></div></div></div></div></div><div class="blogger-post-footer"><!-- Start code -->
<script src="http://www.mypagerank.net/services/sbt/sbt.php" type="text/javascript"></script>
<!-- End code --></div>Joy Setiawanhttp://www.blogger.com/profile/06409986950249556222noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-4583223906671890672.post-35553902921920324522009-03-30T13:11:00.006+07:002009-03-31T08:57:53.872+07:00Pemberontakan di IndonesiaDalam perjalanannya sebagai negara merdeka, Indonesia tidak lepas dari berbagai macam pemberontakan-pemberontakan yang diakibatkan oleh ketidakpuasan terhadap kebijakan ataupun perbedaan dalam menentukan dasar - dasar negara. <div><br /></div><div>Perbedaan - perbedaan tersebut sebenarnya bisa diselesaikan apabila kepentingan-kepentingan pribadi tidak menjadi hal yang utama, ataupun perbedaan-perbedaan tersebut sebetulnya banyak ditunggangi oleh pihak ketiga, dalam hal ini pemerintah kolonial Belanda masih berperan banyak dengan tujuan Indonesia bisa kembali dikuasai oleh mereka.</div><div><br /></div><div>Pemberontakan-pemberontakan tersebut diantaranya :</div><div><ol><li>Pendirian Negara Islam Indonesia ( NII ) oleh Sekarmadji Maridjan Kartosoewirjo pada 7 Agustus 1949. NII atau juga dikenal sebagai Darul Islam yang artinya Rumah Islam diproklamasikan di Cisampah, Ciawiligar Tasikmalaya dengan tujuan menjadikan Indonesia sebagai negara teokrasi dengah Islam sebagai dasar negara. Dalam proklamasinya dikatakan bahwa " Hukum yang berlaku dalam Negara Islam Indonesia adalah Hukum Islam ". Lebih jelas lagi dalam Undang - Undangnya dinyatakan bahwa Negara Berdasarkan Islam dan Hukum yang tertinggi adalah Al Qur'an dan Hadits. Proklamasi Negara Islam Indonesia menyatakan kewajiban negara untuk memproduksi Undang-undang yang berlandasan syari'at Islam dan penolakan keras terhadap ideologi selain Al Qur'an dan Hadits Shahih yang mereka sebut " Hukum Kafir " sesuai dalam Qur'an Surah 5 Al-Maidah, ayat 145. NII atau DI dalam perkembangannya menyebar kebeberapa wilayah seperti Jawa Barat, Jawa Tengah, Sulawesi Selatan dan Aceh. Setelah SM Kartosoewirjo ditangkap dan dieksekusi oleh TNI pada tahun 1962, gerakan ini terpecah namun tetap eksis secara diam-diam dan dianggap sebagai organisasi ilegal oleh pemerintah Indonesia. <span class="Apple-style-span" style=" line-height: 19px; font-family:-webkit-sans-serif;font-size:13px;"></span></li><li><span class="Apple-style-span" style=" line-height: 19px; font-family:-webkit-sans-serif;font-size:13px;"><span class="Apple-style-span" style=" line-height: normal;font-family:Georgia;font-size:16px;">Pemberontakan PRRI/Permesta, pada tahun 1958. Penyebabnya adalah adanya ketidakpuasan terhadap kebijakan pemerintah dalam pembangunan daerah. Tidak meratanya pembangunan serta semakin melebarnya gerakan komunisme menjadi dasar bagi pemerintah daerah di Sumatera dan Sulawesi Utara untuk mendirikan Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia/ Perjuangan Rakyat Semesta atau lebih dikenal sebagai PRRI/Permesta. Di Sumatera, para pemimpin PRRI seperti Dr. Syafruddin Prawiranegara, Dahlan Djambek, Soemitro Djojohadikoesoemo dll, melakukan pemberontakan sebagai koreksi atas kebijakan pemerintah pusat. Sementara di Sulawesi Utara, Permesta melakukan pemberontakan dengan ditunggangi kepentingan negara asing, dalam hal ini adalah Amerika Serikat, terbukti dengan ditembak jatuh pesawat AS yang dipiloti oleh penerbang Amerika bernama Pope. </span></span></li><li>Pemberontakan Angkatan Perang Ratu Adil di Bandung pada tahun 1950 atau tepatnya 23 Januari 1950. </li><li>Pemberontakan Andi Azis di Makassar, 5 April 1950. Pemberontakan ini bermula saat Dr. Soumoukil bersikeras untuk mendirikan atau mempertahanlan Negara Indonesia Timur. Pemerintah kemudian mengirimkan Batalyon Worang untuk menumpas gerakan tersebut, rupanya kedatangan batayon Worang tersebut membuat Dr. Soumoukil khawatir dan menghasut Kapten Andi Azis untuk melakukan pemberontakan. Pemberontakan tersebut meletus pada 5 April 1950 di Sulawesi Selatan dengan dipimpin oleh Kapten Andi Azis, yang merupakan mantan tentara Koninklijk Nederlands Indisch Leger ( KNIL ). Kapten Andi Azis bersama pasukannya menyerang pasukan Angkatan Perang Republik Indonesia serikat ( APRIS ) dan menawan Pejabat Panglima Tentara Territorium Indonesia Timur, Letnan Kolonel Mokoginta beserta staffnya, sehingga kota Makassar bisa mereka kuasai. Untuk menguasai keadaan ini, pemerintah pusat pada tanggal 7 April 1950 mengirimkan pasukan TNI dibawah pimpinan Kolonel Alex Kawilarang dan mengultimatum Andi Azis agar segera menyerah dan mempertanggungjawabkan perbuatannya, tapi Andi Azis menolak sehingga terjadi beberapa kali pertempuran. Pada tanggal 8 Agustus 1950 alhirnya ditandatangani persetujuan gencatan senjata antara kedua belah pihak, sehingga kota Makassar bisa dikuasai kembali dan pada 8 April 1953, Andi Azis dijatuhi hukuman penjara selama 14 tahun potong masa tahanan.</li><li>Pemberontakan Republik Maluku Selatan ( RMS ) di Maluku, pada 25 April 1950 di Ambon dengan tokoh pemberontak adalah Mr. Dr. Soumoukil. Pada tanggal tersebut di Ambon diproklamasikan berdirinya Republik Indonesia Maluku Selatan/ RMS dan menyatakan diri lepas dari Republik Indonesia Serikat oleh Dr. Soumoukil, bekas Menteri Kehakiman Negara Indonesia Timur. Untuk mengatasi pemberontakam tersebut, Kolonel Kawilarang menyerang hingga ke Kepulauan Buru yang dikuasai pemberontak hingga ke Pulau Seram bagian Utara. Serangan terhadap Pulau Ambon sendiri dilaksanakan pada 28 September 1950, dan dalam pertempuran tersebut benteng Victoria dapat direbut pasukan TNI pada 6 November 1950, sehingga pemberontakan RMS bisa digagalkan.</li><li>Pemberontakan G 30 S/ PKI. Inilah pemberontakan yang sangat kejam dimana 7 orang Jenderal tewas dibunuh anggota PKI, mayat mereka dibuang ke sebuah sumur kecil di daerah Lubang Buaya. Peristiwa pemberontakan ini sudah sangat dikenal oleh seluruh masyarakat Indonesia, rasa-rasanya tidak perlu lagi saya ulas.</li></ol>Demikianlah memang untuk menjadi sebuah negara besar berbagai macam halangan dan rintangan selalu ada, sebagai sebuah negara besar Indonesia memang patut untuk tidak melupakan sejarah, bukan untuk kembali mundur tapi untuk introspeksi agar peristiwa - peristiwa pemberontakan tidak kembali muncul. </div><div class="blogger-post-footer"><!-- Start code -->
<script src="http://www.mypagerank.net/services/sbt/sbt.php" type="text/javascript"></script>
<!-- End code --></div>Joy Setiawanhttp://www.blogger.com/profile/06409986950249556222noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-4583223906671890672.post-35790613162143319202009-03-11T09:04:00.002+07:002009-03-11T10:12:50.019+07:00Aksara - aksara di Indonesia ( Nusantara )Aksara-aksara yang beredar di Indonesia atau Nusantara pada jaman dulu merupakan aksara yang digunakan sebelum kedatangan aksara Arab atau Latin. Penggunaan aksara-aksara itu mungkin sudah digunakan awal abad 4 sesuai dengan prasasti-prasasti kerajaan jaman dulu.<div><br /></div><div>Aksara-aksara di Nusantara merupakan turunan dari aksara Palawa yang berkembang di India bagian selatan, dan merupakan turunan dari aksara Brahmi yang merupakan cikal bakal semua aksara di daerah Asia Selatan dan Asia Tenggara seperti di Indonesia, Malaysia, Brunai, Thailand dll.</div><div><br /></div><div>Bukti tertua mengenai keberadaan aksara Nusantara adalah berupa prasasti berupa tujuh buah yupa ( tiang batu untuk mengikatkan tali ) yang berisi tulisan prasasti mengenai upacara Waprakeswara yang diadakan oleh Mullawarman, raja kerajaan Kutai di Kalimantan Timur. Tulisan pada yupa tersebut memakai aksara Palawa dan Bahasa Sangsekerta, dan berdasarkan bentuk hurup Palawa pada yupa tersebut, para ahli sejarah berkesimpulan bahwa yupa tersebut dibuat pada abad 4.</div><div><br /></div><div>Aksara tersebut merupakan warisan budaya Nusantara yang sekarang ini nyaris punah karena memang tidak digunakan lagi.</div><div><br /></div><div>Dari urutannya, Aksara Nusantara terbagi dalam beberapa bagian :</div><div><br /></div><div>Zaman Klasik :</div><div><ul><li>Aksara Palawa</li><li>Aksara Siddamatrka</li><li>Aksara Kawi ( Aksara Jawi Kuna )</li></ul><div>Zaman Pertengahan :</div><div><ul><li>Aksara Buda</li><li>Aksara Sunda Kuna</li><li>Proto - Sumatera</li></ul><div>Zaman Kolonial :</div><div><ul><li>Aksara Batak ( Surat Batak )</li><li>Aksara Rencong ( Aksara Kerinci )</li><li>Aksara Lampung ( Had Lampung )</li><li>Aksara Jawa ( Aksara Jawa Baru / Hanacaraka )</li><li>Aksara Bali</li><li>Aksara Lontara ( Aksara Bugis - Makassar )</li><li>Aksara Baybayin</li><li>Aksara Buhid</li><li>Aksara Hanuno'o</li><li>Aksara Tagbanwa</li></ul><div>Zaman Modern :</div><ul><li>Aksara Sunda Baku</li></ul><div>Dalam perjalanannya, Aksara Nusantara mengalami beberapa kali perubahan seiring dengan perkembangan budaya, zaman dan juga masyarakat penggunanya. Beberapa contoh variasi perubahan Aksara Nusantara sebagai berikut :</div><div><br /></div><div>- Variasi Aksara Kawi ( Aksara Jawa Kuna ) : <br /><ul><li>Aksara Kayuwangi : Aksara ini merupakan Aksara Kawi yang ditulis dengan bentuk bundar miring. Disebut Aksara Kayuwangi, karena aksara ini banyak ditemukan di prasasti-prasasti dari sebelum hingga sesudah masa pemerintahan Rakai Kayuwangi, Raja Mataram ( 855 - 885 ), oleh para ahli epigrafi Indonesia, aksara Kayuwangi dinilai sebagai jenis Aksara Kawi yang paling indah.</li><li>Aksara Kuadrat : merupakan Aksara Kawi yang ditulis dengan bentuk huruf menyerupai kotak atau bujursangkar. Variasi ini banyak dijumpai jaman Kerajaan Kediri dan Kerajaan Singasari.</li><li>Aksara Majapahit : merupakan aksara Kawi yang tiap hurupnya ditulis dengan banyak hiasan yang kadang membuat para ahli kesulitan membacanya. Seperti namanya. Aksara ini banyak dijumpau pada jaman Kerajaan Majapahit.</li></ul>- Variasi Aksara Batak :</div><div><ul><li>Aksara Batak : Aksara Batak untuk menuliskan Bahasa Toba</li><li>Aksara Karo : Aksara Batak untuk menuliskan Bahasa Karo<br /></li><li>Aksara Dairi : Akasara Batak untuk menuliskan Bahasa Dairi</li><li>Aksara Simalungun : Aksara Batak untuk menuliskan Bahasa Simalungun</li><li>Aksara Mandailing : Aksara Batak untuk menuliskan Bahasa Mandailing.</li></ul><div>- Variasi Aksara Jawa :</div><div><ul><li>Aksara untuk menuliskan Bahasa Jawa Baru</li><li>Aksara untuk menuliskan Bahasa Jawa Kuna</li><li>Aksara untuk menuliskan Bahasa Jawa dengan dialek Banten</li><li>Aksara untuk menuliskan Bahasa Jawa dengan dialek Cirebon</li><li>Aksara untuk menuliskan Bahasa Sunda / Aksara Sunda Cacarakan</li></ul><div>- Variasi Aksara Bali :</div><div><ul><li>Aksara untuk menuliskan Bahasa Bali Baru</li><li>Aksara untuk menuliskan Bahasa Bali Kuna</li><li>Aksara untuk menuliskan Bahasa Sasak</li></ul><div>- Variasi Bahasa Lontara : terdiri dari Aksara Bugis yang digunakan unatuk menuliskan Bahasa Bugis dan Aksara Makassar yang digunakan untuk menuliskan Bahasa Makassar.</div><div><br /></div><div>Dan kekayaan budaya Nusantara khususnya Aksara Nusantara diyakini tidak hanya itu, masih ratusan atau ribuan lagi Aksara dan Bahasa Nusantara yang saat ini masih digunakan oleh penduduk Indonesia yang tersebar dari Sabang sampai Merauke.</div><div><br /></div><div><span class="Apple-style-span" style="font-style: italic;">Bahan tulisan ini sebagian diambil dari wikipedia indonesia.</span></div></div></div></div></div></div></div><div class="blogger-post-footer"><!-- Start code -->
<script src="http://www.mypagerank.net/services/sbt/sbt.php" type="text/javascript"></script>
<!-- End code --></div>Joy Setiawanhttp://www.blogger.com/profile/06409986950249556222noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-4583223906671890672.post-35417275238587761912009-03-02T10:03:00.003+07:002009-03-02T10:41:23.502+07:00Dewan Rakyat ( Volksraad ) atau Dewan Perwakilan RakyatSejak jaman penjajahan atau jauh sebelum Indonesia mengecap kemerdekaannya, sebenarnya kita sudah punya wakil-wakil rakyat di sebuah dewan atau yang lebih dikenal dengan Volksraad. Volksraad sendiri dibentuk pada tahun 1917 atas gagasan Gubernur Jenderal JP. van Limburg Stirum bersama dengan menteri urusan koloni Belanda Thomas Baastian Pleyte.<div><br /></div><div>Ketika itu anggota Volksraad teriri atas 38 anggota, 15 orang diantaranya adalah orang pribumi, anggota lainnya adalah orang Belanda, Tionghoa, Arab dan India. Namun semenjak tahun 1920-an, mayoritas anggotanya adalah pribumi.</div><div><br /></div><div>Diawal berdirinya, Volksraad hanya mempunyai kewenangan sebagai penasihat, namun pada tahun 1927 Volksraad mempunyai kewenangan ko-legislatif bersama Gubernur Jenderal yang ditunjuk Belanda dimana Gubernur jenderal mempunyai hak veto, sehingga kewenangan Volksraad sangat terbatas.</div><div><br /></div><div>Selain itu keanggotaan Volksraad dipilih secara tidak langsung , pada tahun 1939 hanya 2.000 orang yang mempunyai hak untuk dipilih, dan sebagian besar adalah orang Belanda dan Eropa. </div><div><br /></div><div>Dan selama periode 1927 - 1941, Volksraad hanya pernah membuat enam Undang-Undang, dan dari enam UU itu hanya tiga yang diterima pemerintah kolonial Belanda. Sementara sebuah petisi pada masa itu yang sangat terkenal adalah Petisi Soetardjo, yang isinya mengusulkan kemerdekaan bagi Indonesia.</div><div><br /></div><div>Petisi Soetardjo diajukan oleh Soetardjo Kartohadikoesoemo pada 15 Juli 1936 kepada Ratu Wilhelmina serta Staten Generaal atau Parlemen Belanda. Petisi tersebut diajukan karena semakin meningkatnya perasaan tidak puas terhadap pemerintah akibat kebijaksanaan politik yang dijalankan Gubernur Jenderal de Jonge. Petisi ini juga ditandatangani oleh IJ. Kasimo, GSSJ. Ratulangi, Datuk Tumenggung dan Ko Kwat Tiong.</div><div><br /></div><div>Usulan yang terdapat dalam Petisi Soetardjo tersebut membuahkan reaksi beragam, menurut pers Belanda seperti Preanger Bode, Java Bode, Bataviaasch Nieuwsblad, usulan tentang kemerdekaan Indonesia tersebut sangatlah membahayakan, mereka menyebut petisi tersbut adalah " permainan yang berbahaya ".</div><div><br /></div><div>Sementara bagi pers Indonesia seperti Pemandangan, Tjahaja Timoer, Pelita Andalas, Pewarta Deli dan Majalah Soeara Khatoliek, petisi tersebut patut untuk didukung.</div><div><br /></div><div>Kembali ke Volksraad, pada saat itu selain kewenangan yang nyaris dikebiri akibat hak veto yang dimiliki Gubernur Jenderal, dalam persidanganan-pun semua aspek nyaris semuanya dikuasai oleh pemerintah kolonial, seperti bahasa yang dipakai dalam persidangan harus memakai bahasa Belanda. </div><div><br /></div><div>Padahal sejak tahun 1928, pada Kongres Pemuda II, disepakati bahwa Bahasa Melayu yang semenjak itu dosebut Bahasa Indonesia disepakati sebagai bahasa persatuan sebagai salah alat perjuangan kaum pro kemerdekaan. Namun pada tahun 1938, untuk pertama kalinya Mohammad Hoesni Thamrin berpidato di Volksraad memakai Bahasa Indonesia, dan sejak itulah penggunaan Bahasa Indonesia di sidang-sidang Volksraad diperbolehkan memakai Bahasa Indonesia.</div><div><br /></div><div>Tokoh-tokoh Indonesia yang sangat aktif di Volksraad pada saat itu diantaranya adalah HOS. Tjokroaminoto, H. Agoes Salim, Abdoel Moeis, Soetardjo, Mohammad Hoesni Thamrin, dan Oto Iskandardinata.</div><div class="blogger-post-footer"><!-- Start code -->
<script src="http://www.mypagerank.net/services/sbt/sbt.php" type="text/javascript"></script>
<!-- End code --></div>Joy Setiawanhttp://www.blogger.com/profile/06409986950249556222noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-4583223906671890672.post-29692006196085352832009-02-20T09:45:00.010+07:002009-02-20T14:49:47.700+07:00Gedung Bioskop dan Film Indonesia Dulu<div><img src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjI3NT8HeM3ETl7Si6XEwGLCSL_Yub41ordgGyPNiiDHEsTzMH329CS3EyvDUMIT1d8pdzQfae8wEYMMQnO1m57UiWrsHC3uYR5sOuYf2gwepC1RWl7R1m7BT4ZhP91ibO0-9h6_znhC6k/s320/November_1828.jpg" style="float:right; margin:0 0 10px 10px;cursor:pointer; cursor:hand;width: 229px; height: 320px;" border="0" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5304716356745601394" /><div><span class="Apple-style-span" style=" font-weight: bold; line-height: 19px;font-family:-webkit-sans-serif;font-size:13px;"><span class="Apple-style-span" style="font-weight: normal; ">Bioskop berasal dari kata <i>bioscoop</i> ( bahasa Yunani ) dan berarti "gambar hidup" adalah tempat untuk menonton pertunjukan film dengan menggunakan layar </span></span></div><div><span class="Apple-style-span" style=" font-weight: bold; line-height: 19px;font-family:-webkit-sans-serif;font-size:13px;"><span class="Apple-style-span" style="font-weight: normal; ">lebar. Bioskop pertama di Indonesia berdiri pada Desember 1990, di Jl Tanah Abang I, Jakarta Pusat, karcis kelas I harganya dua gulden (perak) dan harga karcis kelas dua setengah perak.</span></span></div><div><span class="Apple-style-span" style=" line-height: 19px;font-family:-webkit-sans-serif;font-size:13px;"><p style="margin-top: 0.4em; margin-right: 0px; margin-bottom: 0.5em; margin-left: 0px; line-height: 1.5em; ">Bioskop jaman dulu bermula di sekitar Lapangan Gambir (kini Monas). Bangunan bioskop masa itu menyerupai bangsal </p><p style="margin-top: 0.4em; margin-right: 0px; margin-bottom: 0.5em; margin-left: 0px; line-height: 1.5em; ">dengan dinding dari gedek dan beratapkan kaleng/seng. Setelah selesai pemutaran film, bioskop itu kemudian </p><p style="margin-top: 0.4em; margin-right: 0px; margin-bottom: 0.5em; margin-left: 0px; line-height: 1.5em; ">dibawa keliling ke kota yang lain. Bioskop ini di kenal dengan nama Talbot (nama dari pengusaha bioskop tsb). </p><p style="margin-top: 0.4em; margin-right: 0px; margin-bottom: 0.5em; margin-left: 0px; line-height: 1.5em; ">Bioskop lain diusahakan oleh seorang yang bernama Schwarz. Tempatnya terletak kira-kria di Kebon Jahe, Tanah Abang. Sebelum akhirnya </p><p style="margin-top: 0.4em; margin-right: 0px; margin-bottom: 0.5em; margin-left: 0px; line-height: 1.5em; ">hancur terbakar, bioskop ini menempati sebuah gedung di Pasar Baru. Ada lagi bioskop yang bernama Jules </p><p style="margin-top: 0.4em; margin-right: 0px; margin-bottom: 0.5em; margin-left: 0px; line-height: 1.5em; ">Francois de Calonne (nama pengusahanya) yang terdapat di Deca Park. De Calonne ini mula-mula adalah bioskop </p><p style="margin-top: 0.4em; margin-right: 0px; margin-bottom: 0.5em; margin-left: 0px; line-height: 1.5em; ">terbuka di lapangan, yang dijaman sekarang disebut "misbar", gerimis bubar. De Calonne adalah cikal bakal dari bioskop Capitol yang terdapat di Pintu </p><p style="margin-top: 0.4em; margin-right: 0px; margin-bottom: 0.5em; margin-left: 0px; line-height: 1.5em; ">Air.</p><p style="margin-top: 0.4em; margin-right: 0px; margin-bottom: 0.5em; margin-left: 0px; line-height: 1.5em; ">Bioskop-bioskop lain seperti, Elite di Pintu Air, Rex di Kramat Bunder, Cinema di Krekot, Astoria di Pintu Air, </p><p style="margin-top: 0.4em; margin-right: 0px; margin-bottom: 0.5em; margin-left: 0px; line-height: 1.5em; ">Centraal di Jatinegara, Rialto di Senen dan Tanah Abang, Surya di Tanah Abang, Thalia di Hayam Wuruk, Olimo, Orion di Glodok, Al Hambra di Sawah </p><p style="margin-top: 0.4em; margin-right: 0px; margin-bottom: 0.5em; margin-left: 0px; line-height: 1.5em; ">Besar, Oost Java di Jl. Veteran, Rembrant di Pintu Air, Widjaja di Jalan Tongkol/Pasar Ikan, Rivoli di Kramat, dan lain-lain merupakan bioskop yang </p><p style="margin-top: 0.4em; margin-right: 0px; margin-bottom: 0.5em; margin-left: 0px; line-height: 1.5em; ">muncul dan ramai dikunjungi setelah periode 1940-an.</p><p style="margin-top: 0.4em; margin-right: 0px; margin-bottom: 0.5em; margin-left: 0px; line-height: 1.5em; ">Film-film yang diputar di dalam bioskp tempo dulu adalah film bisu </p><p style="margin-top: 0.4em; margin-right: 0px; margin-bottom: 0.5em; margin-left: 0px; line-height: 1.5em; ">atau tanpa suara. Biasanya pemutaran di iringi musik orkes, yang ternyata jarang "nyambung" dengan film. Beberapa film yang kala itu yang menjadi favorit </p><p style="margin-top: 0.4em; margin-right: 0px; margin-bottom: 0.5em; margin-left: 0px; line-height: 1.5em; ">masyarakat adalah Fantomas, Zigomar, Tom MIx, Edi Polo, Charlie Caplin, Max Linder, Arsene Lupin, dll.</p><p style="margin-top: 0.4em; margin-right: 0px; margin-bottom: 0.5em; margin-left: 0px; line-height: 1.5em; ">Di Jakarta pada tahun 1951 diresmikan bioskop Metropole yang berkapasitas 1.700 tempat duduk, berteknologi ventilasi </p><p style="margin-top: 0.4em; margin-right: 0px; margin-bottom: 0.5em; margin-left: 0px; line-height: 1.5em; ">peniup dan penyedot, bertingkat tiga dengan ruang dansa dan kolam renang di lantai paling atas. Pada tahun 1955 bioskop Indra di </p><p style="margin-top: 0.4em; margin-right: 0px; margin-bottom: 0.5em; margin-left: 0px; line-height: 1.5em; ">Yogyakarta mulai mengembangkan kompleks bioskopnya dengan toko dan restoran.</p><p style="margin-top: 0.4em; margin-right: 0px; margin-bottom: 0.5em; margin-left: 0px; line-height: 1.5em; ">Di Indonesia awal Orde Baru dianggap sebagai masa yang menawarkan kemajuan perbioskopan, baik dalam </p><p style="margin-top: 0.4em; margin-right: 0px; margin-bottom: 0.5em; margin-left: 0px; line-height: 1.5em; ">jumlah produksi film nasional maupun bentuk dan sarana tempat pertunjukan. Kemajuan ini memuncak pada tahun 1990-</p><p style="margin-top: 0.4em; margin-right: 0px; margin-bottom: 0.5em; margin-left: 0px; line-height: 1.5em; ">an. Pada dasawarsa itu produksi film nasional 112 judul. Sementara sejak tahun 1987 bioskop dengan konsep </p><p style="margin-top: 0.4em; margin-right: 0px; margin-bottom: 0.5em; margin-left: 0px; line-height: 1.5em; ">sinepleks (gedung bioskop dengan lebih dari satu layar) semakin marak. Sinepleks-sinepleks ini biasanya berada di kompleks pertokoan, pusat </p><p style="margin-top: 0.4em; margin-right: 0px; margin-bottom: 0.5em; margin-left: 0px; line-height: 1.5em; ">perbelanjaan, atau mal yang selalu jadi tempat nongkrong anak-anak muda dan kiblat konsumsi terkini masyarakat perkotaan. </p><p style="margin-top: 0.4em; margin-right: 0px; margin-bottom: 0.5em; margin-left: 0px; line-height: 1.5em; ">Di sekitar sinepleks itu tersedia pasar swalayan, restoran cepat saji, pusat mainan, dan macam-macam.</p><p style="margin-top: 0.4em; margin-right: 0px; margin-bottom: 0.5em; margin-left: 0px; line-height: 1.5em; ">Sinepleks tidak hanya menjamur di kota besar, tetapi juga menerobos kota kecamatan sebagai akibat dari kebijakan pemerintah yang memberikan </p><p style="margin-top: 0.4em; margin-right: 0px; margin-bottom: 0.5em; margin-left: 0px; line-height: 1.5em; ">masa bebas pajak dengan cara mengembalikan pajak tontonan kepada "bioskop depan". Akibatnya, pada tahun 1990 bioskop di Indonesia </p><p style="margin-top: 0.4em; margin-right: 0px; margin-bottom: 0.5em; margin-left: 0px; line-height: 1.5em; ">mencapai puncak kejayaan: 3.048 layar. Sebelumnya, pada tahun 1987, di seluruh Indonesia terdapat 2.306 layar. </p><img src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgEuKUDXNM3V4hzcvJ4GBUYnisFOlPjctkJvBXFi2StWrA-gx_dy0Ofwy03bvBZXDMY_dXRrf1nn2n-d8vtIEfx8S9rnMr0O9hhdktIF-JvNrL47-YRe9QV98YnzJkDxtNNBMU8hkEnuVo/s320/Doea+Tanda+Mata.jpg" style="float:left; margin:0 10px 10px 0;cursor:pointer; cursor:hand;width: 211px; height: 320px;" border="0" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5304782539917885730" /><p style="margin-top: 0.4em; margin-right: 0px; margin-bottom: 0.5em; margin-left: 0px; line-height: 1.5em; ">Di Bandung, bioskop-bioskop biasanya hadir di pusat kota seperti alun-alun Bandung, diantaranya adalah bioskop Elita, Dian, Texas, Nusantara dan Dallas. Sementara bioskop lainnya tersebar diberbagai tempat seperti Majestic, Vanda. President, Bandung Theatre dan Siliwangi Theatre.</p><p style="margin-top: 0.4em; margin-right: 0px; margin-bottom: 0.5em; margin-left: 0px; line-height: 1.5em; ">Sementara itu, perkembangan perfilm-an sendiri di Indonesia diawali dengan sebuah film berjudul Loetoeng Kasaroeng yang diproduksi pada tahun 1940-an, selanjutnya hadir film <span class="Apple-style-span" style="font-style: italic;">Djembatan Merah</span> yang dibintangi Netty Herawati, Rendra Karno, Astaman, Darussalam, Lilik Sudjio dan juga Mustadjab.</p><p style="margin-top: 0.4em; margin-right: 0px; margin-bottom: 0.5em; margin-left: 0px; line-height: 1.5em; ">Pada tahun 50-an, hadir film-film perjuangan seperti <span class="Apple-style-span" style="font-style: italic;">Lewat Djam Malam</span>, juga <span class="Apple-style-span" style="font-style: italic;">Darah dan Doa</span> yang menceritakan perjuangan pasukan Siliwangi di Long March dan disutradarai oleh Usmar Ismail serta <span class="Apple-style-span" style="font-style: italic;">Enam Djam di Jogja </span>yang juga disutradarai Usmar Ismail dan dibintangi oleh Aedy Moward.</p><p style="margin-top: 0.4em; margin-right: 0px; margin-bottom: 0.5em; margin-left: 0px; line-height: 1.5em; ">Sementara film pertama Indonesia yang meraih penghargaan Internasional adalah film <span class="Apple-style-span" style="font-style: italic;">Apa Jang Kau Tjari, Palupi ?</span><span class="Apple-style-span" style="font-style: italic;"> <span class="Apple-style-span" style="font-style: normal; ">hasil sutradara Asrul Sani dan dibintangi Farida Feysol, Bambang Irawan, Aedy Moward, Connie Sutedja, dan juga Widyawati. Film ini berhasil meraih penghargaan sebagai film terbaik pada Festival Film Asia pada yahun 1970.</span></span></p><p style="margin-top: 0.4em; margin-right: 0px; margin-bottom: 0.5em; margin-left: 0px; line-height: 1.5em; ">Pada tahun 70-an, juga mulai hadir film-film bertemakan komedi yang diperankan oleh komedian-komedian Indonesia jaman dulu seperti Bing Slamet dan Benyamin S yang bermain di film <span class="Apple-style-span" style="font-style: italic;">Ambisi, Tarsan Kota, Benyamin Koboy Ngungsi </span>dll. Juga hadir film-film drama percintaan seperti film Cinta yang disutradarai Wim Umboh dan dibintangi Ratno Timoer, Marini Sardi dan Pitrajaya Burnama serta meraih Piala Citra pada tahun 1975 untuk kategori Film Terbaik dan Aktor Terbaik oleh Ratno Timoer.<span class="Apple-style-span" style="font-style: italic;"> </span></p><p style="margin-top: 0.4em; margin-right: 0px; margin-bottom: 0.5em; margin-left: 0px; line-height: 1.5em; ">Selain itu, film <span class="Apple-style-span" style="font-style: italic;">Cintaku Di Kampus Biru</span> pada tahun 1976 dan dibintangi Roy Marten, Yati Octavia serta Rae Sita dan Farouk Afero menjadikan dunia perfilman di Indonesia mencapai puncak kejayaannya. Pada tahun 70-an sampai dengan tahun 80-an, beragam tema film hadir di bioskop-bioskop di tanah air. Judul film seperti <span class="Apple-style-span" style="font-style: italic;">Inem Pelayan Seksi, Badai Pasti Berlalu, Cowok Komersil, Gadis Kampus, Gita Cinta Dari SMA, Janur Kuning, Mana Tahann</span>, hingga film-film seperti <span class="Apple-style-span" style="font-style: italic;">Bukan Impian Semusim, Di Bawah Lindungan Ka'bah, Perempuan Dalam Pasungan</span> sangat memanjakan para penikmat film. </p><p style="margin-top: 0.4em; margin-right: 0px; margin-bottom: 0.5em; margin-left: 0px; line-height: 1.5em; ">Trio Warkop DKI yang terdiri dari Dono, Kasino dan Indro pada tahun 80-an sangat merajai perfilman di Indonesia, mereka bertiga membintangi puluhan film diantaranya, <span class="Apple-style-span" style="font-style: italic;">Chips, Mana Tahaaan, Dongkrak Antik, Kanan Kiri OK</span> dll. Pada periode antara 80-an sampai 90-an, film perjuangan kembali hadir diantaranya <span class="Apple-style-span" style="font-style: italic;">November 1828, Doea Tanda Mata</span> serta <span class="Apple-style-span" style="font-style: italic;">Tjut Nja' Dien</span>, yang dibintangi Christine Hakim. Selain itu film remaja yang diwakili <span class="Apple-style-span" style="font-style: italic;">Catatan Si Boy</span> sempat booming sehingga film tersebut dibuatkan sampai dengan 4 sekuel. </p><p style="margin-top: 0.4em; margin-right: 0px; margin-bottom: 0.5em; margin-left: 0px; line-height: 1.5em; ">Kemudian kehadiran <span class="Apple-style-span" style="font-style: italic;">Naga Bonar</span> dan <span class="Apple-style-span" style="font-style: italic;">Cintaku Di Rumah Susun</span> mewakili film berjenis komedi situasi. Film-film tersebut juga nampaknya menjadi film yang harus terus diingat karena film tersebut sangat pas pada jamannya. </p><p style="margin-top: 0.4em; margin-right: 0px; margin-bottom: 0.5em; margin-left: 0px; line-height: 1.5em; ">Menginjak tahun 90-an, film <span class="Apple-style-span" style="font-style: italic;">Cinta Dalam Sepotong Roti, Bulan Tertusuk Ilalang</span> dan <span class="Apple-style-span" style="font-style: italic;">Daun Di Atas Bantal</span> mewakili judul - judul film yang puitis. Tapi sebelumnya juga ada sih film-film dengan judul yang sangat puitis seperti <span class="Apple-style-span" style="font-style: italic;">Titian Rambut Di Belah Tujuh, Mengejar Matahari, Merangkul Langit, Senyum Di Pagi Bulan Desember, Kembang Kertas, Pasir Berbisik </span>dll.</p></span></div></div><div class="blogger-post-footer"><!-- Start code -->
<script src="http://www.mypagerank.net/services/sbt/sbt.php" type="text/javascript"></script>
<!-- End code --></div>Joy Setiawanhttp://www.blogger.com/profile/06409986950249556222noreply@blogger.com5tag:blogger.com,1999:blog-4583223906671890672.post-46765976953148109332009-02-11T09:47:00.002+07:002009-02-11T12:14:54.000+07:00Bangsa Yang Besar, Bangsa Yang Menghargai Jasa PahlawannyaDulu Bung Karno pernah mengatakan bahwa Bangsa yang besar adalah Bangsa yang menghargai jasa para pahlawannya. Seiring dengan perjalanan waktu, 64 tahun sudah kita menghirup kebebasan dan kemerdekan dalam segala hal berkat perjuangan para pendahulu kita yang telah rela mengorbankan segala hal, baik tenaga, harta benda maupun nyawanya.<br /><br />Dari Aceh, perjuangan Teuku Umar bersama istrinya Cut Nya' Dien dan Panglima Polem dengan gagah berani berjuang mengusir penjajahan Kolonial Belanda. Belanda menyatakan perang terhadap Aceh pada 26 Maret 1873. Sebuah ekspedisi dengan 3.000 serdadu yang dipimpin Mayor Jenderal Köhler dikirimkan pada tahun 1874, namun dikalahkan tentara Aceh, di bawah pimpinan Panglima Polem dan Sultan Machmud Syah, yang telah memodernisasikan senjatanya. Köhler sendiri berhasil dibunuh pada tanggal 10 April 1873. <p>Ekspedisi kedua di bawah pimpinan Jenderal van Swieten berhasil merebut istana sultan. Ketika Sultan Machmud Syah wafat 26 Januari 1874, digantikan oleh Tuanku Muhammad Dawot yang dinobatkan sebagai Sultan di masjid Indragiri. Pada 13 Oktober 1880, pemerintah kolonial menyatakan bahwa perang telah berakhir. Bagaimanapun, perang dilanjutkan secara gerilya dan perang fi'sabilillah dikobarkan, di mana sistem perang gerilya ini dilangsungkan sampai tahun 1904.</p><p>Perang kembali berkobar pada tahun 1883. Pasukan Belanda berusaha membebaskan para pelaut Britania yang sedang ditawan di salah satu wilayah kekuasaan Kesultanan Aceh, dan menyerang kawasan tersebut. Belanda kali ini meminta bantuan para pemimpin setempat, di antaranya Teuku Umar. Teuku Umar diberikan gelar <i>panglima prang besar</i> bahkan menerima dana bantuan Belanda untuk membangun pasukannya. Ternyata dua tahun kemudian Teuku Umar malah menyerang Belanda dengan pasukan baru tersebut. Dalam perang gerilya ini Teuku Umar bersama Panglima Polem dan Sultan terus tanpa pantang mundur. Tetapi pada tahun 1899 ketika terjadi serangan mendadak dari pihak Van Der Dussen di Meulaboh Teuku Umar gugur. Tetapi Cut Nya' Dien istri Teuku Ummar siap tampil menjadi komandan perang gerilya.</p><p>Dari Minangkabau kita pasti mengenal Tuanku Imam Bonjol, yang memimpin kaum Paderi saat melawan penjajahan kolonial Belanda. Kaum Paderi adalah kaum yang menentang segala bentuk kemaksiatan seperti judi sabung ayam, minum minuman keras seperti arak, penggunaan madat atau opium dll.<br /></p><p>Perang Paderi berlangsung tahun 1821 sampai 1837, dipicu oleh perpecahan antara kaum Paderi dengan kaum Adat pimpinan Datuk Sati yang dibantu Belanda dengan tujuan menghancurkan kaum Paderi yang saat itu dipimpin oleh Datuk Bandaro kemudian diganti Tuanku Imam Bonjol.<br /></p> <p>Perang melawan Belanda baru berhenti tahun 1838 setelah seluruh bumi Minang dikuasai oleh Belanda dan setahun sebelumnya, pada tahun 1837 Tuanku Imam Bonjol ditangkap.</p><p>Sementara di Pulau Jawa, perang melawan penjajahan Belanda terjadi dimana-mana diantaranya adalah Perang Diponegoro yang dipimpin Pangeran Diponegoro yang dibantu Sentot Ali Basyah dan berlangsung tahun 1825 sampai dengan 1830. Perang besar tersebut membuat Belanda kalang kabut, selain menguras keuangan Belanda juga menguras kekuatan pasukan Belanda.</p>Untuk menghadapi Perang Diponegoro, Belanda terpaksa menarik pasukan yang dipakai perang di Sumatera Barat menghadapi Tuanku Imam Bonjol dalam perang Paderi untuk menghadapi Pangeran Diponegoro yang bergerilya dengan gigih. Sebuah gencatan senjata disepakati pada tahun 1825, dan sebagian besar pasukan dari Sumatera Barat dialihkan ke Jawa. Namun, setelah Perang Diponegoro berakhir (1830), kertas perjanjian gencatan senjata itu disobek, dan terjadilah Perang Padri babak kedua.<br /><br />Di bumi Kalimantan, Sultan Hidayatullah II memimpin Perang Banjar melawan Belanda. Sultan Hidayatullah II berjuang bersama rakyatnya dan dibantu Pangeran Antasari, Demang Lehman, Tumenggung Gamar, Raksapati dan Kiai Puspa Yuda Negara. Namun karena kelicikan Belanda, Pangeran Hidayatullah II akhirnya ditangkap Belanda dan pada tahun 1862 diasingkan ke kota Cianjur.<br /><br />Itu hanyalah catatan kecil perjuangan rakyat Indonesia dalam menentang kekuasaan penjajahan Hindia Belanda. Masih banyak lagi yang lainnya, seperti perjuangan Sisingamangaraja, Sultan Ageng Tirtayasa dari Kesultanan Banten, Sultan Hasanuddin dari Kerajaan Gowa, Untung Surapati dan lain-lain.<br /><br />Yang pasti, perjuangan para pendahulu ini diikuti terus sampai jaman kemerdekaan. Perang terus berkecamuk dimana-mana demi memperjuangkan tiap jengkal tanah air dari kekuasaan asing, baik Belanda maupun Jepang. Perlawanan rakyat Indonesia tidak pernah terhenti sedetikpun, tiap lembar nyawa siap dikorbankan untuk mengecap kehidupan bebas alam kemerdekaan.<br /><br />Bung Karno, Bung Hatta, Panglima Besar Jenderal Sudirman, kemudian para Jenderal yang gugur dalam peristiwa Pemberontakan G 30 S PKI, Bung Tomo, Mohammad Toha, KH Mustopha, I Gusti Ngurah Rai, Oto Iskandardinata, Jenderal AH. Nasution, Supriyadi, Chaerul Saleh, dan masih sangat banyak lagi yang lainnya adalah tokoh-tokoh Pahlawan kita yang rela berjuang sampai titik darah penghabisan.<br /><br />Bangsa yang besar, adalah bangsa yang menghargai jasa para Pahlawannya. Untuk itu, kita wajib meneruskan perjuangan mereka dengan berbagai cara. Kita isi kemerdekaan ini dengan lebih bermanfaat demi kehidupan rakyat kita agar layak.<br /><br />Budaya korupsi, budaya nepotisme, dan budaya-budaya lainnya seperti budaya pungutan liar kita basmi sampai keakar-akarnya. Jadikan Bangsa Indonesia sebagai Bangsa besar yang makmur, bangsa yang bermartabat, bangsa yang disegani dan dihormati bangsa lainnya, karena dengan itulah kita bisa berdiri tegak.<div class="blogger-post-footer"><!-- Start code -->
<script src="http://www.mypagerank.net/services/sbt/sbt.php" type="text/javascript"></script>
<!-- End code --></div>Joy Setiawanhttp://www.blogger.com/profile/06409986950249556222noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4583223906671890672.post-40746080625145848822009-02-03T09:06:00.003+07:002009-02-03T09:47:03.080+07:00Petisi 50, 5 Mei 1980<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgk4ZOlo2grVji1qBQBYj_KQaQ5rOCLc88Dm_6pCzyPzZ72sY8MaWecO42zLlHQtRtsF9BqEyvLhnQ4bXnL16EXcSEW1CUNJXlUBicOk1hGm85WgMQr-WXrVMY9BLTi5eAHKCpYYU2bNQc/s1600-h/alisadikin.jpg"><img style="margin: 0pt 10px 10px 0pt; float: left; cursor: pointer; width: 298px; height: 225px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgk4ZOlo2grVji1qBQBYj_KQaQ5rOCLc88Dm_6pCzyPzZ72sY8MaWecO42zLlHQtRtsF9BqEyvLhnQ4bXnL16EXcSEW1CUNJXlUBicOk1hGm85WgMQr-WXrVMY9BLTi5eAHKCpYYU2bNQc/s320/alisadikin.jpg" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5298394182378850802" border="0" /></a>Dengan penuh keberanian, pada tahun 1980-an para tokoh terkemuka Indonesia menerbitkan sebuah petisi yang isinya memprotes penggunaan filsafat negara Pancasila oleh Presiden Soeharto terhadap lawan - lawan polotiknya. Petisi tersebut terkenal dengan nama Petisi 50, yang ditandatangai oleh 50 orang tokoh Indonesia terkenal pada saat itu diantaranya, Ali Sadikin, Jenderal Nasution, Mohammad Natsir dan juga Baharuddin Harahap.<span style="font-style: italic;"><br /><br /></span> Para tokoh yang menandatangani Petisi ini menyatakan bahwa Presiden telah menganggap dirinya sebagai pengejawantahan Pancasila, bahwa Soeharto menganggap setiap kritik terhadap dirinya sebagai kritik terhadap ideologi negara Pancasila, Soeharto menggunakan Pancasila "sebagai alat untuk mengancam musul-musuh politiknya", Soeharto menyetujui tindakan-tindakan yang tidak terhormat oleh militer; sumpah prajurit diletakkan di atas konstitusi; dan bahwa prajurid dianjurkan untuk "memilih teman dan lawan berdasarkan semata-mata pada pertimbangan Soeharto"<br /><br /><span style="font-weight: bold;">Latar Belakang</span><br /><p>Pada tahun 1978, pemerintah Orde Baru mengeluarkan instruksi yang mengharuskan Pancasila dijadikan sebagai mata pelajaran wajib di sekolah-sekolah, instansi pemerintah, tempat-tempat kerja dll, sehingga mengundang kritik dan cemoooh dari kaum intelektual.</p> <p>Kemudian pada sebuah rapat umum dengan para pimpinan ABRI pada 27 Maret 1980, Soeharto mengatakan bahwa ABRI telah berjanji untuk melindungi Pancasila maupun Undang Undang Dasar 45 dari kemungkinan-kemungkinan amandemen. Soeharto juga berkata bahwa sebagai sebuah kekuatan sosial-politik, ABRI harus memilih mitra-mitra politik yang benar yang telah terbukti bersedia mempertahankan Pancasila dan UUD 1945, karena saat itu ada kekuatan-kekuatan sosial-politik yang meragu-ragukannya. Ia lalu mengulangi pikiran-pikirannya ini dalam sebuah pidato pada bulan berikutnya pada peringatan hari jadi Kopassus. Pidato-pidatonya ini mengundang tanggapan-tanggapan yang keras sehingga muncullah Petisi 50.<br /></p><p><b>Isi Ungkapan Keprihatinan<br /></b></p> <p>Dengan berkat rahmat Allah yang Mahakuasa, kami yang bertandatangan di bawah ini, yakni sekelompok pemilih dalam pemilu-pemilu yang lalu, mengungkapkan keprihatinan rakyat yang mendalam atas pernyataan-pernyataan Presiden Soeharto dalam pidato-pidatonya di hadapan rapat panglima ABRI di Pekanbaru pada tanggal 27 Maret 1980 dan pada peringatan hari ulang tahun Koppasandha di Cijantung pada tanggal 16 April 1980. Kami prihatin akan pidato-pidato Presiden Soeharto yang:<br /><br />a) Mengungkapkan prasangka bahwa di antara rakyat kita yang bekerja keras untuk membangun meskipun mereka mengalami beban yang semakin berat, terdapat polarisasi di antara mereka yang ingin "melestarikan Pancasila" di satu pihak dengan mereka yang ingin "mengganti Pancasila" di pihak lain, sehingga muncullah keprihatinan-keprihatinan bahwa konflik-konflik baru dapat muncul di antara unsur-unsur masyarakat;<br />b) Keliru menafsirkan Pancasila sehingga dapat digunakan sebagai suatu ancaman terhadap lawan-lawan politik. Pada kenyataannya, Pancasila dimaksudkan oleh para pendiri Republik Indonesia sebagai alat pemersatu Bangsa;<br />c) Membenarkan tindakan-tindakan yang tidak terpuji oleh pihak yang berkuasa untuk melakukan rencana-rencana untuk membatalkan Undang-Undang Dasar 1945 sambil menggunakan Sapta Marga dan Sumpah Prajurit sebagai alasannya, meskipun kenyataannya hal ini tidak mungkin karena kedua sumpah ini berada di bawah UUD 1945;<br />d) Meyakinkan ABRI untuk memihak, untuk tidak berdiri di atas seluruh golongan masyarakat, melainkan memilih-milih teman-temannya berdasarkan pertimbangan pihak yang berkuasa;<br />e) Memberikan kesan bahwa beliau adalah personifikasi Pancasila sehingga desas-desus apapun tentang dirinya akan ditafsirkan sebagai anti-Pancasila;<br />f) Melontarkan tuduhan-tuduhan bahwa ada usaha-usaha untuk mengangkat njata, mensubversi, menginfiltrasi dan perbuatan-perubatan jahat ainnya dalam menghadapi pemilu yang akan datang<br />Mengingat pemikiran-pemikiran yang terkandung dalam pidato-pidato Presiden Soeharto adalah unsur yang tidak terpisahkan dari pelaksanaan pemerintahan negara ini dan pemilihan umum yang segera akan berlangsung, kami mendesak para wakil rakyat di DPR dan MPR untuk menanggapi pidato-pidato Presiden pada tanggal 27 Maret dan 16 April 1980.</p> <p>Jakarta, 5 Mei 1980</p> <p>Tertanda</p> <p>H.M. Kamil, Letjen Ahmad Yunus Mokoginta, Suyitno Sukirno, M.Jasin (Letjen. (purn.), Ali Sadikin, Prof. Dr. Mr. Kasman Singodimejo, M. Radjab Ranggasoli, Bachrun Martosukarto SH, Abdul Mu'thi SH (Bandung), M. Amin Ely, Ir. H.M. Sanusi, Mohammad Natsir, Ibrahim Madylao, M. Ch Ibrahim, Bustaman SH, Burhanuddin Harahap SH, Dra. SK. Trimurti, Chris Siner Key Timu, Maqdir Ismail, Alex Jusuf Malik SH, Julius Hussein, SE, Darsjaf Rahman, Slamet Bratanata, Endy Syafruddin, Wachdiat Sukardi, Ibu D. Walandouw, Hoegeng, M. Sriamin, Edi Haryono, Dr. A.H. Nasution, Drs. A.M. Fatwa, Indra K. Budenani, Drs. Sulaiman Hamzah, Haryono, S. Yusuf, Ibrahim G. Zakir, Ezra M.T.H Shah, Djalil Latuconsina (Surabaya), Djoddy Happy (Surabaya), Bakri A.G. Tianlean, Dr. Yudilherry Justam, Drs. Med. Dody Ch. Suriadiredja, A. Shofandy Zakariyya, A. Bachar Mu'id, Mahjuddin Nawawi, Syafruddin Prawiranegara, SH, Manai Sophiaan, Moh. Nazir, Anwar Harjono, Azis Saleh dan Haji Ali Akbar.</p><p><span style="font-weight: bold;">Tanggapan dari Pemerintah</span></p><p>Petisi ini dibacakan di depan para anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) pada tanggal 13 Mei 1980 dengan maksud untuk meyakinkan para wakil rakyat agar meminta penjelasan dari Presiden tentang apa maksudnya yang sesungguhnya dengan kedua pidatonya itu. Delegasi yang menghadap para wakil rakyat ini dipimpin oleh Mayjen. (purn.) Dr. Azis Saleh. Pada 3 Juli 1980, 19 anggota DPR mengajukan sebuah dokumen yang memuat dua buah pertanyaan kepada Presiden. Mereka bertanya apakah presiden setuju bahwa Ungkapan Keprihatinan itu memuat masalah-masalah penting yang patut mendapatkan perhatian dari semua pihak, khususnya dari DPR dan pemerintah, dan apakah rakyat Indonesia patut mendapatkan penjelasan yang menyeluruh dan terinci tentang masalah-masalah yang diangkat. Pertanyaan-pertanyaan ini diajukan kepada Presiden dalam sebuah surat tertanggal 14 Juli. Pertanyaan-pertanyaan tersebut mengundang berbagai reaksi di lingkungan DPR. Seorang anggota DPR, Soedardji, tidak setuju bahwa Presiden harus menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut. Namun demikian, rekan separtainya, Anwar Nuris, mengatakan bahwa hal itu adalah bagian yang normal dari proses berkonstitusi.</p> <p>Pada 1 Agustus 1980, Soeharto menyampaikan jawabannya kepada Ketua DPR Daryatmo, dengan melampirkan salinan dari kedua pidatonya yang mendorong lahirnya "Ungkapan Keprihatinan". Soeharto menulis bahwa ia yakin bahwa para anggota DPR yang telah berpengalaman akan memahami makna dari pidato-pidatonya itu, namun apabila mereka masih bleum puas, ia mengusulkan agar para anggota DPR mengajukan pertanyaan-pertanyaan mereka kepada anggota-anggota dari Komisi-Komisi DPR terkait, sesuai dengan prosedur tata cara DPR. Pemerintah lalu dengan senang hati akan memberikan penjelasan-penjelasan tambahan, melalui Menteri Pertahanan/para panglima militer, khususnya tentang hal-hal yang diangkat oleh "Petisi 50" [kutipan sesuai aslinya]. Ketua DPR menyampaikan kepada wartawan bahwa menurut pendapatnya, tanggapan ini telah cukup memberikan perhatian kepada ke-19 anggota DPR itu, dan telah memperlihatkan rasa hormat kepada DPR.</p> <p>Karena pemerintah menguasai semua komisi, wacana publik yang sungguh-sungguh pun ditutup begitu saja dan status quo "Orde Baru" yaitu dwifungsi, kesatuan Golkar dan ABRI, serta keutamaan Pancasila ditegaskan kembali. Dalam pidato 17 Agustusnya pada tahun yang sama, Soeharto menyatakan kembali bahwa "Satu-satunya cara bagi kita untuk melaksanakannya ialah dengan menerapkan pembangunan ...[dan untuk maksud tersebut] kita semua harus mampu menjaga kestabilan dinamika regkonal." Suharto kemudian mencabut hak-hak perjalanan para kritikusnya, dan melarang koran-koran menerbitkan foto-foto mereka ataupun mengutip pernyataan-pernyataan mereka. Para anggota kelompok ini tidak dapat memperoleh pinjaman bank dan kontrak-kontrak. Suharto menyatakan: "Saya tidak suka apa yang dilakukan oleh yang disebut Petisi 50 ini. Saya tidak suka cara-cara mereka, terlebih lagi karena mereka menyebut diri mereka patriot".</p><p><span style="font-style: italic;">diambil dari wikipedia indonesia</span><br /></p><div class="blogger-post-footer"><!-- Start code -->
<script src="http://www.mypagerank.net/services/sbt/sbt.php" type="text/javascript"></script>
<!-- End code --></div>Joy Setiawanhttp://www.blogger.com/profile/06409986950249556222noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-4583223906671890672.post-21391571128257870862009-01-22T10:25:00.027+07:002009-01-22T11:18:38.372+07:00Kota - kota Tempo Dulu, Dalam Gambar<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjtsOsBgX3oqptBPmAU1XrOLm1dOx1zhDqh5Aq3RRHwtT-mqu14RpxMX7Gh0piBrJJbKXOy3La2IQfUmkK9G0Mem6-nRuWO-6BN608Yv3O09LSYpw8By82eg-zryFuaWVQJHzjPnHwlToY/s1600-h/Glodok_Tempo_Doeloe.jpg"><img style="margin: 0pt 10px 10px 0pt; float: left; cursor: pointer; width: 200px; height: 159px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjtsOsBgX3oqptBPmAU1XrOLm1dOx1zhDqh5Aq3RRHwtT-mqu14RpxMX7Gh0piBrJJbKXOy3La2IQfUmkK9G0Mem6-nRuWO-6BN608Yv3O09LSYpw8By82eg-zryFuaWVQJHzjPnHwlToY/s200/Glodok_Tempo_Doeloe.jpg" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5293965630666458962" border="0" /></a><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhFuVQ6mNT-8PtI97m7Qt7SNWp2NTozYLJymGvAvzSHVkMcPjA1Q-K7QustoldPBWdIVTkmX5kkVCKyw2-qtNqjUjL7tMr4MBH1RvUs0yUsNiSKlJqN4SvXRMVVp2Ce2PRR9VpFuHodZ1Y/s1600-h/kalimassurabaya.jpg"><img style="margin: 0pt 10px 10px 0pt; float: left; cursor: pointer; width: 200px; height: 140px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhFuVQ6mNT-8PtI97m7Qt7SNWp2NTozYLJymGvAvzSHVkMcPjA1Q-K7QustoldPBWdIVTkmX5kkVCKyw2-qtNqjUjL7tMr4MBH1RvUs0yUsNiSKlJqN4SvXRMVVp2Ce2PRR9VpFuHodZ1Y/s200/kalimassurabaya.jpg" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5293964594827697522" border="0" /></a><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhHtkSV1pErYrdisarZsokfBnwCqx8nsePbv2ho0qYM5My0RTRohyUFScdsvXJoJc_ZCZGH_GbHUsaXYR3EeEIBmZ8lx5WEMiqndApxfJZ5AESfgv-QwAsBWA0E5_GrKXzPw1f6zqor3sg/s1600-h/jembatanmerah21ql.jpg"><img style="margin: 0pt 10px 10px 0pt; float: left; cursor: pointer; width: 200px; height: 150px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhHtkSV1pErYrdisarZsokfBnwCqx8nsePbv2ho0qYM5My0RTRohyUFScdsvXJoJc_ZCZGH_GbHUsaXYR3EeEIBmZ8lx5WEMiqndApxfJZ5AESfgv-QwAsBWA0E5_GrKXzPw1f6zqor3sg/s200/jembatanmerah21ql.jpg" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5293964493743411746" border="0" /></a><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br />Ingin tahu kota apa saja ? klik saja gambarnya<br /><br /><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjqeD-yx737MKotrt2k9r_BVeaGZDFzHjP1-7vAxDlMOhqF-I97bdp_uDANt_WlxZcfyb3IV4w_fNPxFAxMTvJzxn__D04uRoroMsw5UAGqTzJae4bjCyxmXNbOlCSPGnrN5XNWiuFV114/s1600-h/sungaimusipalembang.jpg"><img style="margin: 0pt 10px 10px 0pt; float: left; cursor: pointer; width: 200px; height: 138px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjqeD-yx737MKotrt2k9r_BVeaGZDFzHjP1-7vAxDlMOhqF-I97bdp_uDANt_WlxZcfyb3IV4w_fNPxFAxMTvJzxn__D04uRoroMsw5UAGqTzJae4bjCyxmXNbOlCSPGnrN5XNWiuFV114/s200/sungaimusipalembang.jpg" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5293963704934628818" border="0" /></a><br /><br /><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgd_slfsoMy6hHaXetgJY9opz-uCFRjwIkKlFRaphscyYylIr_me-Io6dXrXjUNQzBfqeItrYjEVDKXJKK2GTSzfbtiJ3T9s7Wa3J-Rzt8xBOxC3sQvaa3olAscJzBwS_tYdStnVRoo-jg/s1600-h/Masjid+Jami+Malang+1950.jpg"><img style="margin: 0pt 10px 10px 0pt; float: left; cursor: pointer; width: 200px; height: 137px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgd_slfsoMy6hHaXetgJY9opz-uCFRjwIkKlFRaphscyYylIr_me-Io6dXrXjUNQzBfqeItrYjEVDKXJKK2GTSzfbtiJ3T9s7Wa3J-Rzt8xBOxC3sQvaa3olAscJzBwS_tYdStnVRoo-jg/s200/Masjid+Jami+Malang+1950.jpg" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5293963523978201458" border="0" /></a><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhMFWimcgnEqWcKeVY1jmQCqt2rnwxdBFB_rUvYjWJdrdbHzphDRVEjSeMZi4Zj9CRzqw0PDOM-Doeo_16PBY2T-tkKylnK_GGIDhI9BrHIr99f25UrYupPK0Sq7PMa_Jo8Bzfu6_2o-y0/s1600-h/tugu_jogja_1928_4.jpg"><img style="margin: 0pt 10px 10px 0pt; float: left; cursor: pointer; width: 200px; height: 108px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhMFWimcgnEqWcKeVY1jmQCqt2rnwxdBFB_rUvYjWJdrdbHzphDRVEjSeMZi4Zj9CRzqw0PDOM-Doeo_16PBY2T-tkKylnK_GGIDhI9BrHIr99f25UrYupPK0Sq7PMa_Jo8Bzfu6_2o-y0/s200/tugu_jogja_1928_4.jpg" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5293958541562792706" border="0" /></a><br /><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhIW5feHAxNlf5X1L7FUqXDBBZ_bd4UGL-gYzIAk8C57MbG1jFs1mZB-kaThWOxAPEG64GAJrDlBSWgTu9neBhzFJy8T9kgY4zWB3oTya0BQPUP8fZQloFbPyuYrIXzWOMtLji3UfjKj0g/s1600-h/kalimassurabaya.jpg"><img style="margin: 0pt 10px 10px 0pt; float: left; cursor: pointer; width: 200px; height: 140px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhIW5feHAxNlf5X1L7FUqXDBBZ_bd4UGL-gYzIAk8C57MbG1jFs1mZB-kaThWOxAPEG64GAJrDlBSWgTu9neBhzFJy8T9kgY4zWB3oTya0BQPUP8fZQloFbPyuYrIXzWOMtLji3UfjKj0g/s200/kalimassurabaya.jpg" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5293963162592660642" border="0" /></a><br /><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj_cvLeyGibJJ3yK1l4fsUWfXQqElmoMRvcW4w8nBAwHK-65mfDdibVwV1rl0qey0aA48JtgPP4wZeHLEs4PRA8umT0Y0847sLbfBhXggvo4aUO2C0xNXnvnz6u1VJHT2KJ6nbV1Gy_K3Y/s1600-h/lapangan-merdeka-1977balikpapan.jpg"><img style="margin: 0pt 10px 10px 0pt; float: left; cursor: pointer; width: 200px; height: 135px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj_cvLeyGibJJ3yK1l4fsUWfXQqElmoMRvcW4w8nBAwHK-65mfDdibVwV1rl0qey0aA48JtgPP4wZeHLEs4PRA8umT0Y0847sLbfBhXggvo4aUO2C0xNXnvnz6u1VJHT2KJ6nbV1Gy_K3Y/s200/lapangan-merdeka-1977balikpapan.jpg" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5293958635164573858" border="0" /></a><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg-30WMUAU4L8RowoPJrY110wpIcJetY41mnZB3wYpLuct3i4UNNcxT3kY4KstM_0Bo144gH25o5TE6Kgu1hwDcvQdVqvOPCQUmqdIHAd0tCe7i9USy5S4P6CYI3-nLjiKHTFkmosFAyIo/s1600-h/jembatanmerah21ql.jpg"><img style="margin: 0pt 10px 10px 0pt; float: left; cursor: pointer; width: 200px; height: 150px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg-30WMUAU4L8RowoPJrY110wpIcJetY41mnZB3wYpLuct3i4UNNcxT3kY4KstM_0Bo144gH25o5TE6Kgu1hwDcvQdVqvOPCQUmqdIHAd0tCe7i9USy5S4P6CYI3-nLjiKHTFkmosFAyIo/s200/jembatanmerah21ql.jpg" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5293963015680619826" border="0" /></a><br /><br /><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj8C6B-TWumUIttSvsySk6HD_ek78CbaBGszlnE2YSJIsivoRyqO2tkAU27pNkYsxGKw6YY4Zg6GK7LVVPDjHaeqIocMU8WWX6CdSJdOxcbSQYQb9Aw5ccY6gJw9URxUNYyS9rUhzVQlD0/s1600-h/alun-alunmalang1948.jpg"><img style="margin: 0pt 10px 10px 0pt; float: left; cursor: pointer; width: 200px; height: 160px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj8C6B-TWumUIttSvsySk6HD_ek78CbaBGszlnE2YSJIsivoRyqO2tkAU27pNkYsxGKw6YY4Zg6GK7LVVPDjHaeqIocMU8WWX6CdSJdOxcbSQYQb9Aw5ccY6gJw9URxUNYyS9rUhzVQlD0/s200/alun-alunmalang1948.jpg" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5293963369099581986" border="0" /></a><br /><br /><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgl4UTFe_zDevVNStFqC3zboJwzv6UjvucxlzWLMxZiwtZUFjnPXQdKrLLV17FlwgclL_AFQFpx_y7V41JpQiJYlSAEdId20X0dLzhOs8bg3o-b9iuS0VWebH2EOIxkI4SUP6hFa_dXL-c/s1600-h/Stasiunsolobalapan.jpg"><img style="margin: 0pt 10px 10px 0pt; float: left; cursor: pointer; width: 200px; height: 130px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgl4UTFe_zDevVNStFqC3zboJwzv6UjvucxlzWLMxZiwtZUFjnPXQdKrLLV17FlwgclL_AFQFpx_y7V41JpQiJYlSAEdId20X0dLzhOs8bg3o-b9iuS0VWebH2EOIxkI4SUP6hFa_dXL-c/s200/Stasiunsolobalapan.jpg" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5293958156038396482" border="0" /></a><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgaMJf2yNv5Rfto2r27OsYaH5CbnMgaSpQ9Xv4kNc56oN4eGPnokA-rbiH3LNcAn2Jw0gZ-z7e02sDLzTImoESYiW-OmAoAFaiWHBBbwnLBzJw4NkUGBG3VbdliJEhJcbVoD1yx0DptVoA/s1600-h/Keratonsolo.jpg"><img style="margin: 0pt 10px 10px 0pt; float: left; cursor: pointer; width: 200px; height: 124px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgaMJf2yNv5Rfto2r27OsYaH5CbnMgaSpQ9Xv4kNc56oN4eGPnokA-rbiH3LNcAn2Jw0gZ-z7e02sDLzTImoESYiW-OmAoAFaiWHBBbwnLBzJw4NkUGBG3VbdliJEhJcbVoD1yx0DptVoA/s200/Keratonsolo.jpg" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5293957940039026674" border="0" /></a><br /><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhZf-ROlt-8_ut2J2bgJ4Ml1J7fFUAZmz588PNvNiCJg_0jaLzd4OtpSL8pw84xK9AkDmV_RRDGVUBuI4Q1Ll_Q8Xuw4OqhoV8Djdx5tjfZ7n6M9sZDKfVM_ze2hqG2UZ_ZBtPGTMroJBE/s1600-h/BAT1930TempoDulu.jpg"><img style="margin: 0pt 10px 10px 0pt; float: left; cursor: pointer; width: 200px; height: 138px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhZf-ROlt-8_ut2J2bgJ4Ml1J7fFUAZmz588PNvNiCJg_0jaLzd4OtpSL8pw84xK9AkDmV_RRDGVUBuI4Q1Ll_Q8Xuw4OqhoV8Djdx5tjfZ7n6M9sZDKfVM_ze2hqG2UZ_ZBtPGTMroJBE/s200/BAT1930TempoDulu.jpg" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5293955452303297586" border="0" /></a><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjjcrlij_1CcbP_tURNJlT9EL_O-0Ia9icfbwJtRLIsxAvOPyv38WuUOuThc93XAt_mzJFAAx6ati_X0wjCGzdjIT1LB-0M-3kQuOz4NUsByZkuNYs6TrgJjdQTJ4Xlr6TH279i1j-IN3Y/s1600-h/maliboro_tempo_doloe_1.jpg"><img style="margin: 0pt 10px 10px 0pt; float: left; cursor: pointer; width: 200px; height: 123px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjjcrlij_1CcbP_tURNJlT9EL_O-0Ia9icfbwJtRLIsxAvOPyv38WuUOuThc93XAt_mzJFAAx6ati_X0wjCGzdjIT1LB-0M-3kQuOz4NUsByZkuNYs6TrgJjdQTJ4Xlr6TH279i1j-IN3Y/s200/maliboro_tempo_doloe_1.jpg" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5293958389749917410" border="0" /></a><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhEFPm53yNI5I2vrjEK2yp9RhPHDYDMO4AtOgfSwHTQumLrU9jDB8ciy61crqi74ESij5rCx6nq3DfxemOWvEPQ_z4HuwN0YEWMWD9M71kyCZoVZhoVKqghh9hE-3_u6XV_CYzskmp3Tv0/s1600-h/bragadoeloe.jpg"><img style="margin: 0pt 10px 10px 0pt; float: left; cursor: pointer; width: 200px; height: 131px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhEFPm53yNI5I2vrjEK2yp9RhPHDYDMO4AtOgfSwHTQumLrU9jDB8ciy61crqi74ESij5rCx6nq3DfxemOWvEPQ_z4HuwN0YEWMWD9M71kyCZoVZhoVKqghh9hE-3_u6XV_CYzskmp3Tv0/s200/bragadoeloe.jpg" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5293955141174234626" border="0" /></a><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjwvvQD0IyPfJd2aOzCnORKFDAantjBdl-cRBpccpHY6l43UXp0utvp7VKSJCgKal42IXK9W7T-E9FN7iKtZkz_HL342KC-s-VF-bdxUcGPQ5T_ZyTEnuOZtO_xhnY4Z-ylLJXsp-gNC-I/s1600-h/Salemba_Tempo_Doeloe.jpg"><img style="margin: 0pt 10px 10px 0pt; float: left; cursor: pointer; width: 200px; height: 159px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjwvvQD0IyPfJd2aOzCnORKFDAantjBdl-cRBpccpHY6l43UXp0utvp7VKSJCgKal42IXK9W7T-E9FN7iKtZkz_HL342KC-s-VF-bdxUcGPQ5T_ZyTEnuOZtO_xhnY4Z-ylLJXsp-gNC-I/s200/Salemba_Tempo_Doeloe.jpg" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5293954972995184082" border="0" /></a><br /><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhQcNNVUvnQ7l9Dg1EfW2paZO6izDIPb_w_U00S9NBEaHlJzNtLjZDP1qkHc6vBWtEj3AXQeB0-ZxHk8vi-CLv-PcH8orS4Bc9-FW8DUrTMj7UJbFRsDmBx0nRJj4bKLslVunI642FbV_w/s1600-h/stabandung1920.jpg"><img style="margin: 0pt 10px 10px 0pt; float: left; cursor: pointer; width: 200px; height: 130px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhQcNNVUvnQ7l9Dg1EfW2paZO6izDIPb_w_U00S9NBEaHlJzNtLjZDP1qkHc6vBWtEj3AXQeB0-ZxHk8vi-CLv-PcH8orS4Bc9-FW8DUrTMj7UJbFRsDmBx0nRJj4bKLslVunI642FbV_w/s200/stabandung1920.jpg" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5293955335821848802" border="0" /></a><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjqaCJ852e8UplAYJXM64OaqakawJDIq534U84TaKUyCk2RSmC_wcr2P0GNaqYRJCDcNsBn8rac3H0aYTSJkYQGEtaUfXcz-XfQL89mvqnZ208MH7ufRybcw5hw9Gcqa2WGn0eHmspuW2E/s1600-h/Jatinegara_Tempo_Doeloe.jpg"><img style="margin: 0pt 10px 10px 0pt; float: left; cursor: pointer; width: 200px; height: 131px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjqaCJ852e8UplAYJXM64OaqakawJDIq534U84TaKUyCk2RSmC_wcr2P0GNaqYRJCDcNsBn8rac3H0aYTSJkYQGEtaUfXcz-XfQL89mvqnZ208MH7ufRybcw5hw9Gcqa2WGn0eHmspuW2E/s200/Jatinegara_Tempo_Doeloe.jpg" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5293954656809115138" border="0" /></a><div class="blogger-post-footer"><!-- Start code -->
<script src="http://www.mypagerank.net/services/sbt/sbt.php" type="text/javascript"></script>
<!-- End code --></div>Joy Setiawanhttp://www.blogger.com/profile/06409986950249556222noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-4583223906671890672.post-73347132203759566832009-01-14T09:02:00.003+07:002009-01-14T09:55:58.777+07:00Makanan Khas IndonesiaIndonesia adalah negara dengan kekayaan alam yang luar biasa, termasuk didalamnya adalah jenis makanan khas yang tidak ada di negara lain. Berjuta macam makanan khas hadir dalam menu makanan yang selalu tersaji di atas meja makan ataupun sebagai jajanan yang banyak dijajakan di berbagai tempat, mulai pinggir jalan sampai mall-mall besar.<br /><br />Dengan berbagai rasa dan bentuk, makanan khas Indonesia ternyata juga disukai oleh turis-turis asing yang datang berkunjung ke negeri kita ini, dari Bandung kita kenal makanan khas yang sangat terkenal seperti Serabi ( bahasa Sundanya Surabi ), Peuyeum ( Tape yang terbuat dari singkong ), Colenak ( Di cocol enak ) yang terbuat dari tape singkong yang dibakar dan disiram gula merah yang telah dibuat kinca serta diberi serutan keju atau serutan kelapa tergantung kita, selain itu ada mie kocok, batagor ( baso tahu goreng ), comro ( oncom dijero ), misro ( nu amis dijero ), sementara kalau minumannya yang sangat terkenal ada bajigur dan bandrek.<br /><br />Dari daerah lainnya seperti Jawa Timur, kita kenal makanan Rujak Cingur, Pudak Gresik , Tahu Campur Lamongan, Pecel Madiun, Wingko Babat, Nasi Mawut Malang, Tahu Tek Malang, dan masih banyak lagi.<br /><br />Sementara dari berbagai daerah lainnya seperti Medan atau Sumatera Utara kita kenal Bika Ambon, Angsle. Dari Padang pasti kita kenal dengan Rendang-nya, yang sangat familiar karena yang namanya rendang selalu hadir di restoran-restoran Padang yang tersebar hampir si seluruh wilayah Indonesia.<br /><br />Kita buat daftarnya :<br />1. Bali-julukan: Pulau Dewata<br /><ul><li>Makanan: Betutu, Lawar, Rujak Kuah Pindang, Tipat Cantok, Pelecing, Sate Pelecing ( Singaraja), Sio Bak Singaraja, Serombotan,Entil, Tum, Babi Guling, Be Mesere, Lawar Kuwir, Be Genyol,Sate Lilit, Sate Sere lemo, Taluh Mebejek, Rujak Cuka, Rujak Bancih, Be Pasih sambel Matah, Sudang Sudaji, Gerang Sambel Bawang, Sambel Bongkot, Pesan Clengis, Pesan Polo, Sate Be Pasih</li><li>KUE : Jaja Uli, Jaja Bendu, Kelepon, Laklak, Lupis, Ongol - Ongol,Bubuh Sumsum,</li><li>Snack : Kacang Asin, Kacang Disco, Keripik Sela</li><li>Minuman: Brem, Kopi Bali</li></ul> 2. Jakarta : <ul><li>Makanan: Sop kambing, Ketoprak,<br />Minuman: Es teler</li></ul>3. Jember :<br /><ul><li>Makanan: Suwar-suwir</li></ul>4. Kediri :<br /><ul><li>Makanan: Tahu</li></ul>5. Ketapang :<br /><ul><li>Makanan: Asam pedas sembilang terong asam, Asam pedas tempoyek, ketupat Colet dan sambal ale ale, serundeng ale ale</li><li>Kudapan: Jenurai, bingke kelapa muda, amplang, kekicak, jenjorong.</li></ul>6. Madiun : <ul><li>Makanan: Pecel</li></ul>7. Magelang :<br /><ul><li> Makanan: Kupat Tahu</li><li>Kudapan: Getuk, Wajik</li></ul>8. Makassar :<br /><ul><li>Makanan: Coto Makassar, palu basa, palu butung, palu mara, sop sodara, nyuknyang, jalangkote, putu, kacang disko, mie TiTi,pisang epe, ikan bakar, sop konro</li><li>Minuman: Es Palubutung, es pisang ijo</li></ul>9. Manado : <ul><li>Makanan: Bubur Manado, RW, Sambel Dabu-Dabu</li><li>Minuman: Saguer</li></ul>10. Padang :<br /><ul><li>Makanan: Rendang , Dendeng Balado , Ikan Sampadeh, nasi ramas</li><li>Minuman: Teh Talua (Teh Telur)</li></ul>11. Palembang :<b><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Kota_Palembang" title="Kota Palembang"></a></b> <ul><li>Makanan: Pempek, Tekwan</li></ul>12. Pekalongan : <ul><li>Makanan: Megono</li></ul>13. Pekanbaru :<br /><ul><li>Makanan: Lempok Durian, Kue Bangkit</li><li>Minuman: Jus jagung</li></ul>14. Pontianak :<br /><ul><li>Makanan: Ikan Asam Pedas</li><li>Minuman: Es lidah buaya</li></ul>15. Purwokerto :<br /><ul><li>Makanan: Mendoan</li></ul>16. Semarang :<br /><ul><li>Makanan: Lumpia, Tahu Pong, Tahu Gimbal</li></ul>17. Salatiga :<br /><ul><li>Makanan: Enting - enting</li><li>Minuman: Es Cendol, Es Campur</li></ul>18. Solo :<br /><ul><li>Makanan: Timlo</li></ul>19. Tegal :<br /><ul><li>Makanan: tahu aci, tahu pletok, pilus, kerupuk antor, kacang bogares, soto tauco, martabak lebaksiu, kerupuk mie, lengko</li><li>Minuman: teh poci, teh gopek, teh botol sosro, dawet beras&aci</li></ul>20. Yogyakarta :<br /><ul><li>Makanan: Gudeg, geplak, tiwul, gaplek, gatot, bakpia, yangko, rempeyek, apem,</li><li>Minuman: Es Dawet, wedang ronde, wedang secang, minuman rosella, wedang jahe, wedang bajigur</li></ul>21. Bojonegoro :<br /><ul><li>Makanan: Ledre ( kue / keripik pisang raja )</li></ul>22. Cirebon :<br /><ul><li>Makanan : Nasi Lengko, Empal Gentong ( semacam gulai yang terbuat dari daging sapi namun dimasak di gentong atau guci ), kerupuk melarat<br /></li></ul>23. Cianjur :<br /><ul><li>Makanan : Sale Pisang, Asinan atau Manisan buah-buahan, Tauco</li></ul>Nah itu yang saya ingat, tentu masih banyak jenis makanan dan minuman khas yang ada di Indonesia ini, kalau ada yang mau nambahin silahkan saja.<br /><br /><span style="font-style: italic;">sebagian diambil dari wikipedia indonesia</span><div class="blogger-post-footer"><!-- Start code -->
<script src="http://www.mypagerank.net/services/sbt/sbt.php" type="text/javascript"></script>
<!-- End code --></div>Joy Setiawanhttp://www.blogger.com/profile/06409986950249556222noreply@blogger.com7tag:blogger.com,1999:blog-4583223906671890672.post-73444401140601236772009-01-06T09:26:00.002+07:002009-01-06T09:50:37.250+07:00Kesultanan Demak, 1478 - 1550Pada jaman keemasan Kesultanan Demak, penyebaran agama Islam di Nusantara sangat pesat, peran Walisongo pada saat itu sangatlah besar. Diberbagai wilayah pulau Jawa, Walisongo sangat mendominasi dan tentu saja sangat berperan aktif dalam mengislamkan penduduk pulau Jawa.<br /><br />Kesultanan Demak atau Kesultanan Demak Bintara adalah Kesultanan Islam pertama di Jawa yang didirikan oleh Raden Patahpada tahun 1478. Kesultanan ini sebelumnya merupakan keadipatian (kadipaten) vazal dari kerajaan Majapahit, dan tercatat menjadi pelopor penyebaran agama Islam di Pulau Jawa dan Indonesia pada umumnya. Kesultanan Demak tidak berumur panjang dan segera mengalami kemunduran karena terjadi perebutan kekuasaan di antara kerabat kerajaan. Pada tahun 1568, kekuasaan Kesultanan Demak beralih ke Kesultanan Pajangyang didirikan oleh Jaka Tingkir. Salah satu peninggalan bersejarah Kesultanan Demak ialah Mesjid Agung Demak, yang diperkirakan didirikan oleh para Walisongo. Lokasi ibukota Kesultanan Demak, yang pada masa itu masih dapat dilayari dari laut dan dinamakan Bintara, saat ini telah menjadi kota Demak di Jawa Tengah.<br /><br />Pada awalnya saat kerajaan Majapahit mengalami masa surut, secara praktis wilayah-wilayah kekuasaannya mulai memisahkan diri. Wilayah-wilayah yang terbagi menjadi kadipaten-kadipaten tersebut saling serang, saling mengklaim sebagai pewaris tahta Majapahit. Pada masa itu arus kekuasaan mengerucut pada dua adipati, yaitu Raden Patah dan Ki Ageng Pengging. Sementara Raden Patah mendapat dukungan dari Walisongo, Ki Ageng Pengging mendapat dukungan dari Syech Siti Jenar.<br /><br /><span style="font-weight: bold;">Demak dibawah kekuasaan Pati Unus</span><br /><br />Demak di bawah Pati Unus adalah Demak yang berwawasan Nusantara. Visi besarnya adalah menjadikan Demak sebagai kesultanan maritim yang besar. Pada masa kepemimpinannya, Demak merasa terancam dengan pendudukan Portugis di Malaka. Dengan adanya Portugis di Malaka, kehancuran pelabuhan-pelabuhan Nusantara tinggal menunggu waktu.<br /><p>Karena itu sejak tahun 1509, Pati Unus sudah merancang rencana untuk menguasai Malaka yang pada saat itu berada di bawah kekuasaan Kesultanan Malaka. Dengan kata lain, perlu dicatat bahwa serangan Demak ke Malaka jelas bukanlah sebuah serangan anti-kekuasaan asing, tetapi sebuah invasi imperialis. Tahun 1511, Alfonso D'Albequerque, Laksamana armada Portugis, mendahului Pati Unus dengan menaklukkan Malaka. Sultan Malaka Mahmud Shah melarikan diri ke Bintan.</p> <p>Pati Unus sangat mengerti bahwa kekuatan utama Portugis adalah pada armada lautnya. Portugis memiliki kapal yang kuat, bahkan lebih kuat dibandingkan dengan kapal Majapahit. Selain itu, Portugis sudah menggunakan meriam yang dipasang di masing - masing kapal di mana pada waktu itu meriam adalah senjata pamungkas yang tidak bisa ditandingi oleh senjata apapun.</p> <p>Oleh karena itu, langkah pertama Pati Unus adalah menghidupkan kembali kekuatan armada Majapahit yang tertidur lama pada saat masa - masa perebutan kekuasaan. Kapal - kapal baru tersebut juga dilengkapi dengan Cetbang, yaitu meriam api, di mana kapal dan cetbang juga merupakan kekuatan andalan Armada Majapahit. Pusat produksi kapal-kapal ini adalah Semarang, gerbang masuk Demak, dengan bantuan orang-orang Tionghoa lokal.</p> <p>Selanjutnya Pati Unus menghimpun kekuatan - kekuatan nusantara untuk membentuk armada gabungan dengan satu tujuan, mengusir Portugis dari Malaka. Ia juga meminta bantuan orang-orang Jawa yang ada di Malaya untuk jadi agen dalam di Malaka. Tetapi ternyata, ketika Pati Unus terlanjur berangkat ke Malaka,orang-orang Jawa ini terlanjur dipergoki Portugis dan melarikan diri ke Cirebon. Pati Unus pun bertempur tanpa bantuan mata-mata dan agen dalam - kapal-kapalnya dengan mudah diremuk meriam-meriam yang ditodongkan ke laut di Benteng Portugis di Malaka.</p><p><span style="font-weight: bold;">Demak dibawah kekuasaan Sultan Trenggono</span><br /></p>Sultan Trenggono berjasa atas penyebaran Islam di Jawa Timur dan Jawa Tengah. Di bawah Sultan Trenggono, Demak mulai menguasai daerah-daerah Jawa lainnya seperti merebut Sunda Kelapa dari Pajajaran serta menghalau tentara Portugis yang akan mendarat di sana (1527), Tuban (1527), Madiun (1529), Surabaya dan Pasuruan (1527), Malang (1545), dan Blambangan, kerajaan Hindu terakhir di ujung timur pulau Jawa (1527, 1546). Panglima perang Demak waktu itu adalah Fatahillah, pemuda asal Pasai ( Sumatera ) yang juga menjadi menantu Sultan Trenggono. Sultan Trenggono meninggal pada tahun 1546 dalam sebuah pertempuran menaklukkan Pasuruan, dan kemudian digantikan oleh Sunan Prawoto.<br /><p>Suksesi ke tangan Sunan Prawoto tidak berlangsung mulus. Ia ditentang oleh adik Sultan Trenggono, yaitu Pangeran Sekar Seda Lepen. Pangeran Sekar Seda Lepen akhirnya terbunuh. Pada tahun 1561 Sunan Prawoto beserta keluarganya "dihabisi" oleh suruhan Arya Penangsang, putera Pangeran Sekar Seda Lepen. Arya Penangsang kemudian menjadi penguasa tahta Demak. Suruhan Arya Penangsang juga membunuh Pangeran Hadiri adipati Jepara, dan hal ini menyebabkan banyak adipati memusuhi Arya Penangsang.</p> <p>Arya Penangsang akhirnya berhasil dibunuh dalam peperangan oleh pasukan Joko Tingkir, menantu Sunan Prawoto. Joko Tingkir memindahkan istana Demak ke Pajang, dan di sana ia mendirikan Kesultanan Pajang.</p><p>Perebutan kekuasaan diantara raja-raja yang sering terjadi seluruh wilayah Nusantara sebenarnya sangat melemahkan jiwa kebangsaan, namun nampaknya ego sebagai pribadi dan kepentingan keluarga pada waktu itu lebih utama dibandingkan dengan persatuan seperti pada saat jaman kerajaan Majapahit.</p><p><span style="font-style: italic;">dikutip dari wikipedia indonesia</span><br /></p><div class="blogger-post-footer"><!-- Start code -->
<script src="http://www.mypagerank.net/services/sbt/sbt.php" type="text/javascript"></script>
<!-- End code --></div>Joy Setiawanhttp://www.blogger.com/profile/06409986950249556222noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-4583223906671890672.post-44503699150972784422008-12-18T08:48:00.004+07:002008-12-18T09:15:11.898+07:00Palagan Ambarawa, 12 - 15 Desember 1945<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg4IDztgRAH2AldCOgWvbDjzK8kVht_Un0ZXhNMnq4NwB25bKYemQuSBKhCMiXZ7IDCpcUc8GMJytQQNHmkmBj87V1sbFjye_EQA3Ob8FaXHqGPvVrFWtYr-C4r3RXNQz0UdZKmhIzfd88/s1600-h/Panglima_Sudirman.jpg"><img style="margin: 0pt 0pt 10px 10px; float: right; cursor: pointer; width: 186px; height: 320px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg4IDztgRAH2AldCOgWvbDjzK8kVht_Un0ZXhNMnq4NwB25bKYemQuSBKhCMiXZ7IDCpcUc8GMJytQQNHmkmBj87V1sbFjye_EQA3Ob8FaXHqGPvVrFWtYr-C4r3RXNQz0UdZKmhIzfd88/s320/Panglima_Sudirman.jpg" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5280946850833075042" border="0" /></a>Perjuangan heroik rakyat Indonesia dalam mempertahankan dan memperjuangkan Kemerdekaannya sungguh tidak bisa diabaikan begitu saja, mereka bahu membahu dengan segala golongan, mulai dari petani, pedagang, guru, hingga para pelajar bersama dengan tentara tanpa mengenal rasa lelah, takut serta kelaparan berjuang menghadapi desingan peluru serta berondongan persenjataan modern milik para penjajah.<br /><br />Sungguh perjuangan yang sangat menguras tenaga dan airmata, mengorbankan segalanya baik nyawa ataupun harta. Beribu bahkan berjuta nyawa rakyat Indonesia melayang demi kemerdekaan bangsa ini, mereka rela menyerahkan nyawanya menjadi martir demi anak cucunya nanti.<br /><br />Seperti yang terjadi di Ambarawa, sebuah daerah yang terletak di sebelah selatan kota Semarang-Jawa Tengah, dimana rakyat beserta tentara Indonesia berjuang mempertahankan daerahnya dari cengkeraman tentara sekutu yang mencoba membebaskan para tahanan tentara Belanda ( NICA ).<br /><p>Pada tanggal 20 Oktober 1945, tentara Sekutu di bawah pimpinan Brigadir Bethell mendarat di Semarang dengan maksud mengurus tawanan perang dan tentara Jepang yang berada di Jawa Tengah. Kedatangan sekutu ini diboncengi oleh NICA. Kedatangan Sekutu ini mulanya disambut baik, bahkan Gubernur Jawa Tegah Mr. Wongsonegoro menyepakati akan menyediakan bahan makanan dan keperluan lain bagi kelancaran tugas Sekutu, sedang Sekutu berjanji tidak akan mengganggu kedaulatan Republik Indonesia.</p> <p>Namun, ketika pasukan Sekutu dan NICA telah sampai di Ambarawa dan Magelang untuk membebaskan para tawanan tentara Belanda, justru mempersenjatai mereka sehingga menimbulkan amarah pihak Indonesia. Insiden bersenjata timbul di kota Magelang, hingga terjadi pertempuran. Di Magelang, tentara Sekutu bertindak sebagai penguasa yang mencoba melucuti Tentara Keamanan Rakyat ( TKR ) <span style="text-decoration: underline;"></span> dan membuat kekacauan. TKR Resimen Magelang pimpinan M. Sarbini membalas tindakan tersebut dengan mengepung tentara Sekutu dari segala penjuru. Namun mereka selamat dari kehancuran berkat campur tangan Presiden Soekarno yang berhasil menenangkan suasana. Kemudian pasukan Sekutu secara diam-diam meninggalkan Kota Magelang menuju ke benteng Ambarawa. Akibat peristiwa tersebut, Resimen Kedu Tengah di bawah pimpinan Letnan Kolonel M. Sarbini segera mengadakan pengejaran terhadap mereka. Gerakan mundur tentara Sekutu tertahan di Desa Jambu karena dihadang oleh pasukan Angkatan Muda di bawah pimpinan Oni Sastrodihardjo yang diperkuat oleh pasukan gabungan dari Ambarawa, Suruh dan Surakarta.</p> <p>Tentara Sekutu kembali dihadang oleh Batalyon I Suryosumpeno di Ngipik. Pada saat pengunduran, tentara Sekutu mencoba menduduki dua desa di sekitar Ambarawa. Pasukan Indonesia di bawah pimpinan Letnan Kolonel Isdiman berusaha membebaskan kedua desa tersebut, Letnan Kolonel Isdiman gugur. Sejak gugurnya Letkol Isdiman, Komandan Divisi V Banyumas, Soedirman merasa kehilangan perwira terbaiknya dan ia langsung turun ke lapangan untuk memimpin pertempuran. Kehadiran Kolonel Sudirman memberikan nafas baru kepada pasukan-pasukan RI. Koordinasi diadakan diantara komando-komando sektor dan pengepungan terhadap musuh semakin ketat. Siasat yang diterapkan adalah serangan pendadakan serentak di semua sektor. Bala bantuan terus mengalir dari Yogyakarta, Solo, Salatiga, Purwokerto, Magelang, Semarang, dan lain-lain.</p> <p>Tanggal 23 Nopember 1945 ketika matahari mulai terbit, mulailah tembak-menembak dengan pasukan Sekutu yang bertahan di kompleks gereja dan pekuburan Belanda di Jalan Margo Agung. Pasukan Indonesia antara lain dari Yon Imam Adrongi, Yon Soeharto dan Yon Sugeng. Tentara Sekutu mengerahkan tawanan-tawanan Jepang dengan diperkuat tanknya, menyusup ke kedudukan Indonesia dari arah belakang, karena itu pasukan Indonesia pindah ke Bedono.</p> <p>Pada tanggal 11 Desember 1945, Kolonel Soedirman mengadakan rapat dengan para Komandan Sektor TKR dan Laskar. Pada tanggal 12 Desember 1945 jam 04.30 pagi, serangan mulai dilancarkan. Pertempuran berkobar di Ambarawa. Satu setengah jam kemudian, jalan raya Semarang-Ambarawa dikuasai oleh kesatuan-kesatuan TKR. Pertempuran Ambarawa berlangsung sengit, Kolonel Soedirman langsung memimpin pasukannya yang menggunakan taktik gelar <i>supit urang</i>, atau pengepungan rangkap sehingga musuh benar-benar terkurung. Suplai dan komunikasi dengan pasukan induknya terputus sama sekali. Setelah bertempur selama 4 hari, pada tanggal 15 Desember 1945 pertempuran berakhir dan Indonesia berhasil merebut Ambarawa dan Sekutu dibuat mundur ke Semarang.</p>Kedahsyatan Palagan Ambarawa juga tercermin dalam laporan pihak Inggris yang menulis: <i>“The battle of Ambarawa had been a fierce struggle between Indonesian troops and Pemuda and, on the other hand, Indian soldiers, assisted by a Japanese company…." </i>Yang juga ditambahi dengan kalimat, <i> “The British had bombed Ungaran intensively to open the road and strafed Ambarawa from air repeatedly. Air raids too had taken place upon Solo and Yogya, to destroy the local radio stations, from where the fighting spirit was sustained…”</i><p>Kemenangan pertempuran ini kini diabadikan dengan didirikannya Monumen Palagan Ambarawa dan diperingatinya Hari Jadi TNI Angkatan Darat atau Hari Juang Kartika.</p><p>Dan hingga kini, darah pejuang yang membasahi bumi Ambarawa adalah bukti dari keteguhan serta pengorbanan untuk mempertahankan harga diri bangsa yang harus tetap kita pertahankan sampai kapanpun.</p><p><span style="font-style: italic;">sumber dari wikipedia indonesia</span> <span style="font-style: italic;">dan swaramuslim.com</span><br /></p><div class="blogger-post-footer"><!-- Start code -->
<script src="http://www.mypagerank.net/services/sbt/sbt.php" type="text/javascript"></script>
<!-- End code --></div>Joy Setiawanhttp://www.blogger.com/profile/06409986950249556222noreply@blogger.com3tag:blogger.com,1999:blog-4583223906671890672.post-5925316153709549722008-11-28T09:51:00.002+07:002008-11-28T10:28:46.486+07:00Perang Bubat, Abad 14Jaman kerajaan di Indonesia penuh dengan berbagai peristiwa yang berdarah, karena berbagai kerajaan pada masa itu saling unjuk kekuatan, belum ada persatuan. Kalaupun ada, pada masa Kerajaan Majapahit, dimana Mahapatih Gajah Mada bertekad untuk muwujudkan persatuan di Nusantara ini, dengan Sumpah Palapa-nya yang terkenal.<br /><br />Karena dengan dasar itulah, seluruh kerajaan yang ada di Nusantara berhasil ditundukan Kerajaan Majapahit, kecuali satu yang belum tunduk yaitu Kerajaan yang terletak di sebelah Barat Pulau Jawa yaitu Kerajaan Sunda. Namun dengan berbagai dalih diantaranya dengan meminang Putri kerajaan Sunda, Mahapatih Gajahmada berusaha menundukkan Kerajaan Sunda tersebut.<br /><br />Namun, dalih dengan cara meminang Putri Kerajaan Sunda tersebut tidak bisa diterima seluruh utusan termasuk Prabu Kerajaan Sunda yang bernama Maharaja Linggabuana, karena mereka datang ke Majapahit adalah untuk mengantarkan Putrinya yang akan dinikahi Prabu Hayam Wuruk bukan untuk tunduk di bawah kekuasaan Majapahit. Akibatnya, terjadilah Perang Bubat yang berlangsung di sebuah lapangan bernama Bubat.<br /><p>Peristiwa Perang Bubat diawali dari niat Prabu Hayam Wuruk yang ingin memperistri putri Dyah Pitaloka Citraresmi dari Negeri Sunda. Konon ketertarikan Hayam Wuruk terhadap putri tersebut karena beredarnya lukisan sang putri di Majapahit yang dilukis secara diam-diam oleh seorang seniman pada masa itu, bernama Sungging Prabangkara.<sup class="noprint Inline-Template"><span title="Kalimat yang diikuti tag ini membutuhkan rujukan." style="white-space: nowrap;"></span></sup></p> <p>Namun catatan sejarah Pajajaran yang ditulis Saleh Danasasmita dan Naskah Perang Bubat yang ditulis Yoseph Iskandar menyebutkan bahwa niat pernikahan itu adalah untuk mempererat tali persaudaraan yang telah lama putus antara Majapahit dan Sunda. Raden Wijaya yang menjadi pendiri kerajaan Majapahit, dianggap keturunan Sunda dari Dyah Lembu Tal dan suaminya yaitu Raden Jayadarma, raja kerajaan Sunda. Hal ini juga tercatat dalam <i>Pustaka Rajyatajya i Bhumi Nusantara parwa II sarga 3</i>. Dalam Babad Tanah Jawi, Raden Wijaya disebut pula dengan nama <i>Jaka Susuruh</i> dari Pajajaran. Meskipun demikian, catatan sejarah Pajajaran tersebut dianggap lemah kebenarannya, terutama karena nama Dyah Lembu Tal adalah nama laki-laki.</p> <p>Hayam Wuruk memutuskan untuk memperistri Dyah Pitaloka. Atas restu dari keluarga kerajaan, Hayam Wuruk mengirimkan surat kehormatan kepada Maharaja Linggabuana untuk melamarnya. Upacara pernikahan dilangsungkan di Majapahit. Pihak dewan kerajaan Negeri Sunda sendiri sebenarnya keberatan, terutama Mangkubuminya yaitu Hyang Bunisora Suradipati. Ini karena menurut adat yang berlaku di Nusantara pada saat itu, tidak lazim pihak pengantin perempuan datang kepada pihak pengantin lelaki. Selain itu ada dugaan bahwa hal tersebut adalah jebakan diplomatik Majapahit yang saat itu sedang melebarkan kekuasaannya, diantaranya dengan cara menguasai Kerajaan Dompu di Nusa Tenggara.</p> <p>Maharaja Linggabuana memutuskan untuk tetap berangkat ke Majapahit, karena rasa persaudaraan yang sudah ada dari garis leluhur dua negara tersebut. Berangkatlah Linggabuana bersama rombongan Sunda ke Majapahit, dan diterima serta ditempatkan di Pesanggrahan Bubat.</p>Melihat Raja Sunda datang ke Bubat beserta permaisuri dan putri Dyah Pitaloka dengan diiringi sedikit prajurit, maka timbul niat lain dari Mahapatih Gajah Mada yaitu untuk menguasai Kerajaan Sunda, sebab untuk memenuhi Sumpah Palapa yang dibuatnya tersebut, maka dari seluruh kerajaan di Nusantara yang sudah ditaklukkan hanya kerajaan Sunda yang belum dikuasai Majapahit. Dengan makksud tersebut dibuatlah alasan oleh Gajah Mada yang menganggap bahwa kedatangan rombongan Sunda di Pesanggrahan Bubat sebagai bentuk penyerahan diri Kerajaan Sunda kepada Majapahit, sesuai dengan Sumpah Palapa yang pernah ia ucapkan pada masa sebelum Hayam Wuruk naik tahta. Ia mendesak Hayam Wuruk untuk menerima Dyah Pitaloka bukan sebagai pengantin, tetapi sebagai <i>tanda takluk</i> Negeri Sunda dan mengakui <i>superioritas</i> Majapahit atas Sunda di Nusantara. Hayam Wuruk sendiri menurut Kidung Sundayana disebutkan bimbang atas permasalah tersebut, karena Gajah Mada adalah Mahapatih yang diandalkan Majapahit pada saat itu.<br /><p>Kemudian terjadi insiden perselisihan antara utusan Maharaja Linggabuana dengan Gajah Mada. Perselisihan ini diakhiri dengan dimaki-makinya Gajah Mada oleh utusan Negeri Sunda yang terkejut bahwa kedatangan mereka hanya untuk memberikan tanda takluk dan mengakui superioritas Majapahit, bukan karena undangan sebelumnya. Namun Gajah Mada tetap dalam posisi semula.</p> <p>Belum lagi Hayam Wuruk memberikan putusannya, Gajah Mada sudah mengerahkan pasukannya (Bhayangkara) ke Pesanggrahan Bubat dan mengancam Maharaja Linggabuana untuk mengakui superioritas Majapahit. Demi mempertahankan kehormatan sebagai ksatria Sunda, Maharaja Linggabuana menolak tekanan itu. Terjadilah peperangan yang tidak seimbang antara Gajah Mada dengan pasukannya yang berjumlah besar, melawan Maharaja Linggabuana dengan pasukan pengawal kerajaan (Balamati) yang berjumlah kecil serta para pejabat dan menteri kerajaan yang ikut dalam kunjungan itu. Peristiwa itu berakhir dengan gugurnya Maharaja Linggabuana, para menteri dan pejabat kerajaan Sunda, serta putri Dyah Pitaloka.</p> <p>Hayam Wuruk menyesalkan tindakan ini dan mengirimkan utusan (<i>darmadyaksa</i>) dari Bali - yang saat itu berada di Majapahit untuk menyaksikan pernikahan antara Hayam Wuruk dan Dyah Pitaloka - untuk menyampaikan permohonan maaf kepada Mangkubumi Hyang Bunisora Suradipati yang menjadi pejabat sementara raja Negeri Sunda, serta menyampaikan bahwa semua peristiwa ini akan dimuat dalam Kidung Sunda atau <i>Kidung Sundayana</i> (di Bali dikenal sebagai <i>Geguritan Sunda</i>) agar diambil hikmahnya.</p> <p>Akibat peristiwa Bubat ini, dikatakan dalam catatan tersebut bahwa hubungan Hayam Wuruk dengan Gajah Mada menjadi renggang. Gajah Mada sendiri tetap menjabat Mahapatih sampai wafatnya (1364). Akibat peristiwa ini pula, di kalangan kerabat Negeri Sunda diberlakukan peraturan <i>esti larangan ti kaluaran</i>, yang isinya diantaranya tidak boleh menikah dari luar lingkungan kerabat Sunda, atau sebagian lagi mengatakan tidak boleh menikah dengan pihak timur negeri Sunda (Majapahit).</p><p>Di bawah ini disajikan beberapa cuplikan teks dalam bahasa Jawa dengan alihbahasa dalam bahasa Indonesia. Teks diambil dari edisi C.C. Berg (1927) dan ejaan disesuaikan.</p> <p><a name="Gajah_Mada_yang_dimaki-maki_oleh_utusan_Sunda_.28bait_1._66b_.E2.80.93_1._68_a..29" id="Gajah_Mada_yang_dimaki-maki_oleh_utusan_Sunda_.28bait_1._66b_.E2.80.93_1._68_a..29"></a><span class="editsection"></span><span class="mw-headline">Gajah Mada yang dimaki-maki oleh utusan Sunda (bait 1. 66b – 1. 68 a.)</span></p> <dl><dd><i>Ih angapa, Gajah Mada, agung wuwusmu i kami, ngong iki mangkw angaturana sira sang rajaputri, adulurana bakti, mangkana rakwa karěpmu, pada lan Nusantara dede Sunda iki, durung-durung ngong iki andap ring yuda.</i></dd></dl> <dl><dd><i>Abasa lali po kita nguni duk kita aněkani jurit, amrang pradesa ring gunung, ěnti ramening yuda, wong Sunda kagingsir, wong Jipang amburu, praptâpatih Sunda apulih, rusak wadwamu gingsir.</i></dd></dl> <dl><dd><i>Mantrimu kalih tinigas anama Lěs Beleteng angěmasi, bubar wadwamu malayu, anânibani jurang, amurug-murug rwi, lwir patining lutung, uwak setan pating burěngik, padâmalakw ing urip.</i></dd></dl> <dl><dd><i>Mangke agung kokohanmu, uwabmu lwir ntuting gasir, kaya purisya tinilar ing asu, mengkene kaharěpta, tan pracura juti, ndi sasana tinutmu gurwaning dustârusuh, dadi angapusi sang sadubudi, patitânêng niraya atmamu těmbe yen antu.</i></dd></dl> <p>Alihbahasa:</p> <ul><li>“Wahai Gajah Mada, apa maksudnya engkau bermulut besar terhadap kami? Kita ini sekarang ingin membawa Tuan Putri, sementara engkau menginginkan kami harus membawa bakti? Sama seperti dari Nusantara. Kita lain, kita orang Sunda, belum pernah kami kalah berperang.</li></ul> <ul><li>Seakan-akan lupa engkau dahulu kala, ketika engkau berperang, bertempur di daerah-daerah pegunungan. Sungguh dahsyat peperangannya, diburu orang Jipang. Kemudian patih Sunda datang kembali dan bala tentaramu mundur.</li></ul> <ul><li>Kedua mantrimu yang bernama Lěs dan Beleteng diparang dan mati. Pasukanmu bubar dan melarikan diri. Ada yang jatuh di jurang dan terkena duri-duri. Mereka mati bagaikan kera, siamang dan setan. Di mana-mana mereka merengek-rengek minta tetap hidup.</li></ul> <ul><li>Sekarang, besar juga kata-katamu. Bau mulutmu seperti kentut jangkrik, seperti tahi anjing. Sekarang maumu itu tidak sopan dan berkhianat. Ajaran apa yang kau ikuti selain engkau ingin menjadi guru yang berdusta dan berbuat buruk. Menipu orang berbudi syahdu. Jiwamu akan jatuh ke neraka, jika mati!”</li></ul><span class="mw-headline">Raja Sunda yang menolak syarat-syarat Majapahit (bait 2.69 – 2.71)</span> <dl><dd><i>[...], yan kitâwĕdîng pati, lah age marĕka, i jĕng sri naranata, aturana jiwa bakti, wangining sĕmbah, sira sang nataputri.</i></dd><dd><i>Wahu karungu denira sri narendra, bangun runtik ing ati, ah kita potusan, warahĕn tuhanira, nora ngong marĕka malih, angatĕrana, iki sang rajaputri.</i></dd><dd><i>Mong kari sasisih bahune wong Sunda, rĕmpak kang kanan keri, norengsun ahulap, rinĕbateng paprangan, srĕngĕn si rakryan apatih, kaya siniwak, karnasula angapi.</i></dd></dl> <p>Alihbahasa:</p> <ul><li>[...], jika engkau takut mati, datanglah segera menghadap Sri Baginda (Hayam Wuruk) dan haturkan bukti kesetianmu, keharuman sembahmu dengan menghaturkan beliau sang Tuan Putri.</li><li>Maka ini terdengar oleh Sri Raja <sunda> dan beliau menjadi murka: “Wahai kalian para duta! Laporkan kepada tuanmu bahwa kami tidak akan menghadap lagi menghantarkan Tuan Putri!”</li><li>“Meskipun orang-orang Sunda tinggal satu tangannya, atau hancur sebelah kanan dan kiri, tiada akan ‘silau’ beta!”. Sang Tuan Patih juga marah, seakan-akan robek telinganya mendengarkan (kata-kata pedas orang Majapahit).</li></ul><span class="mw-headline">Prabu Hayam Wuruk yang meratapi Putri Sunda yang telah tewas (bait 3.29 – 3. 33)</span> <dl><dd><i>Sireñanira tinañan, unggwani sang rajaputri, tinuduhakěn aneng made sira wontěn aguling, mara sri narapati, katěmu sira akukub, perěmas natar ijo, ingungkabakěn tumuli, kagyat sang nata dadi atěmah laywan.</i></dd></dl> <dl><dd><i>Wěněsning muka angraras, netra duměling sadidik, kang lati angrawit katon, kengisning waja amanis, anrang rumning srigading, kadi anapa pukulun, ngke pangeran marěka, tinghal kamanda punyaningsun pukulun, mangke prapta angajawa.</i></dd></dl> <dl><dd><i>Sang tan sah aneng swacita, ning rama rena inisti, marmaning parěng prapta kongang mangkw atěmah kayêki, yan si prapta kang wingi, bangiwen pangeraningsun, pilih kari agěsang, kawula mangke pinanggih, lah palalun, pangdaning Widy angawasa.</i></dd></dl> <dl><dd><i>Palar-palarěn ing jěmah, pangeran sida kapanggih, asisihan eng paturon, tan kalangan ing duskrěti, sida kâptining rawit, mwang rena kalih katuju, lwir mangkana panapanira sang uwus alalis, sang sinambrama lěnglěng amrati cita.</i></dd></dl> <dl><dd><i>Sangsaya lara kagagat, pětěng rasanikang ati, kapati sira sang katong, kang tangis mangkin gumirih, lwir guruh ing katrini, matag paněděng ing santun, awor swaraning kumbang, tangising wong lanang istri, arěrěb-rěrěb pawraning gělung lukar.</i></dd></dl> <p>Alihbahasa:</p> <ul><li>Maka ditanyalah dayang-dayang di manakah gerangan tempat Tuan Putri. Diberilah tahu berada di tengah ia, tidur. Maka datanglah Sri Baginda, dan melihatnya tertutup kain berwarna hijau keemasan di atas tanah. Setelah dibuka, terkejutlah sang Prabu karena sudah menjadi mayat.</li></ul> <ul><li>Pucat mukanya mempesona, matanya sedikit membuka, bibirnya indah dilihat, gigi-giginya yang tak tertutup terlihat manis, seakan menyaingi keindahan sri gading. Seakan-akan ia menyapa: “Sri Paduka, datanglah ke mari. Lihatlah kekasihnda (?), berbakti, Sri Baginda, datang ke tanah Jawa.</li></ul> <ul><li>Yang senantiasa berada di pikiran ayah dan ibu, yang sangat mendambakannya, itulah alasannya mereka ikut datang. Sekarang jadinya malah seperti ini. Jika datang kemarin dulu, wahai Rajaku, mungkin <hamba> masih hidup dan sekarang dinikahkan. Aduh sungguh kejamlah kuasa Tuhan!</li></ul> <ul><li>Mari kita harap wahai Raja, supaya berhasil menikah, berdampingan di atas ranjang tanpa dihalang-halangi niat buruk. Berhasillah kemauan bapak dan ibu, keduanya.” Seakan-akan begitulah ia yang telah tewas menyapanya. Sedangkan yang disapa menjadi bingung dan merana.</li></ul> <ul><li>Semakin lama semakin sakit rasa penderitaannya. Hatinya terasa gelap, beliau sang Raja semakin merana. Tangisnya semakin keras, bagaikan guruh di bulan Ketiga<sup>*</sup>, yang membuka kelopak bunga untuk mekar, bercampur dengan suara kumbang. Begitulah tangis para pria dan wanita, rambut-rambut yang lepas terurai bagaikan kabut.</li></ul> <p>*Bulan Ketiga kurang lebih jatuh pada bulan September, yang masih merupakan musim kemarau. Jadi suara guruh pada bulan ini merupakan suatu hal yang tidak lazim.</p><p>Akibat peristiwa tersebut, sampai sekarang bekas-bekasnya masih ada di Tanah Sunda, salah satu contohnya selain seperti yang disebutkan diatas yaitu bagi orang Sunda tidak boleh menikah dengan orang yang berasal dari wilayah timur Sunda ( Majapahit ) adalah tidak pernah ditemui nama-nama di Sunda yang berbau Majapahit seperti Jalan Gajahmada atau Jalan Majapahit. Karena bagi orang Sunda, peristiwa Perang Bubat tersebut merupakan sebuah peristiwa yang tidak pernah terlupakan.<br /></p><p><span style="font-style: italic;">sumber dari wikipedia indonesia</span><br /></p><div class="blogger-post-footer"><!-- Start code -->
<script src="http://www.mypagerank.net/services/sbt/sbt.php" type="text/javascript"></script>
<!-- End code --></div>Joy Setiawanhttp://www.blogger.com/profile/06409986950249556222noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-4583223906671890672.post-12375920995480744472008-11-12T11:48:00.005+07:002008-11-12T13:04:57.659+07:00Sekolah Jaman Belanda<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgHAWnj_YdAJ3v-_97uUgmN-dYJZL0P9jPIlYeuh1OPziTEiUSCIcli8oiNvWXfK4iTerUI_xnGWqyB_wKsTUEmbgGr03GhUpHFpX1WN9NNipO7_HaXWxi32kiU8tg3GG82OgZUTf4h-k8/s1600-h/1923BANDUNGMULO.jpg"><img style="margin: 0pt 10px 10px 0pt; float: left; cursor: pointer; width: 200px; height: 128px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgHAWnj_YdAJ3v-_97uUgmN-dYJZL0P9jPIlYeuh1OPziTEiUSCIcli8oiNvWXfK4iTerUI_xnGWqyB_wKsTUEmbgGr03GhUpHFpX1WN9NNipO7_HaXWxi32kiU8tg3GG82OgZUTf4h-k8/s200/1923BANDUNGMULO.jpg" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5267645162605587170" border="0" /></a>Saat ini kita mengenal sekolah-sekolah seperti Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama, Sekolah Menengah Atas atau Sekolah Lanjutan Tingkat Atas ( SLTA ). Sebetulnya pada jaman Belanda dulu juga sudah ada sekolah-sekolah yang setingkat dengan sekolah seperti yang diatas. Banyak diantaranya sekolah-sekolah tersebut menjadi tempat pendidikan yang sangat berguna bagi bangsa Indonesia, banyak para peminpin Indonesia yanmg sempat mengenyam pendidikan pada jaman Belanda dulu.<br /><br />Pada jaman penjajahan Belanda, sekolah-sekolah tersebut diantaranya adalah :<br /><p>1. ELS (Eurospeesch Lagere School) sekolah dasar dengan lama studi sekitar 7 tahun. Sekolah ini menggunakan sistem dan metode seperti sekolah di negeri Belanda. ELS menggunakan Bahasa Belanda sebagai bahasa pengantarnya dalam pelajaran. Awalnya hanya terbuka bagi warga Belanda di Hindia Belanda, sejak tahun 1903 kesempatan belajar juga diberikan kepada orang-orang pribumi yang mampu dan warga Tionghoa.Setelah beberapa tahun, pemerintah Belanda beranggapan bahwa hal ini ternyata berdampak negatif pada tingkat pendidikan di sekolah-sekolah ELS dan kembali dikhususkan bagi warga Belanda saja. Sekolah khusus bagi warga pribumi kemudian dibuka pada tahun 1914 dengan nama <span style="font-style: italic;">Hollandsch-Inlandsche School</span> ( HIS ), sementara sekolah bagi warga Tionghoa, <i>Hollandsch-Chineesche School</i> (HCS) dibuka pada tahun 1908</p><p>2. HBS (Hogere Burger School) yang merupakan sekolah lanjutan tinggi pertama untuk warga negara pribumi dengan lama belajar 5 tahun, dan menggunakan bahasa Belanda sebagai bahasa pengantarnya. Pendidikan HBS selama 5 tahun setelah HIS atau ELS adalah lebih pendek dari pada melalui jalur MULO (3 tahun) + AMS (3 tahun). Di sini dibutuhkan murid yang pandai, terutama bahasa Belanda. Bung Karno merupakan salah satu murid HBS di Surabaya sebelum beliau masuk THS ( sekarang ITB ) di Bandung. Pada waktu itu HBS hanya ada di kota Surabaya, Semarang, Bandung, Jakarta dan Medan, sedangkan AMS ada di kota Jakarta, Bandung, Medan, Yoyakarta dan Surabaya.</p><p>3. Sekolah Bumi Putera (Inlandsch School) dengan bahasa pengantar belajarnya adalah bahasa daerah dan lama study selama 5 tahun.</p> <p>4. Sekolah Desa (Volksch School) dengan bahasa pengantar belajar bahasa daerah sekitar dan lama belajar adalah 3 tahun.</p> <p>5. Sekolah lanjutan untuk sekolah desa (Vervolksch School) belajar dengan bahasa pengantarnya bahasa daerah dan masa belajar selama 2 tahun.</p> <p>6. Sekolah Peralihan (Schakel School) yaitu sekolah lanjutan untuk sekolah desa dan berbahasa Belanda dalam kegiatan belajar mengajar.<i> Schakel School</i> adalah Sekolah Rakyat untuk persamaan dengan murid yang berasal dari <i>Tweede Inlandsche School</i> dan masa pendidikan adalah selama 5 tahun, sehingga lulusannya dipersamakam dengan lulusan HIS.<b><br /></b></p><p>7. Tweede Inlandsche School atau <i>Sekolah Kelas Dua</i> atau <i>Sekolah Ongko Loro</i> merupakan <i>Sekolah Rakyat</i> atau Sekolah Dasar dengan masa pendidikan selama Tiga Tahun dan <i>tersebar di seluruh pelosok desa</i>. Maksud dari pendidikan ini adalah dalam rangka sekedar <i>memberantas buta huruf dan mampu berhitung</i>. Bahasa pengantar adalah bahasa daerah dengan guru tamatan dari HIK Bahasa Belanda merupakan mata pelajaran pengetahuan dan bukan sebagai mata pelajaran pokok sebagai bahasa pengantar. Namun setelah tamat sekolah ini murid masih dapat meneruskan pada <i>Schakel School</i> selama 5 tahun yang tamatannya nantinya akan sederajat dengan <i>Hollandse Indische School</i>.</p><i>7. Hollandsche Javansche School</i> atau <i>Sekolah Jawa</i> sebangsa dengan Tweede Inlandsche School yang ada di Pulau Jawa dan dengan pengantar Bahasa Jawa.<br /><br />8. Kweekschool adalah salah satu sistem pendidikan di zaman Hindia Belanda, terdiri atas HIK (<i>Holandsche Indische Kweekschool</i>), atau <i>sekolah guru bantu</i> yang ada di semua <i>Kabupaten</i> dan HKS (<i>Hoogere Kweek School</i>), atau <i>sekolah guru atas</i> yang ada di Jakarta, Medan, Bandung dan Semarang. <i>Europeesche Kweek School</i> (EKS) yang hanya diperuntukan bagi orang Belanda atau pribumi ataupun orang Arab/Tionghoa yang mahir sekali berbahasa Belanda, dan hanya ada di Surabaya. Pada waktu itu misalnya satu kelas ada 28 orang, maka terdiri 20 orang Belanda, 6 orang Arab/Tionghoa, dan 2 orang pribumi. Selain itu juga dikenal <i>Hollandsche Chineesche Kweekschool</i> (HCK) khusus untuk yang keturunan Tionghoa. Di Muntilan ada <i>Katholieke Kweek School</i> atau sebangsa seminari khusus untuk guru beragama Katholiek. Setelah K.H.A. Dahlan mengujungi Muntilan, maka beliau juga terinspirasi mendirikan bagi orang Islam, yaitu Muallimin di Yogyakarta<p>9. MULO Sekolah lanjutan tingkat pertama singkatan dari Meer Uitgebreid Lager Onderwijs dengan tingkatan yang sama dengan smp / sltp pada saat jika dibandingkan dengan masa kini.<b> </b>MULO menggunakan Bahasa Belanda sebagai bahasa pengantar. Pada akhir tahun 30-an, MULO sudah ada hampir di setiap kota kawedanaan ( Kabupaten ).</p><p><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhgqAr_3ZzEMaYg_Qj5nFmL6Uab608M_ttuwK20rYI0901KRNcIqk4p5mKTqKtSZv2yqBkMW0RgZr5JVzheKcTmwfGLB1qPee39nhDy38psSh8ucIl8GDjE66RywWIyzU0M6apjDYjIBFQ/s1600-h/stovia.jpg"><img style="margin: 0pt 0pt 10px 10px; float: right; cursor: pointer; width: 200px; height: 141px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhgqAr_3ZzEMaYg_Qj5nFmL6Uab608M_ttuwK20rYI0901KRNcIqk4p5mKTqKtSZv2yqBkMW0RgZr5JVzheKcTmwfGLB1qPee39nhDy38psSh8ucIl8GDjE66RywWIyzU0M6apjDYjIBFQ/s200/stovia.jpg" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5267647465387512546" border="0" /></a>10. Stovia (School Tot Opleiding Van Inlansche Artsen) yang sering disebut juga sebagai Sekolah Dokter Jawa dengan masa belajar selama 7 tahun sebagai lanjutan MULO. Saat ini sekolah ini telah menjadi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia<span style="text-decoration: underline;">.</span><br /></p>Demikian sekolah-sekolah jaman Belnda dulu yang lulusannya banyak yang menjadi pemimpin-pemimpin Indonesia seperti Bung Karno, Bung Hatta, Cornel Simanjuntak, Dr. Sutomo, Dr Wahidin dll.<br /><br /><span style="font-style: italic;">sumber dari organisasi.org dan wikipedia indonesia</span><div class="blogger-post-footer"><!-- Start code -->
<script src="http://www.mypagerank.net/services/sbt/sbt.php" type="text/javascript"></script>
<!-- End code --></div>Joy Setiawanhttp://www.blogger.com/profile/06409986950249556222noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-4583223906671890672.post-70704278886662538142008-11-04T09:29:00.002+07:002008-11-04T09:56:42.098+07:00Lingkaran / Sistem Pertahanan ( Wehrkreise )<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgpu79RyVzxg6b6hKeP8T55JWMAO24LjT8CSJeRFmr17fUB9qqWQtmT4RsJM8YsqVHjxpUpVrSKub5rL4NS8RZYRaUqoZzLnBBC21g0pe6KU0kMK3oRJNotzuYsh7W3wrbJJsDz4fTh0vM/s1600-h/tentara-tkr4.jpg"><img style="margin: 0pt 10px 10px 0pt; float: left; cursor: pointer; width: 200px; height: 143px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgpu79RyVzxg6b6hKeP8T55JWMAO24LjT8CSJeRFmr17fUB9qqWQtmT4RsJM8YsqVHjxpUpVrSKub5rL4NS8RZYRaUqoZzLnBBC21g0pe6KU0kMK3oRJNotzuYsh7W3wrbJJsDz4fTh0vM/s200/tentara-tkr4.jpg" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5264625320222062930" border="0" /></a>Saat perang kemerdekaan, Tentara Nasional Indonesia dalam sistem peng-komando-annya masih menggunakan sistem pertahanan linier yang konvensional dan sangat mudah ditembus militer Belanda.<br /><br />Namun saat militer Belanda melancarkan serangan yang dikenal dengan Agresi Militer II pada Desember 1948, Tentara Nasional Indonesia dibawah pimpinan Panglima Besar Jenderal Soedirman bersama dengan para stafnya dan juga para pemikir militernya, seperti T.B. Simatupang dan A.H. Nasution menemukan sistem pertahanan melingkar atau <span style="font-style: italic;">lingkaran pertahanan</span> yang diambil dan diterjemahkan dari bahasa Jerman " <i><b>Wehrkreise " </b></i>yang merupakan adaptasi dari sistem pertahanan yang digunakan tentara Jerman dalam Perang Dunia II.<br /><br />Sistem ini dipakai untuk mempertahankan setiap wilayah kepulauan maupun propinsi, dan dipimpin oleh seorang komandan. Masing-masing komandan diberi kebebasan seluas-luasnya untuk menggelar dan mengembangkan perlawanan. Wilayah Wehrkreise adalah satu keresidenan, yang didalamnya terhimpun kekuatan militer, politik, ekonomi, pendidikan, dan pemerintahan. Sistem Wehrkreise sama sekali meninggalkan sistem pertahanan linier. Sistem Wehrkreise ini kemudian disahkan penggunaannya dalam Surat Perintah Siasat No. 1, yang ditandatangani oleh Panglima Besar Soedirman pada bulan November 1948.<br /><br /><span style="text-decoration: underline;"></span>Dengan sistem pertahanan ini, militer Indonesia mampu bertahan di kantong-kantong republik yang telah dikuasai militer Belanda seperti yang terjadi di daerah Jawa Barat saat terjadi long march pasukan Siliwangi ke Jawa Tengah. Begitu pula seperti yang terjadi di seluruh wilayah Indonesia, dengan sistem pertahanan ini Belanda kesulitan mempertahankan daerah yang telah dikuasainya, karena selalu dirongrong dengan berbagai serangan dadakan dari pasukan Indonesia yang masih berada di kantong-kantong pertahanan yang biasanya pusat komandonya berada di hutan-hutan dan daerah-daerah terpencil.<div class="blogger-post-footer"><!-- Start code -->
<script src="http://www.mypagerank.net/services/sbt/sbt.php" type="text/javascript"></script>
<!-- End code --></div>Joy Setiawanhttp://www.blogger.com/profile/06409986950249556222noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4583223906671890672.post-8625921072087831552008-10-23T09:57:00.004+07:002008-10-23T11:05:32.238+07:00Agama dan Paham Kepercayaan di Indonesia<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhalOvlmNZhyPE4aUt-_LZiutuIEDenaC6ScU8aNlWhXb0zgfT5vxvQbo3F6FITlc03OCy_uDwEAVVK1yREGU8jzbXY50JH1w9SFSreWFgbw1RLCFWbmj65AiFPPNJVnvaJ1Klu9T_nOoI/s1600-h/jawa_barat.png"><img style="margin: 0pt 10px 10px 0pt; float: left; cursor: pointer; width: 199px; height: 150px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhalOvlmNZhyPE4aUt-_LZiutuIEDenaC6ScU8aNlWhXb0zgfT5vxvQbo3F6FITlc03OCy_uDwEAVVK1yREGU8jzbXY50JH1w9SFSreWFgbw1RLCFWbmj65AiFPPNJVnvaJ1Klu9T_nOoI/s320/jawa_barat.png" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5260195464185991522" border="0" /></a>Kekayaan tradisi di Indonesia bisa dibilang sangat beragam, berbagai budaya, seni, sampai agamapun tumbuh subur di bumi Pertiwi ini. Pada masa Orde Baru memang hanya diakui bahwa di Indonesia hanya ada lima agama, yaitu Agama Islam, Agama Kristen Protestan, Katolik, Hindu dan Budha.<br /><br />Di daerah Jawa Barat, pernah dikenal sebuah aliran kepercayaan yaitru Agama Jawa Sunda yang namanya diberikan oleh seorang Antropolog Belanda, yang tersebar di daerah Cigugur, Kuningan, Jawa Barat. Agama ini juga dikenal sebagai <i>Cara Karuhun Urang</i> (tradisi nenek moyang), <i>agama Sunda Wiwitan</i>, <i>ajaran Madrais</i> atau <i>agama Cigugur</i>. Abduk Rozak, seorang peneliti kepercayaan Sunda, menyebutkan bahwa agama ini adalah bagian dari <i>agama Buhun</i>, yaitu kepercayaan tradisional masyarakat Sunda yang tidak hanya terbatas pada masyarakat Cigugur di Kabupaten Kuningan, tetapi juga masyarakat Baduy di Kabupaten Lebak, Banten, kemudian para pemeluk "Agama Kuring" di daerah Kecamatan Ciparay, Kabupaten Bandung, dll. Jumlah pemeluknya di daerah Cigugur sekitar 3.000 orang. Bila para pemeluk di daerah-daerah lain ikut dihitung, maka jumlah pemeluk <i>agama Buhun</i> ini, menurut Abdul Rozak, mencapai 100.000 orang, sehingga agama Buhun termasuk salah satu kelompok yang terbesar di kalangan Kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa. <p><span style="font-style: italic;">Agama Jawa Sunda</span> atau agama <span style="font-style: italic;">Sunda Wiwitan</span> ini dikembangkan oleh Pangeran Madrais dari Cigugur, Kuningan. Oleh pemerintah Belanda, Madrais belakangan ditangkap dan dibuang ke Ternate, dan baru kembali sekitar tahun 1920 untuk melanjutkan ajarannya.</p> <p>Madrais — yang biasa juga dipanggil <i>Kiai Madrais</i> — adalah keturunan dari Kesultana Gebang, sebuah kesultanan di wilayah Cirebon Timur. Ketika pemerintah Hinda Belanda menyerang kesultanan ini, Madrais diungsikan ke daerah Cigugur. Sang pangeran yang juga dikenal sebagai Pangeran Sadewa Alibasa, dibesarkan dalam tradisi Islam dan tumbuh sebagai seorang spiritualis. Ia mendirikan pesantren sebagai pusat pengajaran agama Islam, namun kemudian mengembangkan pemahaman yang digalinya dari tradisi pra-Islam masyarakat Sunda yang agraris. Ia mengajarkan pentingnya menghargai cara dan ciri kebangsaan sendiri, yaitu Jawa-Sunda.</p><p>Madrais menetapkan tanggal 22 Rayagung menurut kalender Sunda sebagai hari raya <span style="font-style: italic;">Seren Taun</span> yang diperingati secara besar-besaran. Upacara ini dipusatkan di Paseban Tri Panca Tunggal, rumah peninggalan Kiai Madrais yang didirikan pada 1860.</p> <p>Dalam upacara ini, berbagai rombongan dari masyarakat datang membawa bermacam-macam hasil bumi. Padi-padian yang dibawa, kemudian ditumbuk beramai-ramai dalam lesung sambil bernyanyi (<i>ngagondang</i>). Upacara ini dirayakan sebagai ungkapan syukur untuk hasil bumi yang telah dikaruniakan oleh Tuhan kepada manusia. Upacara "Seren Taun" yang biasanya berlangsung hingga tiga hari dan diwarnai oleh berbagai kesenian daerah ini, pernah dilarang oleh pemerintah Orde Baru selama 17 tahun, namun kini upacara ini dihidupkan kembali.<br /></p> <p>Madrais juga mengajarkan penghormatan terhadap Dewi Sri (Sanghyang Sri) melalui upacara-upacara keagamaan penanaman padi. Ia memuliakan Maulid Nabi Muhammad, namun menolak Al Qur'an karena menurutnya Al Qur'an yang sekarang tidak sah. Al Qur'an sejati, katanya, akan diturunkan menjelang kiamat.</p> <p>Selain itu, Agama Jawa Sunda atau ajaran Madrais ini tidak mewajibkan khiranan. Jenazah orang yang meninggal harus dikuburkan dalam sebuah peti mati.</p><p>Kiai Madrais wafat pada tahun 1939, dan kepemimpinannya dilanjutkan oleh anaknya, Pangeran Tedjabuana, dan kemudian oleh cucunya, Pangeran Djatikusuma yang 11 Juli 1981mendirikan <i>Paguyuban Adat Cara Karuhun Urang</i> (PACKU).</p> Pangeran Djatikusuma telah mempersiapkan anak laki-laki satu-satunya, yaitu Gumirat Barna Alam, untuk meneruskan ajaran ini. Menurut ajaran Kiai Madrais, anak lelaki harus bersikap netral, dan dapat mengerti semua agama. Sementara anak-anak Djatikusuma lainnya, bebas memilih agama ataupun kepercayaan lain.<br /><br />Karena itulah maka tidak bisa dipungkiri bahwa perjumpaan Islam dengan budaya dan tradisi masyarakat di wilayah Tatar Sunda telah melahirkan tiga aspek religius yang berbeda. Pertama, terkungkungnya satu wilayah religius yang khas dan terpisah dari komunitas Muslim Sunda di Kanekes ( Baduy ) yang melanggengkan ajaran Sunda Wiwitan. Kedua, lahirnya tradisi, buaya dan religi baru yang mecampurbaurkan antara ajaran Islam dengan tradisi sebelumnya seperti yang dikembangkan dalam Agama Jawa Sunda di Cigugur, Kuningan dan aliran kebatinan Agama Kuring di Ciparay, Kabupaten Bandung. Dan yang terakhir, adalah terciptanya kehidupan harmoni dan ritus keagamaan yang berasal dari Islam dengan tradisi yang telah ada yang saling melengkapi satu dengan lainnya.<br /><br />Yang pasti, keberagaman tradisi dan budaya masyarakat Indonesia adalah satu hal yang harus dilestarikan sebagai kekayaan bangsa Indonesia.<br /><br /><span style="font-style: italic;">sumber dari wikipedia indonesia dan artikel dari kumincir.blogspot.com dengan judul Perjumpaan Islam dengan Tradisi Sunda.</span><br /><span style=";font-family:times new roman;font-size:85%;" ></span><div class="blogger-post-footer"><!-- Start code -->
<script src="http://www.mypagerank.net/services/sbt/sbt.php" type="text/javascript"></script>
<!-- End code --></div>Joy Setiawanhttp://www.blogger.com/profile/06409986950249556222noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-4583223906671890672.post-59899770555943021132008-10-09T10:22:00.004+07:002008-10-09T11:00:39.596+07:00Madiun Affairs, 1948<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEglGxwm7ZvKCy64T8XNQkMcAG9uukf_QXCUBtanmJYkwNsnsvUXgdUPc4MPU3jC9SRDIDswc7Z0VHmmVqJ5E70NVw3aVs2fDtRuB97005pQ7g279ZMbP6Uq_bYZoyiVNW2OINKWDVBCxrI/s1600-h/Madiun_Affair.jpg"><img style="margin: 0pt 10px 10px 0pt; float: left; cursor: pointer;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEglGxwm7ZvKCy64T8XNQkMcAG9uukf_QXCUBtanmJYkwNsnsvUXgdUPc4MPU3jC9SRDIDswc7Z0VHmmVqJ5E70NVw3aVs2fDtRuB97005pQ7g279ZMbP6Uq_bYZoyiVNW2OINKWDVBCxrI/s200/Madiun_Affair.jpg" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5254998564692739506" border="0" /></a>Euforia kemerdekaan Indonesia pada tahun 1945 benar-benar melanda rakyat negeri ini, dimana-mana rakyat Indonesia merayakannya dengan berbagai cara, berbagai macam organisasi kemasyarakatan dibentuk untuk membina berbagai kader, baik yang berhaluan kiri, kanan atau sosialis.<br /><br />Pada kenyataannya, organisasi-organisasi tersebut yang tadinya hanya bersifat kemasyarakatan namun akhirnya malah berkiblat langsung menuju partai politik. Selain tergabung dalam Pesindo ( Pemuda Sosialis Indonesia ), Partai Sosialis Indonesia (PSI) juga terdapat kelompok-kelompok kiri lain, antara lain Kelompok Diskusi Patuk, yang diprakarsai oleh Dayno, yang tinggal di Patuk, Yogyakarta. Yang ikut dalam kelompok diskusi ini tidak hanya dari kalangan sipil seperti D.N Aidit, Syam Kamaruzzaman dll., melainkan kemudian juga dari kalangan militer dan bahkan beberapa komandan brigade, antara lain Kolonel Joko Suyono, Letkol Sudiarto (Komandan Brigade III, Divisi III), Letkol Soeharto (Komandan Brigade X, Divisi III. Kemudian juga menjadi Komandan Wehrkreis III, dan menjadi Presiden RI), Letkol Dahlan, Kapten Supardjo, Kapten Abdul Latief dan Kapten Untung Samsuri. <p>Pada bulan Mei 1948 bersama Suripno, Wakil Indonesia di Praha, Musso, kembali dari Moskow, Rusia. Selanjutnya tanggal 11 Agustus, Musso tiba di Yogyakarta dan segera menempati kembali posisi di pimpinan Partai Komunis Indonesia. Banyak politisi sosialis dan komandan pasukan bergabung dengan Musso, a.l. Mr.Amir Sjarifuddin Harahap, dr. Setiajid, kelompok diskusi Patuk, dll.</p> <p>Aksi saling menculik dan membunuh mulai terjadi, dan masing-masing pihak menyatakan, bahwa pihak lainlah yang memulai. Banyak perwira TNI, perwira polisi, pemimpin agama, pondok pesantren di Madiun dan sekitarnya yang diculik dan dibunuh.</p> <p>Tanggal 10 September 1948, mobil Gubernur Jawa Timur RM Ario Soerjo dan mobil 2 perwira polisi dicegat massa pengikut PKI di Ngawi. Ke 3 orang tersebut dibunuh dan mayatnya dibuang di dalam hutan.</p> <p>Demikian juga dr. Muwardi dari golongan kiri, diculik dan dibunuh. Tuduhan langsung dilontarkan, bahwa pihak lainlah yang melakukannya.</p> <p>Di antara yang menjadi korban juga adalah Kol. Marhadi yang namanya sekarang diabadikan dengan Monumen yang berdiri di tengah alun-alun Kota Madiun dan nama jalan utama di Kota Madiun.</p> <p>Kelompok kiri menuduh sejumlah petinggi Pemerintah RI, termasuk Wakil Presiden Hatta telah dipengaruhi oleh Amerika Serikat untuk menghancurkan Partai Komunis Indonesia, sejalan dengan doktrin Harry S. Truman, Presiden AS yang mengeluarkan gagasan <i>Domino Theory</i>. Truman menyatakan, bahwa apabila ada satu negara jatuh ke bawah pengaruh komunis, maka negara-negara tetangganya akan juga akan jatuh ke tangan komunis, seperti layaknya dalam permainan kartu domino. Oleh karena itu, dia sangat gigih dalam memerangi komunis di seluruh dunia.</p> <p>Kemudian pada 21 Juli 1948 telah diadakan pertemuan rahasia di hotel "Huisje Hansje" Sarangan, dekat Madiun yang dihadiri oleh Soekarno, Hatta, Sukiman, Menteri Dalam negeri, Mohammad Roem (anggota Masyumi) dan Kepala Polisi Sukanto, sedangkan di pihak Amerika hadir Gerald Hopkins (penasihat politik Presiden Truman), Merle Cochran (pengganti Graham yang mewakili Amerika dalam Komisi Jasa Baik PBB). Dalam pertemuan Sarangan, yang belakangan dikenal sebagai " Perundingan Sarangan<span style="text-decoration: underline;"> </span>", diberitakan bahwa Pemerintah Republik Indonesia menyetujui <i>Red Drive Proposal</i> (proposal pembasmian kelompok merah). Dengan bantuan Arturo Campbell, Sukanto berangkat ke Amerika guna menerima bantuan untuk kepolisian RI. Campbell yang menyandang gelar resmi Atase Konsuler pada Konsulat Jenderal Amerika di Jakarta, sesungguhnya adalah anggota Central Intelligence Agency - CIA</p> <p>Diisukan, bahwa Sumarsoso tokoh Pesindo, pada 18 September 1948 melalui radio di Madiun telah mengumumkan terbentuknya Pemerintah Front Nasional bagi Karesidenan Madiun. Namun Soemarsono kemudian membantah tuduhan yang mengatakan bahwa pada dia mengumumkan terbentuknya Front Nasional Daerah (FND) dan telah terjadi pemberontakan PKI. Dia bahwa FND dibentuk sebagai perlawanan terhadap ancaman dari Pemerintah Pusat</p> <p>Pada 19 September 1948, Presiden Soekarno dalam pidato yang disiarkan melalui radio menyerukan kepada seluruh rakyat Indonesia, untuk memilih: Musso atau Soekarno-Hatta. Maka pecahlah konflik bersenjata, yang pada waktu itu disebut sebagai <span style="font-style: italic;">Madiun Affairs</span> (Peristiwa Madiun), dan di zaman Orde Baru kemudian dinyatakan sebagai pemberontakan PKI.</p><p>Kekuatan pasukan pendukung Musso digempur dari dua arah: Dari barat oleh pasukan Divisi II di bawah pimpinan Kolonel Gatot Subroto, yang diangkat menjadi Gubernur Militer Wilayah II ( Semarang-Surakarta) tanggal 15 September 1948, serta pasukan dari Divisi Siliwangi, sedangkan dari timur diserang oleh pasukan dari Divisi I, di bawah pimpinan Kolonel Sungkono, yang diangkat menjadi Gubernur Militer Jawa Timur, tanggal 19 September 1948, serta pasukan Mobiele Brigade Besar (MBB) Jawa Timur, di bawah pimpinan M. Yasin.</p> <p>Panglima Besar Sudirman menyampaikan kepada pemerintah, bahwa TNI dapat menumpas pasukan-pasukan pendukung Musso dalam waktu 2 minggu. Memang benar, kekuatan inti pasukan-pasukan pendukung Musso dapat dihancurkan dalam waktu singkat.</p> <p>Tanggal 30 September 1948, kota Madiun dapat dikuasai seluruhnya. Pasukan Republik yang datang dari arah timur dan pasukan yang datang dari arah barat, bertemu di Hotel Merdeka, Madiun. Namun pimpinan kelompok kiri beserta beberapa pasukan pendukung mereka, lolos dan melarikan diri ke beberapa arah, sehingga tidak dapat segera ditangkap.</p> <p>Baru pada akhir bulan November 1948 seluruh pimpinan dan pasukan pendukung Musso tewas atau dapat ditangkap. Sebelas pimpinan kelompok kiri, termasuk Mr. Amir Syarifuddin Harahap, mantan Perdana Menteri RI, dieksekusi pada 20 Desember 1948, atas perintah Kol. Gatot Subroto.</p>Sebenarnya pada awal konflik Madiun, pemerintah Belanda telah berpura-pura menawarkan bantuan untuk menumpas pemberontakan tersebut, namun tawaran itu jelas ditolak oleh pemerintah Republik Indonesia. Pimpinan militer Indonesia bahkan memperhitungkan, Belanda akan segera memanfaatkan situasi tersebut untuk melakukan serangan total terhadap kekuatan bersenjata Republik Indonesia. Memang kelompok kiri termasuk Amir Syarifuddin Harahap, tengah membangun kekuatan untuk menghadapi Pemerintah RI, yang dituduh telah cenderung berpihak kepada AS.<br /><br />Kemerdekaan yang telah dengan susah payahnya direbut dari belenggu penjajahan Jepang, harus tercabik-cabik hanya karena konflik kepentingan segelintir pimpinan negeri ini, semoga hal tersebut tidak akan pernah terjadi lagi di b umi pertiwi tercinta ini.<br /><br /><span style="font-style: italic;">sumber dari wikipedia indonesia dan swaramuslim.com</span><span style="text-decoration: underline;"></span><div class="blogger-post-footer"><!-- Start code -->
<script src="http://www.mypagerank.net/services/sbt/sbt.php" type="text/javascript"></script>
<!-- End code --></div>Joy Setiawanhttp://www.blogger.com/profile/06409986950249556222noreply@blogger.com4tag:blogger.com,1999:blog-4583223906671890672.post-44570177621019984732008-09-26T13:26:00.004+07:002008-09-26T14:16:37.040+07:00Pribumisasi ( PP 10 Tahun 1959 )<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgKdWtfveNWE6yks7ZwK-mqVXrLlyfztqVdKQ1luwWM5FdmurC8CgcUH7OqtQ7ZwxlxbWzDbRnEf3Zmy7W-NAhtQcATFENaQ4Lq8J1AbXctDJznvRMf1Pqgt_cPMEh-gc-_GVuzOBydAB4/s1600-h/garuda.gif"><img style="margin: 0pt 10px 10px 0pt; float: left; cursor: pointer;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgKdWtfveNWE6yks7ZwK-mqVXrLlyfztqVdKQ1luwWM5FdmurC8CgcUH7OqtQ7ZwxlxbWzDbRnEf3Zmy7W-NAhtQcATFENaQ4Lq8J1AbXctDJznvRMf1Pqgt_cPMEh-gc-_GVuzOBydAB4/s200/garuda.gif" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5250223192381407426" border="0" /></a>Perjalanan panjang bangsa Indonesia dalam membangun bangsanya sangatlah panjang, semua bangsa di dunia tahu, bagaimana perjuangan rakyat Indonesia dalam mempertahankan hak - haknya penuh dengan darah dan airmata, tidak semuanya berjalan dengan mulus banyak kerikil dan batu yang harus diratakan agar jalan menuju arah kemerdekaan dapat dilalui dengan mulus dan nyaman.<br /><br />Kerikil-kerikil tersebut memang merupakan bumbu dalam kehidupan bangsa Indonesia menuju bangsa yang besar dan berdaulat penuh, namun bumbu tersebut terkadang tidak enak, seperti peristiwa yang satu ini, yaitu pasca diterbitkannya Peraturan Pemerintah Nomor 10 tahun 1959 yang berisi tentang larangan orang asing berusaha di bidang perdagangan eceran di tingkat kabupaten ke bawah (di luar ibu kota daerah) dan wajib mengalihkan usaha mereka kepada warga negara Indonesia <sup id="cite_ref-0" class="reference"><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Peraturan_Pemerintah_Nomor_10_Tahun_1959#cite_note-0" title=""></a></sup> <p>Peraturan ini menjadi kontroversial karena pada penerapannya memakan korban jiwa (dikenal sebagai kerusuhan rasial Cibadak), dan mengakibatkan eksodus besar-besaran orang Cina (belum warganegara Indonesia) dan keturunan Tionghoa kembali ke Cina.</p>Setelah kemerdekaan di tahun 1945, rakyat Indonesia mengalami euforia kemerdekaan dan merebut banyak perusahaan-perusahaan milik asing dan dinamakan "sentimen anti Belanda". Di antara perusahaan-perusahaan yang direbut termasuk Koninklejke Paketvaart Maatscchappij (KPM), sebuah perusahaan pelayaran milik Belanda yang melayani jalur transportasi dagang dari Belanda menuju Indonesia oleh kelompok buruh Marhaen, dan perebutan-perebutan lapangan-lapangan minyak oleh kelompok pekerja lapangan dan pengilangan minyak jaman kolonial yang bersenjata dan menamakan diri "Laskar Minyak"<br /><br />Namun setelah beberapa waktu pemerintah Indonesia menyadari bahwa orang Indonesia yang terlatih dan berpengalaman terlalu sedikit. Kaum pribumi pun tidak memiliki modal kuat dan nyaris tidak mungkin bersaing dengan perusahaan asing dan Tionghoa. Perusahaan-perusahaan ini mengalami kemunduran setelah diambil alih. Sebagai jalan keluar ditanda tangani persetujuan di Konferensi Meja Bundar di Den Haag, Belanda yang isinya Pemerintah akan mengembalikan semua perusahaan asing yang telah diambil alih kepada pemiliknya. Sebagai gantinya untuk memperkuat ekonomi pribumi berdasarkan persetujuan Konferensi Meja Bundar maka pemerintah Indonesia diberikan hak untuk mengeluarkan peraturan yang melindungi kepentingan nasional dan "golongan ekonomi lemah".<br /><br />Pada awal 1950 dikeluarkanlah program "benteng" importir oleh Menteri Kesejahteraan Djuanda, yang mengumumkan bahwa hanya pengusaha pribumi saja yang diberi izin mengimpor barang tertentu yang dikenal sebagai sebutan barang benteng. Dalam penerapannya hal ini menelurkan istilah "Ali Baba" yang berarti kongsi antara kaum pribumi yang memiliki akses birokrasi dengan pengusaha Cina.<br /><br />Pada tanggal 19 Maret 1956 pada Kongres Importir Nasional Seluruh Indonesia di Surabaya, Asaat Datuk Mudo, Mantan Pejabat Presiden Republik Indonesia berorasi bahwa orang-orang Cina telah bersikap monopolistis dalam perdagangannya dengan tidak membuka jalan bagi penduduk pribumi untuk ikut berdagang. <table style="border-style: none; margin: auto; border-collapse: collapse; background-color: transparent;" class="cquote"> <tbody><tr> <td style="padding: 10px; color: rgb(178, 183, 242); font-size: 35px; font-family: 'Times New Roman',serif; font-weight: bold; text-align: left;" valign="top" width="20"><br /></td> <td style="padding: 4px 10px;" valign="top"><span style="font-style: italic;">Orang-orang Cina sebagai satu golongan yang eksklusif menolak masuknya orang-orang lain, terutama dalam bidang ekonomi. Mereka begitu ekslusif sehingga dalam prakteknya bersikap monopolistis..</span>.</td> <td style="padding: 10px; color: rgb(178, 183, 242); font-size: 36px; font-family: 'Times New Roman',serif; font-weight: bold; text-align: right;" valign="bottom" width="20"><br /></td> </tr> </tbody></table> <p>Sebagai penutup Asaat berkata bahwa ia percaya bahwa pada masa itu diperlukan perlindungan khusus di bidang ekonomi kepada warga negara Indonesia asli.</p> <span style="font-style: italic;"></span>Pidato ini menjadi awal "gerakan Asaat" atau "pribumisasi" yang dinilai berpengaruh besar pada gerakan anti Cina selanjutnya. Pada bulan November 1959 dikeluarkan PP Nomor 10 tahun 1959 yang berisi larangan untuk orang asing berusaha di bidang perdagangan eceran di tingkat kabupaten ke bahwa dan wajib mengalihkan usaha mereka kepada warga negara Indonesia, dan mereka diharuskan menutup perdagangannya sampai batas 1 Januari 1960. PP No.10 ini dimaksudkan untuk menyehatkan perekonomian nasional, namun menimbulkan ketegangan diplomatik antara Indonesia dan Republik Rakyat Cina. Dalam pertemuan antara Menteri Luar Negeri Subandrio dengan Duta Besar Cina untuk Indonesia (Huang Chen) di Jakarta, pemerintah Peking mendesak peninjauan kembali PP No. 10 dan permintaan itu ditolak. Selanjutnya di depan sidang parlemen, Menteri Subandrio menegaskan, sama sekali tidak diperdapat anasir-anasir anti Cina dalam hubungan pelaksanaan PP No. 10.<br /><br />Pelaksanaan PP No. 10 tersebut, selain merupakan dimulainya nasioanalisasi dan sosialisasi di bidang ekonomi, juga merupakan bagian pelaksanaan dalam revolusi Indonesia, katanya. Dalam nasionalisasi tersebut, PP No.10 memerintahkan agar usaha-usaha pedagang eceran bangsa asing di luar ibukota kabupaten harus ditutup dan pedagang itu hanya boleh berdomisili di tempat tinggalnya. Sedangkan tempatnya berjualan selama ini tidak dibenarkan digunakan untuk usaha dan semua barang-barangnya yang berada di dalam tempatnya berjualan harus diserahkan kepada koperasi.<br /><br />Pemerintah Cina pun berang, pada tanggal 10 Desember 1959<span style="text-decoration: underline;">,</span> radio Peking mengumumkan ajakan warga Cina perantauan untuk kembali ke "kehangatan Ibu Pertiwi". Kedubes RRC di Jakarta segera mendaftar Cina perantau yang tertarik oleh ajakan itu. Menanggapi himbauan Pemerintah Peking, sekitar 199 ribu yang mendaftar, namun hanya 102 ribu yang terangkut ke Cina menggunakan kapal yang dikirim oleh pemerintah RRC. Ketegangan berkurang setelah Perdana Mentri RRC Zhou Enlai menemui Presiden Soekarno.<br /><br />Pada prakteknya "orang asing" pada pasal ini terbatas hanya pada orang Tionghoa karena dari 86.690 pedagang kecil asing yang terdaftar, 90 persennya adalah orang Tionghoa. Saat peraturan ini diterapkan, sekitar 500 ribu pengusaha keturunan Tionghoa terimbas (Majalah Tempo)sedangkan Harian Waspada memiliki perhitungan lain, yaitu terdapat sekitar 25.000 warung/kios milik pedagang asing yang umumnya orang Cina yang terkena PP No. 10 (harian Waspada 1960). Tercatatat bahwa di beberapa tempat penerapannya juga dipaksakan dengan kekuatan militer; tidak hanya tidak diperbolehkan berdagang, namun orang Tionghoa dilarang tinggal di tempat tersebut. Di Curut, Cibadak, dan Cimahi hal ini memakan korban. Di Cimahi, Jawa Barat, terjadi pengusiran orang Tionghoa dan tentara menembak mati dua perempuan Tionghoa (Majalah Tempo). Namun harian Waspada yang terbit pada tahun 1960 menilai lain, secara umum pelaksanaan PP 10 berjalan lancar, namun di beberapa daerah wilayah Indonesia, seperti Bandung dan Medan, ada pedagang-pedangan asing (Cina) yang menyulitkan pelaksanaan PP 10 sehingga sempat menimbulkan gejolak. Banyak pedagang yang mencoba melakukan praktek spekulasi dengan menutupi/ mengosongkan tokonya dan menimbun barang dagangannya di gudang serta menaikkan harga bahan pokok. Apalagi setelah keluarnya peraturan pemerintah mengenai penyesuaian harga barang-barang. Sesuai instruksi khusus Kejaksaan Agung, di beberapa daerah termasuk di Sumut dibentuk Tim Pengawasan Ekonomi yang bertugas untuk mengadakan pengawasan di bidang ekonomi, menstabilkan harga, mengadakan tindakan drastis kepada siapapun juga yang menghalangi program sandang pangan yang dilakukan pemerintah. Tim Operasi Pengawasan Ekonomi yang dibentuk di Sumut berhasil menemukan 200 gudang di Medan yang menimbun bahan-bahan sandang pangan. Dan kepada pedagang bersangkutan dikenakan hukuman badan.<br /><br />Peristiwa tersebut diatas merupakan sejarah kelam bangsa Indonesia yang harus dihapuskan selama-lamanya, karena sebagai bangsa yang besar, Indonesia harus bisa menerima berbagai macam perbedaan, asalkan perbedaan itu untuk kemajuan bangsa Indonesia sendiri.<br /><br /><span style="font-style: italic;">sumber dari wikipedia indonesia</span><div class="blogger-post-footer"><!-- Start code -->
<script src="http://www.mypagerank.net/services/sbt/sbt.php" type="text/javascript"></script>
<!-- End code --></div>Joy Setiawanhttp://www.blogger.com/profile/06409986950249556222noreply@blogger.com0