Referensi

Jasa Web Design

Sunday, January 20, 2008

Penggunaan gedung Serbaguna, rumah atau pun rumah toko (ruko) sebagai tempat ibadah sebagian umat Kristen yang berbuntut pada munculnya protes dari masyarakat, tidak lain karena masalah perizinan. Kenyataan menunjukkan, pendirian gedung gereja sangat sulit, bahkan yang sudah mendapat izin pun masih dihalangi oleh masyarakat, sementara aparat pemerintah tidak tegas.

Hal itu dikemukakan Wakil Ketua Umum Partai Damai Sejahtera, Denny Tewu kepada SP di sela-sela acara Natal dan Dies Natalis XLIX Persatuan Intelegensia Kristen Indonesia (PIKI) di Gereja Protestan Indonesia bagian Barat (GPIB) Imanuel Jakarta, Jumat (18/1). Dikatakan, selama proses perizinan sulit untuk pendirian gereja, penggunaan rumah, ruko atau gedung sebagai tempat beribadah, akan terus terjadi.

“Banyak tempat ibadah umat Kristen memang di satu sisi sudah mendapat izin dari pemerintah, namun di lapangan terkadang masih mengalami persoalan atau benturan dengan masyarakat sekitar. Memang sudah ada Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB), namun kasus pelarangan beribadah masih terjadi,” ujar Denny.

Dikatakan, PDS menawarkan kepada Pemerintah agar setelah FKUB terbentuk perlu juga dibentuk sebuah staf khusus atau staf ahli di kantor Departemen Agama atau berada di bawah Presiden atau Wakil Presiden maupun Menko Kesra yang secara khusus memberikan mediasi jika terjadi kasus-kasus penutupan tempat ibadah seperti terjadi beberapa waktu lalu.

“Tentunya pemerintah dan masyarakat Indonesia tidak ingin lagi ada tuduhan bahwa bangsa Indonesia anarkis dan pelanggaran hak asasi manusia soal termasuk penutupan tempat ibadah, karena sangat mencoreng nama dan wajah Indonesia,” ujarnya.

Bangun Kebhinnekaan

Sementara itu, Dewan Penasehat Persatuan Inteligensia Kristen Indonesia (PIKI), Dr Arief Gosita meminta pemerintah dan seluruh warga bangsa meningkat peran keluarga agar lebih memiliki rasa tenggang rasa, saling menghormati, saling tepo seliro dan saling menghargai perbedaan serta pluralisme. Demikian pula, tokoh dan para pemimpin agama harus terus membangun dan menyadarkan seluruh umatnya soal semangat kebhinneka tunggal ikaan.

Hal senada diungkap dosen Universitas Islam Negeri Jakarta dan juga aktivis Forum Masyarakat dialog Antargama Muhammad Hersan yang dalam perayaan Natal dan Dies Natalis PIKI tersebut. Hersan menilai, Pancasila dan semboyan bhineka tunggal ika merupakan harga mati.

Source

Silahkan Beri Komentar Anda Mengenai Berita/Artikel Ini.

0 comments:

 

Power by Grandparagon @ 2007 - 2008 Beritadotcom.blogspot.com