Referensi

Jasa Web Design

Monday, June 30, 2008

JAKARTA,MINGGU - Satu bulan pasca kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM), berdampak serius bagi popularitas Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Prosentase tingkat kepuasan terhadap SBY turun drastis dengan berada di bawah 50 persen. Atau, berada pada titik terendah sepanjang hasil survei.

Hal itu terungkap dalam press conference hasil survei Indo Barometer (IB) selama bulan Juni. Atau, sebulan pasca kenaikan BBM terhadap popularitas pemerintahan SBY-JK di Hotel Century, Jakarta, Minggu (29/6) "Saya pikir ini adalah titik terendah Pak SBY. Dari hasil survei baik yang dilakukan oleh Indo Barometer maupun lembaga survei lain, tidak pernah dukungan terhadap pak SBY berada di bawah 50 persen," ujar Mohammad Qodari, Direktur Eksekutif Indo Barometer kepada wartawan di Jakarta, Minggu (29/6) siang.

Survei tersebut dilaksanakan di 33 provinsi di seluruh Indonesia dengan jumlah responden sebesar 1200 orang. Dengan margin of error sebesar kurang lebih 3,0 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen. Waktu pengumpulan data pada tanggal 5-16 Juni 2008.

Dikatakan Qodari, menurunnya dukungan terhadap Presiden Yudhoyono secara tajam, tidak lepas dari imbas kebijakan menaikkan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) per 24 Mei lalu di mana mayoritas publik tidak mendukung. Juga, kompensasi berupa Bantuan Langsung Tunai (BLT) yang tidak mampu menutupi kebutuhan akibat kenaikan harga BBM.

Qodari menjelaskan, salah satu hal yang membuat masyarakat sulit menerima kenaikan BBM adalah cara pemerintah menjelaskan yang sulit dipahami oleh masyarakat. "Pemerintah kurang bagus dalam mensosialisasikan alasan kenaikan BBM. Mereka menyebut agar subsidi BBM tidak hanya dinikmati orang kaya. Akan lebih baik jika disebut untuk lebih membantu rakyat miskin," lanjut dia.

Qodari menegaskan, pada 2005 lalu, saat pemerintah SBY menaikkan BBM di bulan Maret dan Oktober, popularitas SBY memang sudah langsung turun. Namun, kata dia, itu hanya sebesar empat persen. Tapi, sekarang sudah turun lima kali lipat, mencapai 20 persen. Dan mayoritas publik yang tidak puas terhadap kinerja pemerintahan SBY, cenderung memilih Megawati Soekarnoputri saat disodori nama capres periode 2009-2014 yakni sebesar 38,2 persen. Sementara Sri Sultan berada di urutan kedua dengan 10,2 persen. "Tingkat publik yang menginginkan kembali SBY sebagai presiden periode 2009-2014 menurun drastis. Dari 49,5 persen di bulan Desember 2007 menjadi 31,3 persen di bulan Juni 2008," lanjut mantan peneliti LSI ini.

Lalu, bagaimana agar pamor SBY kembali naik ? Qodari menegaskan akan tergantung bagaimana tingkat kepuasan rakyat terhadap kebijakan yang akan ditempuh SBY dalam sisa pemerintahannya menuju Pilpres 2009.

Sementara ekonom asal Universitas Indonesia (UI), Faisal Basri menegaskan bahwa meski popularitas SBY cenderung menurun. Namun, ia menyebut bahwa popularitas pendiri Partai Demokrat itu akan kembali mencuat. Ia mengatakan, kalaupun ronde I, Megawati mengungguli SBY. Tapi, di ronde II, situasi bisa terjadi sebaliknya. "Tidak mudah bagi Megawati mendongkrak popularitas berkat isu BBM ini," ujar Faisal.

Sementara Ketua Program Pasca Sarjana Ilmu Kesejahteran Sosial FISIP UI, Fenty Nugroho menekankan bahwa hasil survei Indo Barometer tersebut masih perlu dilihat, siapa respondennya. Ia mengatakan, kalau respondennya adalah kalangan menengah ke bawah, hasil survei tersebut memang masuk akal karena mereka lah yang paling merasakan dampak kenaikan BBM. "Perlu juga dilihat yang jadi responden apakah simpatisan dari partai politik yang menjadi oposisi pemerintah," ujar Fenty.

Source



0 comments:

 

Power by Grandparagon @ 2007 - 2008 Beritadotcom.blogspot.com